37~Alven

9.8K 432 46
                                    

"Venus!!!"
Dengan sekali hentak, Alex menyeret Venus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Venus!!!"
Dengan sekali hentak, Alex menyeret Venus. Venus sendiri berusaha memberontak namun gagal, tenaga Alex terlalu kuat.
Ia masih menangis, merasa iba dan bersalah kepada Endra. Tadi, ketika Endra sudah mengantarnya pulang, ia mengajak Endra untuk mampir sebentar. Namun tiba-tiba Alex datang dengan semua kemarahannya. Laki-laki itu berulah lagi, memukul Endra brutal dan tak membiarkan Endra memiliki celah untuk membalas.
"Pergi lo dari sini!!" bentak Alex mengusir Endra dengan kakinya yang menendang kaki lemah Endra.
"Alex!!" teriak Venus lagi karena merasa tak terima dengan perlakuan Alex.
"Apa-apaan sih kamu! Berlebihan!"
"Pergi!!!" bentak Alex lagi. Lagi-lagi dengan tendangan keras mengenai kaki Endra. Karena tak berdaya, Endra hanya mampu menuruti perkataan Alex dan kemudian pergi meninggalkan Venus yang mungkin sedang dalam bahaya.
Venus menjauh dari Alex, gadis itu melanjutkan tangisannya, ia semakin membenci Alex. Laki-laki itu gila. Psikopat.
Alex yang tadi murka kini memandang Venus lesu. Kakinya berjalan gontai mendekati Venus yang sedang duduk di sofa dengan keadaan yang sangat kacau.
"Venus..."
"Pergi!!!"
Alex menggelengkan kepalanya, ia semakin mendekat pada Venus, berusaha untuk menyentuh pergelangan tangan Venus namun ditepis begitu saja.
"Pergi! Jangan sentuh aku!"
"Venus.."
"Pergi!!"
"Dasar gila!!!"
"Endra salah apa sih hah?!"
Alex diam.
"Ngapain sih suka banget nyakitin orang!!!"
"Endra nggak salah!"
"Dia nggak salah Lex!"
"Ngapain kamu mukulin dia segitunya!"
Kini Venus diam. Nafasnya memburu.
"Aku nggak suka dia nganterin kamu pulang." lirih Alex dengan menatap Venus dalam.
"Terus maksud kamu apa sih Lex? Aku nggak habis pikir sama kamu."
"Kamu melarang aku sama Endra, tapi kamu--"
"Kamu bebas jalan sama cewek, iya kan?"
"Kalau kamu saja boleh pergi sama cewek lain, aku juga berhak pergi sama cowok lain Lex."
"Itu baru Adil."
"Lagian, aku cuma selingkuhan kamu kan?"
Venus berdiri dan berniat meninggalkan Alex, namun belum juga ia pergi, tangannya ditarik oleh Alex sehingga ia kembali terduduk di samping Alex.
"Apa lagi? Sebaiknya kamu urusi saja pacarmu itu."
"Venus.."
Tatapan mata Venus kini sarat akan kebencian, Alex yang baru pertama kali di tatap seperti itu, terkejut.
"Tolong pergi dari sini, Lex."
"Nggak, aku akan tetap di sini."
Venus menghembuskan nafas kasar, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan kemudian menangis tersedu-sedu. Alex yang mendengar tangisan Venus itu hatinya terasa tersayat. Hatinya gelisah, ia memandang Venus dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Dari dulu aku selalu minta sama kamu buat lepasin aku, tapi kamu selalu nggak mau," racau Venus.
"Ssshh," desis Alex dengan meraih tubuh Venus dan kemudian dipeluknya. Tangan kanannya mengusap-usap puncak kepala Venus. Dan yang dilakukan Venus hanya diam dengan terus menangis sepuasnya.
"Sekarang, waktunya kamu lepasin aku."
Perasaan Alex semakin tak menentu, ia tak mau Venus pergi. Ia tak ingin melepaskan gadis itu. Gadis itu terlalu berharga baginya. Namun kebodohan Alex justru menyakiti gadisnya.
"Aku nggak akan pernah ninggalin kamu Ven."
Venus diam, beberapa detik akhirnya ia pun berkata kembali, "Kalau begitu aku yang akan ninggalin kamu."
Dengan pergerakan yang sangat cepat, Alex melepaskan pelukannya dan berdiri menatap Venus tajam.
"Nggak!!"
"Nggak bisa!"
"Nggak akan pernah bisa!"
Dengan kasar ia mengusap wajahnya, Venus terlalu lelah. Ia sudah terlampau lelah menghadapi sikap Alex. Laki-laki kasar, posesif, dan melakukan apapun yang dia suka tanpa pernah memikirkan orang lain.
Tangisan Venus semakin pecah, rasanya ia ingin menghilang dari bumi dan pergi sejauh-jauhnya dari mahluk aneh macam Alex. Ia ingin pergi sejauh mungkin sampai Alex pun tak bisa menjangkaunya. Berada dalam kungkungan Alex selama satu tahun lebih bukanlah hal yang mudah, dipaksa, di atur-atur, dikekang, semua yang dilakukan Venus selalu membutuhkan persetujuan dari Alex.
Sudah cukup, ia tak mau lagi diperlakukan seperti boneka oleh Alex, sudah waktunya ia harus hidup selayaknya kehidupan normal orang lain. Bagaimanapun caranya, ia harus lepas dari cengkraman Alex.
Agaknya Alex tak suka dengan kalimat yang dilontarkan Venus. Tangannya mengepal kuat, siap menjambak Venus saat ini juga. Ia tak peduli lagi, emosinya kalang kabut. Kejadian yang lalu terulang kembali. Dulu, Alex hampir membunuh Venus dengan mencekik gadis itu. Kini, Alex pun tak segan-segan mencengkeram kuat lengan Venus. Kuku jempolnya yang panjang itu menancap di kulit Venus dengan kuatnya. Membuat Venus mengerang kesakitan, air matanya semakin deras turun kala Alex tanpa merasa iba sedikitpun menjambaknya. Otot-otot leher Alex pun terlihat menonjol.
Alex sendiri tak bisa menyadari bahwa ia semakin menyakiti Venus, itulah yang terjadi jika Alex memang benar-benar merasa marah sekaligus khawatir.  Rasanya ia ingin menyiksa siapapun itu, tak peduli siapa dan statusnya apa.
"Bisa nggak sih kamu nurut sama aku!!"
Wajah Venus terlihat sangat pucat, ia memejamkan matanya berusaha meredam rasa sakit yang timbul akibat cengkraman kuku Alex.
"A-A-..."
"Lex--Lepas.. hiks.." lirih Venus di sela-sela menahan rasa sakitnya.
Deg. Mendengar penuturan Venus yang sangat lirih itu, Alex tersadar dengan perbuatan buruknya. Gila. Ia kembali mengulangnya. Tangannya sudah terjatuh tak mencengkeram Venus lagi. Matanya menatap khawatir Venus yang beringsut menjauh. Tubuh Alex menegang, bodoh! Ia sudah menyiksa Venus. Lagi.
Cklek.
Pria paruh baya yang baru membuka pintu  itu terkejut kala melihat dua anak remaja yang ada di ruang tamu rumahnya, terlebih lagi ketika melihat putrinya menangis, dengan seorang laki-laki jangkung di hadapannya yang sedang berdiri dan menatap putrinya tajam serta khawatir?
Hening, pria itu memandang keduanya bingung. Beberapa detik kemudian, melihat Venus yang terlihat sangat ketakutan membuat hatinya mendidih.  Ia kemudian mendekat kearah dua remaja itu. Ia mengembuskan nafas pelan-pelan, berusaha tidak berpikir negatif terlebih dahulu.
"Kamu siapa?" tanyanya datar pada laki-laki jangkung yang terkesiap karena terkejut mengetahui kedatangan seseorang.

AlVen [Possessive Boy]✔  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang