40~Alven

9.1K 411 76
                                    

Sepertinya papa Venus memang tidak main-main dengan ucapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya papa Venus memang tidak main-main dengan ucapannya. Pria paruh baya itu benar-benar menjauhkan Alex dari Venus. Selalu mengusir Alex ketika laki-laki itu nekat selalu datang ke rumah Venus setiap hari. Setiap pagi saat akan berangkat sekolah pun, Alex tak pernah absen selalu ada di depan rumah Venus, hanya untuk meminta maaf dan membujuk Baskara agar memperbolehkannya berbicara dengan Venus. Bahkan Alex sudah melupakan Eva, ia selalu mencari alasan agar Eva bisa berangkat ke sekolah sendiri. Seakan-akan Eva sudah tidak penting lagi baginya. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya meluluhkan hati Baskara dan mendapatkan kata maaf dari Pria paruh baya tersebut.
Saat di sekolah pun, sepertinya Venus juga begitu menuruti ucapan papanya. Kini gadis itu sudah sangat berani menentangnya. Embel-embel ancaman dengan nama papanya selalu ia lontarkan ketika Alex akan melakukan hal seenaknya terhadapnya. Tentu Alex tak mampu berkutik apa pun. Kejadian ini berlangsung sampai satu bulan. Dan setelah bulan itu Venus tak pernah mendapati Alex lagi di sekolah ini. Entah dia yang sering bolos atau memang dia yang tak pernah tahu kehadirannya karena tak pernah keluar dari kelas? Alex benar-benar menghilang dari pandangannya. Apalagi semenjak papanya mengirimkan seseorang yang katanya adalah teman kecil Venus untuk menjaganya. Semenjak itu, Alex seperti ditelan bumi. Teman masa kecil Venus itu adalah Ferdi. Yang bahkan sampai saat ini Venus masih asing dan tak mengenali laki-laki itu. Ferdi selalu menjaga Venus kemana pun dia pergi, menjalankan amanah yang sudah diberikan papa Venus kepadanya. Ia selalu menyempatkan waktu di sela-sela kesibukannya hanya untuk mengantar dan menjemput Venus ke sekolah. Sampai-sampai karena hal ini, Venus menjadi gunjingan satu sekolahnya. Mereka membicarakan Venus dekat dengan om om. Padahal umur Ferdi dan umur Venus hanya tertaut empat tahun saja. Tak banyak juga yang terpesona dengan Ferdi, tak dapat dipungkiri, laki-laki itu memiliki bentuk wajah yang sangat bagus. Sehingga membuatnya terlihat begitu tampan.
*****
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, Venus sedang berkutat di depan kaca, ia memoleskan sedikit bedak, dengan polesan liptint di bibirnya. Ia sudah cantik walau hanya menggunakan make up sederhana seperti itu. Badanya sudah dibalut dengan gaun berwarna biru selutut, tak lupa juga parfum yang ia kenakan memperharum tubuhnya. Rambutnya ia gerai dengan poni seperti anak kecil didepan dahinya. Poni itu membuat wajahnya terlihat menggemaskan. Karena sudah merasa rapi dengan penampilannya, ia pun keluar dari kamar dan segera ke ruang tamu. Disana sudah ada laki-laki asing yang sedang berbincang dengan Papanya.
Dehaman dari mulutnya membuat kedua orang yang tadi berbincang kini mengalihkan perhatian. Laki-laki yang baginya asing itu menatap Venus lama, menatap tanpa berkedip sedetik pun.
"Dia berubah, menjadi lebih cantik," ujar Ferdi dalam hati.
Venus merasa canggung, ia hanya berjalan mendekat. Tatapan dari Ferdi membuatnya risih, Ferdi yang mengetahui itu menghentikan kegiatan gilanya.
"Mmm, om, sepertinya Venus sudah siap. Saya izin membawanya pergi. Dan sepertinya acara akan segera dimulai."
Baskara tersenyum senang, ia mengangguk-angguk sebanyak tiga kali, dengan bibirnya yang terkatup menahan kebahagiaan. Ia sangat senang melihat Ferdi akan pergi dengan putrinya. Entah mengapa ia menjadi sesenang ini.
Venus yang masih bingung hanya menurut dan membuntuti Ferdi. Mereka sudah berada di depan teras rumah, Venus memandang Ferdi, lebih tepatnya menerawang. Laki-laki itu mengenakan kemeja berwarna biru sama seperti gaunnya. Ada apa ini?
Sebenarnya Venus tidak tahu acara apa yang akan ia datangi nanti. Ferdi tak mengatakan apa pun, dia hanya memberinya gaun dan memintanya untuk bersiap karena ia akan menjemput gadis itu malam ini.
Setelah berpamitan, Venus dipersilahkan Ferdi untuk masuk kedalam mobil. Ferdi memperlakukannya sangat lembut, Venus sendiri merasa seperti ratu sekarang.
Di perjalanan, mereka hanya diam. Tak ada yang memulai pembicaraan, Ferdi hanya fokus menyetir, sedangkan Venus lebih asik melihat ke luar jendela mobil.
20 menit mereka butuhkan untuk sampai ke tempat tujuan alias rumah Ferdi. Saat ke luar dari mobil, Venus merasa familiar dengan rumah dihadapannya ini. Ia sepertinya pernah datang kesini, tapi kapan? Tepukan kecil dibahunya membuat ia melupakan berbagai pertanyaan di benaknya.
Ferdi tersenyum, ia mengulurkan tangan kepada Venus dan berkata, "Apakah aku boleh menggandeng tangan kirimu?"
Pikiran Venus benar-benar kosong, bahkan ia tak mampu mencerna perkataan Ferdi, alhasil ia hanya mengangguk ragu sebagai jawaban. Dirinya tersentak karena tangan besar Ferdi kini benar-benar menggenggam tangan mungilnya. Mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah mewah tersebut.
"Ayo."
Lagi-lagi Venus mengangguk. Ketika berjalan masuk, semua pasang mata menatap ke arah mereka berdua, Ferdi menebar senyuman manisnya, begitupun Venus, namun yang ditunjukkan Venus hanya senyuman palsu, senyuman itu lebih mengarah ke senyum kaku dan agak dipaksa tepatnya.
Acara dimulai, Venus hanya mematung di samping Ferdi, dengan pandangannya mengarah ke tangan keduanya yang saling bertautan. Venus ingin melepaskan, namun agaknya Ferdi tidak ingin tautan itu lepas. Terbukti ketika Venus berniat melepas genggaman, Ferdi justru lebih kuat menggenggam.
Kini waktunya potong kue, akhirnya genggaman itu terlepas, Venus bisa bernafas lega karenanya. Ia memperhatikan Ferdi tanpa berani memperhatikan ke sekitarnya. Di ruangan ini tak ada yang dikenalinya. Tiba-tiba mata Venus melebar karena potongan kue pertama dari Ferdi itu ditujukan kepadanya. Venus tak membuka mulutnya sama sekali, Ferdi mengarahkan Venus untuk membuka mulut lewat tatapan dan mulutnya yang bergerak seperti berkata, "buka."
Venus menurut, ia membuka mulutnya dan setelah suapan dari Ferdi masuk kedalam mulut, suara riuh tepuk tangan menggema di seluruh penjuru ruangan. Venus tersenyum canggung. Ferdi kembali menggenggam tangan Venus, kemudian mengedarkan pandangannya ke semua orang yang hadir di acara ulang tahunnya.
"Kalian pasti sejak tadi bertanya-tanya siapa gadis cantik yang berada di di saamping saya."
"Baik, saya akan memperkenalkan dia kepada kalian semua yang ada disini. Karena jujur saja saya tidak tega melihat raut keingin tahuan kalian, hehe."
Ferdi diam sejenak, seakan ingin membuat semuanya penasaran. Venus menunduk dalam-dalam, ia takut. Apa yang akan di katakan Ferdi? Semua orang yang hadir di acara ini, melontarkan banyak pertanyaan dan berbagai macam ucapan ngawur. Seperti,
"Pacar kamu itu? "
"Cantik sekali, buat aku saja ya?"
"Ku tikung loh."
"Si Ferdi udah punya pacar ternyata."
"Fiks, aku yakin dia pacarnya Ferdi."
"Kenalin ke kita lah."
"Cepetan, kita sudah tidak sabar."
"Kalian cocok sekali."
"Ciee, bajunya juga samaan ini warnanya."
"Serasi sekali."
Kurang lebih seperti itulah lontaran-lontaran yang terucap dari mulut mereka. Venus sebenarnya tidak tahan, pacar? Venus saja tidak mengenal laki-laki disampingnya ini.
"Hehehe, baik. Saya akan bertanggung jawab atas rasa penasaran kalian. Perkenalkan, dia adalah Venus. Dia.."
"Dia 'calon istri saya'."
Seketika Venus melotot tajam ke arah Ferdi, seakan menuntut penjelasan.

AlVen [Possessive Boy]✔  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang