13~ Alven

15.1K 639 2
                                    

"Aku mohon jangan berantem lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku mohon jangan berantem lagi."
"Kenapa?"
"Kamu sudah banyak sekali membuat masalah di sekolah. Bisa-bisa kamu di drop out."
Alex tersenyum miring, "Kamu mengkhawatirkanku?" Venus gelagapan dan berusaha menyangkal namun tak bisa, Alex dengan kepercayaan dirinya itu mampu membuat Venus terdiam dan kalah telak. Saat ini mereka sedang berada di ruang tengah. Tadi, Venus terus menerus merengek ingin pulang karena takut mamanya mencarinya. Alex yang risih mendengar rengekan Venus itu akhirnya menelpon mamanya Venus sehingga gadis itu berhenti merengek dan kini sedang menyuapi Alex yang manjanya minta ampun kalau sedang sakit seperti ini. Laki-laki itu tak membiarkan Venus pergi darinya walau sejengkal saja. Sempat tadi Venus hendak ke kamar mandi untuk buang air kecil, itu pun harus diinterogasi terlebih dahulu. "Jangan coba-coba kabur." Itulah yang Alex ucapkan ketika Venus meminta izin. Dasar aneh. Mana mungkin Venus bisa kabur kalau pintunya saja dikunci oleh Alex sendiri.
Sekarang sudah pukul sepuluh malam. Dan mereka berdua belum juga tertidur. Merasa bosan, Alex berdiri dari sofa dan duduk tepat di sebelah Venus yang sedang menonton film drama Thailand. Gadis itu terlihat sangat fokus, sampai Alex merampas ponselnya, membuat Venus berdecak dan menatap Alex dengan tatapan malas. Dengan tidak sopannya, laki-laki itu mengutak atik ponsel Venus, mengabaikan Venus yang sejak tadi merengek dan protes agar ponselnya dikembalikan.
"Lex, kamu nggak berhak buka-buka ponselku--"
"Kenapa? Kenapa aku nggak berhak? Aku berhak kok."
"Itu privasi aku."
"Terus masalahnya dimana? Bukankah biasanya aku juga bersikap seperti ini?"
"Beda. Sekarang beda. Kita sudah putus kalau kamu lupa."
Alex berhenti mengutak atik ponsel Venus. Dengan cepat kepalanya menoleh menghadap Venus. Wajahnya berubah datar. Ia meletakkan ponsel Venus di atas sofa dengan gerakan kasar, setelah itu Alex berdiri dan duduk menjauhi Venus. Mendiamkan gadis itu yang sampai sekarang masih tidak bisa memahami sikap aneh Alex barusan.
"Sekarang kamu boleh pergi."
Hah? Alex gila? Ini sudah pukul 10 malam dan dia mengusir Venus malam-malam begini? Apalagi jarak antara rumah Alex dengan rumah Venus tidak bisa dibilang dekat. Ditambah, Venus yang tak membawa kendaraan serta pasti jarang ada angkot saat ini.
"Lex?" panggil Venus mencoba memastikan. "Pergi. Pulang sekarang." Cukup lama terjadi keheningan di antara keduanya. Sampai akhirnya Venus pasrah dan menghembuskan nafas. Ia berdiri dan beranjak untuk pulang. Walau ia tidak tahu apakah bisa sampai rumah atau tidak. Alex tak mencegahnya sama sekali. Laki-laki itu hanya membuka pintu yang terkunci dan membiarkan Venus pergi padahal ia tahu di luar sana sedang hujan deras. Mengapa Alex setega itu?
Malam itu, Venus pulang dengan keadaan basah kuyup, ia  berjalan jauh, hingga jam 2 malam ia baru sampai di rumah. Tubuhnya lemas, wajahnya pucat. Ia demam. Keesokan harinya ia tak datang ke sekolah bahkan sampai tiga hari. Neina dan Endra sering datang kerumah Venus untuk menjenguk Venus. Lain halnya dengan Alex, laki-laki itu selalu mencari-cari Venus di seluruh penjuru sekolah. Namun nihil. Ia tak bisa menemukan Venus dimana pun. Ia ketar ketir mencari kesana kemari. Tiga hari semenjak ia membiarkan Venus pulang sendiri malam-malam, semenjak itu ia tak melihat Venus lagi.  "Venus mana?!" tanyanya pada semua orang yang ada di dalam kelas Venus. Ada satu siswi yang menjawab bahwa Venus sakit. Seketika Alex khawatir dengan keadaan gadis itu. Ia dengan cepat melesat pergi ke rumah Venus. Saat sudah sampai di rumah Venus, ia menemukan tante Nara yang sedang sibuk memasak di dapur dan mengizinkan Alex untuk menemui Venus. "Bodoh!" Itu kata pertama yang Alex ucapkan ketika sudah sampai di kamar Venus. "Alex?"
"Bodoh! Kenapa kamu malah nekat pulang padahal tahu sedang hujan lebat?!"
"Bukannya kamu yang memintanya?" Sifat posesif Alex kembali muncul. Laki-laki itu tidak mau pulang. Ia ingin menjaga Venus yang sedang sakit. Setiap Venus menyuruhnya pulang, dia keuh-keuh menolak dan memberikan berbagai macam alasan. "Kamu sakit karena aku, jadi aku mau jagain kamu."
"Aku sudah merasa sehat Lex, lagian udah ada Endra sama Neina yang merawatku dengan baik kemarin." Mendengar nama Endra disebut Venus, telinganya berdengung panas. Ia tidak suka Endra terlalu perhatian dengan Venus. Tapi ya mau bagaimana lagi. Bahkan untuk cemburu saja dia tidak berhak. "Mengapa tidak memberitahuku kalau kamu sakit?"
"Memang harus ya?"
"Harus lah, aku cariin kamu dua hari kemarin, kamu nggak ada di sekolah, chat aku juga nggak kamu balas. Telepon dariku juga nggak ada yang kamu angkat. Sampai aku baru tahu kalau kamu ini sakit. Lain kali itu bilang. Biar aku nggak kebingungan nyari kamu." Venus mengernyitkan dahinya, bingung dengan laki-laki aneh di depannya ini. "Apa perlunya aku melakukan itu?"
"Aku kan pacar kamu, jadi aku harus tahu sama apa pun yang terjadi sama kamu!"
"Pacar?" tanya Venus memastikan. Alex ini pura-pura lupa atau memang lupa sih? Sedetik kemudian Alex baru tersadar, ia bahkan melupakan status mereka sekarang. Seolah-olah kata putus yang pernah Venus lontarkan itu tak pernah didengar oleh telinganya. Venus memperhatikan wajah Alex, terdapat luka baru yang menghiasi wajah laki-laki itu. "Kamu berantem lagi?"
"Nggak." Mata Venus menyipit, tangannya menunjuk luka yang berada di pipi Alex. "Terus itu apa?" Kini senyuman terbit di wajah laki-laki itu. "Aku makin suka sama kamu yang perhatian kayak gini. Jadi pengen balikan deh."

AlVen [Possessive Boy]✔  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang