4~Alven

28.1K 1K 27
                                    


Hujan malam ini turun sangat deras, tak lupa juga dengan petir yang sejak tadi bergemuruh memekakkan pendengaran siapa pun yang mendengarnya. Venus meringkuk di atas tempat tidurnya. Jujur, ia paling tidak suka dengan suasana mencekam seperti ini. Tubuhnya menggigil serta mulutnya bergemeletuk ketakutan. Kapan mamanya pulang? Venus takut sendirian di rumah. Jarum jam menunjukkan pukul 10 malam. sudah larut, tapi Venus tidak berani hanya sekadar menutup mata. Tenggorokannya terasa kering, ia pun memberanikan diri untuk pergi ke dapur. Pikirannya kosong, ia berjalan tak tentu arah, sampai tanpa ia sadari ia sudah ada di ruang tamu, bukan di dapur.

Dilihatnya gorden jendela rumahnya belum ditutup, Venus menghela nafas. Saat akan menutup gorden tersebut, mata Venus tak sengaja melihat siluet orang sedang berdiri di luar sana. Venus penasaran, ia menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas siapa gerangan. Venus menutup mulutnya seketika, ia tahu siapa orang itu. Ia terkejut. Buat apa orang itu berdiri mematung disana? Dia gila? Malam sudah larut dan hujan deras disertai petir yang menakutkan tapi orang itu tak beranjak dari sana? Benar-benar bodoh. Venus meraih payung yang ada di dekat pintu rumahnya, ia pun membuka pintu rumah. Orang yang berdiri di luar sana dengan guyuran hujan yang menimpanya itu, tersenyum kala melihat Venus sedang menghampirinya.

"Akhirnya kamu keluar, aku senang banget Venus."

"Kamu ngapain sih Lex? Nanti kamu sakit," ucap Venus cuek tapi sarat dengan kekhawatiran.

Alex tersenyum semakin lebar mendengar penuturan Venus, apa ia harus seperti ini terus agar Venus mengkhawatirkannya?

"Ciee, kamu khawatir ya." Venus menekuk wajahnya, ia sebenarnya masih merasa kaku dengan Alex karena kejadian tadi siang yang belum juga ia lupakan. Ia mendekat ke arah Alex agar Alex bisa tertangkup di payungnya itu.

"Kamu ngapain sih, masih di sini? Tadi aku suruh pulang kan?" Alex hanya tersenyum mengamati wajah Venus, entah mengapa dia bisa segila ini. Ia masih bersyukur kalau Venus tidak membencinya. Namun tetap saja, wanita itu merasa takut jika bersamanya. Alex mengutuk dirinya sendiri ketika sadar telah melakukan hal bodoh itu. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan melukai gadisnya itu. Ia sungguh kapok.

"Aku maunya di sini."

"Pulang lex."

"Nggak, aku nggak akan pulang sebelum kamu maafin aku."

Venus menghela nafas. ia tak menjawab sama sekali, namun tangannya terulur untuk menarik tangan Alex agar Alex mengikutinya. Mereka berdua akhirnya masuk ke rumah Venus, Alex masih saja tersenyum.

Dengan perlahan Venus tidak akan takut lagi sama aku, batinnya. Alex duduk di sofa ruang tamu rumah Venus, dengan handuk yang menutupi tubuhnya. Venus memperlakukannya dengan baik, dari memberikannya handuk sampai membuatkannya teh hangat. Alex masih heran, padahal ia sudah berbuat jahat pada Venus, tapi mengapa Venus masih saja peduli padanya?

"Setelah ini pulang Lex." Seketika senyum di wajah Alex luntur kala mendengar kalimat itu. Alex jenuh, sejak tadi Venus selalu saja bilang seperti itu, mengusirnya secara halus.

"Nggak sayang."

Ada gelenyar aneh setiap Alex menyebutnya dengan sebutan itu, Venus pun hanya diam. Ia tak tahu lagi bagaimana cara untuk membuat Alex pergi dari rumahnya, Alex memang sangat keras kepala.

"Venus, Maafin aku ya."

Venus memalingkan wajahnya. jujur saja, Venus belum bisa memaafkan perbuatan Alex, ia masih takut dan masih tak percaya. Jika bukan karena kasihan, Venus tak akan mungkin membiarkannya masuk lagi ke rumahnya.

"Pulang Lex."

"Nggak. Venus, maafin aku dulu. Aku sayang sama kamu, aku nggak akan lakuin hal itu lagi. Mohon maafkan aku." ucap Alex lembut, ia mendekat untuk duduk di samping Venus, namun Venus dengan sigap berdiri dan menjauh.

"Jangan dekati aku." Kalimat itu lagi, Alex sampai bosan mendengarnya. Alex yang tak mau kalah itu pun ikut berdiri dan berusaha kembali mendekat ke arah Venus, berusaha menyentuh tangan Venus.

"Cukup Lex! Jangan mendekat! Pergi! Pergi dari sini! Aku takut! Kamu jahat Lex!" Ucap Venus dengan suara seraknya, ia menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Alex keuh-keuh, ia tetap mendekati Venus dan memegang kedua pundaknya, Venus memberontak ketakutan. Ia menangis sangat kencang.

"Lepas Lex, hiks."

"Lepas!! Lepasin aku Lex!!" Namun sayang, tenaga Venus tak sebanding dengan tenaga milik Alex. Alex yang melihat reaksi menyedihkan dari Venus itu tersenyum lirih.

"Aku nggak akan nyakitin kamu lagi, percaya deh sama aku."

Venus yang sejak tadi tak bisa menjauhkan diri akhirnya menyerah, ia kini berada di rengkuhan Alex yang tak mau melepaskan Venus barang sedetik pun.

"Aku mau kamu pergi Lex."

"Sayang, maafin aku ya?" ucap Alex lirih. Hatinya merintih sedih, ia tidak bisa melihat Venus seperti ini.

"Pergi Lex hiks hiks," pinta Venus yang masih berada di depan dada bidang milik Alex, tangannya terus memukul mukul tubuh Alex, berharap Alex melepas rengkuhannya.

"Sekarang kamu tidur ya, ini sudah larut."

Alex menuntun Venus untuk ke kamarnya, ia menghiraukan semua perintah Venus untuk dia pergi dari rumah Venus. Tentu saja Alex tak akan pergi, ia tak akan membiarkan Venus sendirian di rumah. Setelah sampai di kamar Venus, Alex meminta Venus untuk tidur, namun Venus masih saja menggumamkan kata yang tadi ia ucapkan sampai berulang kali.

"Pergi lex."

"Pergi.."

"Pergi lex." Alex membiarkan saja, ia tersenyum miris, dan menuntun Venus untuk berbaring. Diusapnya air mata yang sejak tadi turun di pipi Venus. Alex menyelimuti Venus sebatas dada dan mengecup puncak kepala Venus.

"Tidur ya, sayang." Venus yang sudah merasa lelah akhirnya menurut saja, ia tertidur dan membiarkan Alex memperhatikannya. Alex beranjak dari kamar Venus, ia mengambil handphone milik Venus yang tadi sudah hancur lebur. Lebih baik seperti itu, Alex tidak suka jika Venus masih saja berhubungan dengan mantannya.

"Aku nggak akan kasar sama kamu, kalau kamu mau nurut sama aku, Venus."

AlVen [Possessive Boy]✔  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang