29~Alven

10.6K 497 9
                                    

Venus sudah siap dengan pakaian sederhananya, gadis itu tampak sangat cantik malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Venus sudah siap dengan pakaian sederhananya, gadis itu tampak sangat cantik malam ini. Ia mengenakan dress selutut dengan polesan make up tipis di wajah cantiknya, bibirnya sedikit berwarna merah karena liptint yang ia pakai tadi. Rambutnya pun ia gerai menambah kesan manis pada dirinya. Gadis itu berjalan keluar dari rumahnya dan mendapati Endra yang sudah menunggunya sejak tadi di depan teras. Sebenarnya Venus agak takut kalau tiba-tiba saja nanti Alex akan datang dan memergokinya karena ia tak bilang sama sekali jika ia akan menghadiri acara reuni dengan teman SMPnya.
Venus mencoba menetralkan perasaan aneh yang ada pada dirinya, antara was was dan takut. Namun mau bagaimana lagi, tidak ada cara lain kecuali diam dan tak memberitahu Alex agar laki-laki itu tidak melarangnya pergi.
"Sudah siap?" tanya Endra dengan senyuman manis terukir di wajahnya, matanya tak berhenti menatap Venus karena saking terpesonanya.
Pertanyaan Endra tadi hanya dibalas anggukan oleh Venus, gadis itu segera mendekat dan duduk di boncengan Endra.
Mereka pun melaju ke tempat di mana acara reuni itu diadakan.
Saat sudah sampai di tempat tujuan, banyak sekali pasang mata yang memperhatikan Venus. Tak lupa juga dengan Neina, gadis itu dulu juga satu kelas dengan Venus waktu masih kelas 9. Neina tersenyum miring melihat kehadiran Venus dengan Endra, memandang Venus remeh, seakan gadis itu seperti sampah di matanya.
"Wow, ada cewek ganjen datang nih teman-teman," ujar Neina kepada teman-temannya. Banyak sekali yang terkejut dengan ucapan Neina, pasalnya yang mereka tahu Neina itu teman dekat bahkan sahabatnya Venus sendiri. Namun apa? Neina justru berbicara tak mengenakkan tentang Venus.
Venus hanya menunduk dan mencengkeram tangannya erat sekali, sempat juga ia menghalangi Endra yang mungkin tersulut emosi karena ucapan Neina. Gadis itu menggeleng pertanda bahwa ia tak mau mempermasalahkan ucapan Neina barusan.
"Tapi, Neina membicarakan yang tidak-tidak tentang kamu," kata Endra berbisik di samping Venus.
"Sudahlah Ndra."
"Tap---"
"Nggak cukup ya pacar satu, mantan juga di dekati, eiiiits nggak terima mantan saja, kapten basket pun juga diembat."
Hati Venus memanas, gadis itu tak berani mengangkat kepalanya. Suasana berubah menjadi hening, teman-teman SMPnya dulu hanya diam tak berkutik dan melihat pertunjukan mengejutkan di hadapannya.
"Neina, jaga bicara kamu!"
Neina tersenyum miring melihat Endra yang dengan lantangnya membela Venus di hadapan para temannya.
"Apa sih Ndra? Kamu itu bodoh atau bagaimana sih, masih saja ngarepin cewek ganjen kayak dia."
"Neina!"
"Ndra--" potong Venus berusaha agar Endra tak memarahi Neina sedikitpun.
"Jelas-jelas dia itu gatel banget kayak ulat bulu, nempel sana nempel sini. iuuuh."
"Diam kamu."
Hening. Semuanya diam. Termasuk Endra yang menatap Neina nyalang dengan balasan tatapan menantang dari gadis itu.
"Heii, sudah waktunya acara dimulai nih, ayo masuk."
Fani--salah  satu teman se-SMP Venus dulu, kini mencoba untuk mencairkan suasana. Fani menggaruk tengkuknya karena gagal mencairkan suasana menegangkan yang secara tiba-tiba terjadi. Ucapan Fani tadi tak digubris  sedikitpun, semuanya diam. bingung dan tak mengerti drama apa yang baru saja tercipta. Venus? Cewek ganjen?
Karena tak mampu menahan rasa sakit karena ucapan Neina, gadis itu kini terisak dengan kepala yang masih menunduk dalam. Endra yang di dekatnya terkejut mendengar suara isakan menyayat yang keluar dari bibir Venus.
Rahang Endra mengeras dan menatap Neina tak suka.
"Sahabat macam apa sih kamu?"
Neina hanya tersenyum miring, saat akan membuka mulutnya, dering ponsel Venus membuatnya mengurungkan niat.
Dengan kasar Venus mengusap air matanya dan menjauh untuk mengangkat telepon dari seseorang.
"Ha-halo.." ucap Venus agak bergetar karena tangisannya tadi.
"Venus?! Kamu dimana sih sayang?! Aku nyariin kamu! Di rumah nggak ada! Kata mama kamu, kamu pergi reuni ya! bandel banget sih ! Aku kemarin kan sudah bilang jangan pergi reuni! Kamu pasti sama Endra kan?! Aku nggak suka ya! Pulang sekarang!"
"Nanti.." jawab Venus dengan suara seraknya.
"Venus? Kamu nangis? Kenapa? Ada yang jahatin kamu?"
"Bilang sama aku siapa yang berani jahatin kamu?"
"Makanya, pulang sekarang!"
"Nggak kok, aku nggak nangis."
"Share lock sekarang, aku jemput kamu!"
"Nggak, nggak usah, lagian acara baru dimulai."
"Aku nggak peduli. Di sana pasti banyak teman laki-laki kamu kan? Jangan berani-beraninya kamu dekat dengan mereka! Sekarang pulang atau aku yang akan ke sana sekarang!"
"I-iya."
"Cepat share lock, aku kesana sekarang."
"Eh--nggak--"
”Share lock sekarang!!" Venus menghembuskan nafasnya pelan, mencoba untuk sabar dengan sikap Alex yang mulai menampakkan keposesifannya. Akhirnya ia pun mengalah dan segera memberitahu lokasi tempat di mana ia sedang reuni dengan teman-temannya.
Setelah mematikan ponselnya, ia mendongak menatap pintu rumah Fani, yang tentunya di sana--teras Fani sudah sepi hanya tinggal Endra saja yang setia menunggu Venus selesai mengangkat telepon.
Dengan perlahan ia mendekat ke arah Endra, tangisannya sudah sedikit reda. Ia tersenyum tipis menatap Endra. "Endra, lebih baik kamu masuk dan gabung sama teman lainnya."
"Nggak, di sini saja."
"Kamu nggak mau kumpul sama Reza, Adit, Niko dan lainnya?"
"Nggak deh, sama kamu aja."
"Kenapa?"
"Kamu butuh sandaran saat ini." Venus lagi-lagi hanya menghembuskan nafas pelan. Merasa sangat lelah hari ini. Semuanya terjadi secara tiba-tiba dan tanpa terpikir oleh Venus sedikitpun. "Sebentar lagi Alex ke sini."
"Aku nggak mau kamu jadi korbannya lagi." Endra tersenyum dan berkata, "Aku nggak takut."
"Pliiiis, nanti aku juga bakal kena amukan dia."
"Venuuuus, gini ya. Kalau kamu sudah nggak betah sama dia, putusin saja. Buat apa sih. Sukanya nyakitin diri sendiri."
"Ck, Ndra bukan saatnya bahas itu. Sekarang kamu masuk." Belum sempat Endra masuk ke dalam, suara deru motor menghentikan kegiatan mereka masing-masing. Venus menolehkan wajahnya dan seketika mulutnya ternganga lebar. Hatinya bergemuruh ketakutan. Gawat. Masalah datang lagi. Laki-laki yang kini beranjak dari motornya itu mengepalkan tangannya erat, rahangnya mengeras dan matanya melotot tajam mengarah ke Venus dan juga Endra.
"Venus!! Pulang!!"

AlVen [Possessive Boy]✔  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang