"Mama kamu pergi ke rumah nenekmu ya?"
Alex menghampiri Venus yang sedang sibuk menonton kartun sepongebob di ruang keluarga. Sesekali Venus mencomot makanan ringan yang sejak tadi ia bawa. Iya, memang mamanya sudah pergi ke rumah neneknya, semenjak 15 menit yang lalu. Jadi, tinggallah Alex, Venus serta bibi Reta yang ada di rumah ini. Venus mencoba tak menggubris kehadiran Alex, ia lebih memilih menonton sepongebob daripada harus mengajak Alex bicara. Kala asyik menonton sepongebob, tiba-tiba makanan ringan yang tadi ada di tangan Venus itu direbut paksa oleh Alex. Venus menggeram kesal dan mencoba meraih kembali makanan ringannya. Alex justru nyengir dan duduk di samping Venus, tangannya mencoba merangkul pundak Venus namun segera ditepis oleh si empunya pundak. Disela-sela kegiatan mereka, bibi Reta datang dan pamit untuk pulang. Venus mengangguk mengiyakan, setelah itu bibi Reta pergi meninggalkan keduanya."Lex, kembalikan."
Alex senyum-senyum tak jelas yang justru membuat Venus cemberut, satu tangan Alex yang bergerak bebas itu mencubit pipi Venus karena merasa gemas dengan raut wajah yang ditunjukkan Venus barusan.
"Lex, apaan sih!"
"Hehe, jalan yuk!"
"Nggak."
"Ke mall, mau?"
"Nggak."
"Makan? Di kafe dekat rumahmu?"
"Nggak."
"Ke toko buku?"
"Nggak."
Alex meluruhkan bahunya, ia memandang Venus tajam."Yaah, ke mana dong? Ke rumahku?"
“Aku nggak mau ke mana-mana Lex, aku mau di sini saja."
"Oke, ke rumahku."Tuh kan, Alex selalu bertindak sesukanya, sekeras apa pun Venus menolak, selalu berakhir ucapan Alex yang harus dituruti. Kini Alex sudah meraih tangan Venus, menyeret gadis itu untuk ikut dengannya. Venus mencoba memberontak, namun apalah daya, tenaganya tak sebanding dengan Alex. Ketika keduanya sudah ada di ruang tamu, terdengar ketukan pintu dari arah luar. Alex pun melepas cengkeraman tangannya pada Venus dan beranjak membukakan pintu. Venus di tempatnya bernafas lega, ia duduk meluruh di sofa ruang tamu sambil memijat pergelangan tangannya yang cukup terasa sakit akibat cengkeraman yang begitu kuat dari Alex.
Alex membuka pintu dan melihat ada seorang kurir atau semacam tukang pos tersenyum ke arahnya. Alex tak membalas senyuman itu, ia justru memberikan tatapan sengit, memperjelas ketidaksukaannya pada kurir itu karena telah mengganggu aktivitasnya.
"Mau apa?" tanya Alex datar.
"Apa benar ini rumahnya mbak Cantika Arvenus Sen--"
"Iya!" sahut Alex, memotong ucapan orang di hadapannya. Kurir itu tampak kikuk, ia tersenyum canggung pada Alex dan mengangsurkan sebuah bingkisan berbentuk kubus ke arah Alex. Yang dengan cepat direbut Alex dengan paksa."Tugas Anda sudah selesai, silakan pergi."
"Baiklah. saya pam--" Belum juga kurir itu menyelesaikan ucapannya, Alex sudah terlebih dahulu menutup pintu dengan gerakan yang sangat kasar. Benar-benar tidak sopan! Alex menghampiri Venus dengan bingkisan yang sejak tadi Alex perhatikan. Matanya menyipit ketika mendapati sebuah tulisan kecil di salah satu pojok bingkisan. Entah angin dari mana, kepala Alex serasa mendidih, sorot mata tajamnya berubah memerah. Venus yang menyadari perubahan aura drastis dari Alex itu pun terkejut sekaligus heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlVen [Possessive Boy]✔ [TERBIT]
Novela JuvenilToxic relationship By : Nur Nailis S Instagram : @nailissaa___