"Cihh sebaiknya kau berdo'a saja ada yang datang menyelamatmu". Fitri berucap dengan pisau ditangannya."Sekarang do'a itu terkabul".
Degg...
Semua orang yang berada di ruangan tersebut mengarahkan pandangannya ke depan pintu.
Termasuk winda yang setengah kesadarannya sudah mulai hilang.
"I-ila". Ucap rafikah samar.
"Cih, akhirnya kau datang juga". Fitri tersenyum miring.
"ANGKAT TANGAN ANDA DAN LEPASKAN BENDA DITANGAN ANDA!".
Teriak 5 orang polisi yang ada di belakang ila.
"Sialan". Geram fitri.
"Windaa!!".
Teriak erma dan rista bersamaan.
"Aku akan menelfon ambulan dulu, kalian lepaskan ikatannya". Perintah novi menyuruh erma dan rista melepskan ikatan tali di tangan jayadi dan winda.
Erma dan rista memanggut setuju.
Lain hal hanya dengan rafikah, ia justru masih memegang pestol di tangannya.
"Ti-tidak, aku tidak melakukannya, d-dialah yang melakukannya!". Teriak rafikah menodongkan pestol ditangannya sambil menunjuk ke arah fitri.
Ila yang melihat itu tersenyum miring.
"Heyy apa apan kau!!". Teriak fitri tak kalah dari rafikah.
"Apa aku boleh meminjam polpenmu itu?". Ila menunjuk saku yang ada di baju fitri.
"Cih bodoh, di saat seperti ini masih saja kau sempat sempatnya meminjam pulpen". Ketus yusuf yang disamping ila.
Ila tersenyum miring tanpa melihat ke arah yusuf.
"Baiklah aku bisa mengambilnya sendiri". Ucap ila sambil berjalan ke arah fitri.
Sekarang ila sudah berada di hadapan fitri.
"Simpan saja senjatamu itu,aku hanya ingin mengambil pulpen ini". Ucap ila dengan pulpen yang sudah ada di tangannya.
"Beraninya kau".
Geram fitri dengan mengayunkan pisaunya di depan ila bersiyap hendak merobek wajah ila dengan pisaunya.
BUKHHH!!.
"Bodoh, sudah ku bilang simpan senjatamu".
Ucap ila menahan tangan fitri dam berhasil mengambil pisau di tangan fitri dan berlalu pergi.
Fitri geram menggenggam keras tangannya.
"Sialan kau!!"
"DIAM DI TEMPATMU ATAU KAU AKAN KAMI TEMBAK". ucap sekawanan polisi menodongkan pestolnya saat fitri melangkah ingin menghajar ila.
"Kalian berdua, amankan dia". Ucap ila mengisyaratkan dua polisi di depanya untuk menangkap rafikah.
Dua polisi tersebut mengangguk mengerti.
"SUDAH KU BILANG INI BUKAN SALAH KU HIKSS". teriak histeris rafikah saat dua polisi menahan tangannya.
Fitri geram melihatnya tapi untuk saat ini ia tidak bisa apa apa karna ia tidak memegang satu senjata pun.
"Kau liat pulpen ini?".
Ucap ila sambil mengangkat pulpen yang tadi diambilnya dari fitri.
Fitri benar benar geram dan ingin mencabik cabik wajah ila.
Ila tersenyum miring.
"Semua yang kau ceritakan dan kau katakan ada di dalam pulpen ini". Ucap ila dengan menenteng ke atas pulpen di tangannya.
"Haha ku rasa kau sudah gila". Fitri tersenyum miring.
"Siapa yang kau bilang gila? Cih!". Sahut ila denfam wajah tak kalah keras.
"Ini". Ila membuka tutup pulpen tersebut.
Fitri memelototkan matanya kaget dengan apa yamg ia lihat di balik tutup pulpen itu.
"Sebuah perekam suara dan GPS". Ucap ila dan tersenyum penuh kemenangan.
Fitri geram dan semakin mengeratkan kepalan tangannya.
"Apa kau kaget?". Ucap ila.
Fitri membalikkan wajahnya geram.
"Cih apa kau lupa hah?". Ila berusaha memancing fitri kembali.
"Apa maksudmu?". Fitri semakin geram melihat ila.
.
.
.
.Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are The Psychopath? ✔
Mystery / Thriller[WARNING!] Berisi tentang pembunuhan, dan mungkin akan membuat anda ngilu. Cerita ini tidak untuk ditiru! Dimohon bisa memilah mana yang harus anda baca