1~Alven

53.3K 1.8K 6
                                    

Udara segar di pagi hari ini membuat Venus melebarkan senyumnya, bau tanah yang sehabis diguyur hujan merupakan aroma favoritnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara segar di pagi hari ini membuat Venus melebarkan senyumnya, bau tanah yang sehabis diguyur hujan merupakan aroma favoritnya. Venus tak henti-hentinya menghirup aroma itu, sembari melangkahkan kaki dengan penuh semangat, ia sesekali bersenandung kecil menyanyikan sebuah lagu yang cukup ia hafal. Langkahnya terhenti kala ia telah sampai di sebuah halte dekat kompleks rumahnya, halte itu masih sepi, membuat Venus semakin merasa senang. Ia tidak suka keramaian, ia lebih suka dengan suasana sepi dan damai seperti sekarang ini.
Namun senyuman yang tadi tercetak indah di wajahnya kini memudar sudah, kala seorang laki-laki jangkung berpenampilan acak-acakan menghampirinya dengan senyuman yang sulit diartikan. Venus melengoskan wajahnya ketika laki-laki jangkung itu mendekatinya bahkan berusaha menggenggam tangannya. Venus berdiri berniat pergi dari halte itu. Ia tak mau berduaan dengan laki-laki itu di halte yang sepi ini. Saat baru dua langkah ia menjangkakan kaki, cekalan seseorang di belakangnya membuat langkahnya terhenti. Venus berdecak pelan.

"Mau pergi ke mana?"

Venus menghempaskan cekalan orang itu, ia diam dan tak menjawab pertanyaan yang baru saja terlontar. Dengan mantap, ia kembali melangkahkan kaki, namun lagi-lagi langkahnya terhenti karena cekalan itu kembali bertengger di tangannya.

"Venus," panggil laki-laki jangkung itu dengan suara selembut mungkin. Namun agaknya Venus sengaja tak menggubrisnya, ia memilih diam dan tak akan mengeluarkan ucapan sepatah kata pun. Keterdiaman Venus ternyata membuat emosi orang yang berusaha mencekal tangannya itu tersulut. Laki-laki itu mengepalkan tangannya kuat, menatap gadis yang mulai melangkah menjauh.

"Venus!!!"

Venus tak berhenti, ia tetap terus berjalan mencari halte lainnya untuk menunggu bus menuju ke sekolah. Ia sudah memantapkan dirinya untuk tidak selalu mengikuti perintah tak jelas dari Alex. Venus sudah muak dengan semua tingkah semena-mena Alex. Walau Venus akui, sebenarnya ia juga merasa takut jika Alex marah padanya.

"Venus!! Berhenti!"

Perintah itu tak digubris lagi oleh Venus, gadis itu masih melanjutkan langkahnya, berharap ada bus yang tak sengaja lewat dan mau membawanya pergi ke sekolah. Ia tak mau menengok ke arah belakang, takut-takut Alex akan semakin gencar mengejar dan bahkan bisa saja berlaku kasar padanya.
Sepertinya dewi fortuna tak berpihak padanya hari ini, buktinya kini Alex sudah ada di sampingnya dan mencengkeram lengan Venus kuat, menyeret gadis itu untuk kembali ke halte tempat dimana ia menunggu bus tadi.

"Lex, lepas," lirih Venus karena merasa sakit di bagian pergelangan tangannya. Dapat Venus lihat, laki-laki itu matanya memerah, seperti siap menelan Venus hidup-hidup. Venus meneguk ludahnya pelan, jantungnya berdegup kencang. Bukan karena merasakan jatuh cinta pada Alex, melainkan karena rasa takut menguasai dirinya.

"Ayo naik."

Venus masih diam, berdiri tegak di hadapan orang tersebut, matanya menatap nyalang orang didepanya ini, namun yang ditatap justru tidak merasakan aura apa pun yang diberikan Venus.

"Ayo naik, Venus. Nanti kita telat."

Venus hanya diam, diam dan diam.

"Venus!! Kamu tuli ya?!"

Lagi, Venus justru melanjutkan langkahnya untuk lebih menjauh dari orang itu. Orang itu berang, akhirnya ia berlari menghampiri Venus dengan kembali mencekal pergelangan tangan Venus.

"Apaan sih Lex," ucap Venus datar.

"Ayo kita berangkat bareng."

"Nggak Lex, aku naik angkot saja."

"Venus!! Naik!!" Kata Alex layaknya memerintah.

"Nggak, “jawab Venus kalem.

"Naik!!"

"Nggak Lex."

"Naik ya naik !!Venus!!"

"Nggak Lex nggak, aku bisa berangkat sendiri," ucap Venus mulai kesal sendiri.

Alex menghela nafas, mengusap wajahnya yang terlihat kusut semenjak beberapa menit tadi.

"Venus.." kata Alex memelas, Venus luluh hatinya, ia memang orang yang tidak tegaan. akhirnya ia pasrah dan bergumam.

"Hmm."

Binar bahagia seketika muncul diwajah Alex, ia pun menggandeng tangan Venus menuju ke motornya.

"Ayo naik."

Tidak mau berdebat lagi, Venus menuruti perkataan Alex tersebut.

"Pegangan."

AlVen [Possessive Boy]✔  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang