Venus kira kisah empat tahun lalu merupakan kisah terakhirnya dengan Alex. Tapi dugaannya ternyata salah. Mereka dipertemukan kembali. Kedai tempat di mana Venus bekerja itu menjadi saksi pertemuan mereka. Hujan yang begitu deras itu menyaksikan mereka melepas kerinduan yang semakin lama semakin membuncah. Semua orang yang ada di kedai itu menyorot keduanya dengan pandangan aneh. Namun mereka tak peduli. Biarkan semua orang tahu bahwa Venus pun mencintainya. Biarkan seluruh alam semesta tahu bahwa Venus sangat merindukan sosok yang kini masih berada dirangkulannya. Venus mencintainya, Venus merindukannya, Venus menginginkannya selalu ada di sampingnya. Perasaan lega kini hadir ketika Venus berani mengusir rasa gengsi yang selama ini singgah di dalam hatinya.
Kini, Venus melepaskan rangkulan Alex yang semenjak tadi tidak ingin terlepas. Mata Alex berkaca-kaca, mungkin ia belum percaya bahwa Venus masih memberikannya kesempatan untuk bisa memilikinya. Venus sendiri tidak mengerti mengapa ia memberikan Alex kesempatan, padahal sikapnya yang begitu buruk itu pernah menyakiti Venus. Tapi, Venus mempercayai sebuah perubahan. Venus percaya Alex yang ia temui saat ini bukanlah Alex yang pernah ia kenal waktu SMA dulu. Kejadian yang tak pernah disangka ini benar-benar mengejutkannya. Tiba-tiba Alex datang dan menemukannya kembali.
Jogja menjadi lembaran baru bagi mereka. Alex bilang dia beberapa bulan ke depan akan bekerja di Jogja. Tepatnya di perusahaan papanya yang ternyata memiliki cabang di sini. Yang kebetulan kantornya itu tidak jauh dari kampus Venus berada.
Hari-hari berganti, kebahagiaan kini selalu Venus dapatkan karena Alex begitu memberinya perhatian dengan sangat amat cukup. Setiap hari dia rutin menjemput Venus di kos-kosan dan mengantarkannya ke kampus. Waktu pulang pun, Alex tak pernah absen datang dan menunggunya tepat di fakultas tempatnya belajar. Sempat juga mereka bertengkar, namun tidak berlangsung lama, karena setelah itu mereka sama-sama mengalah. Yang masih menjadi permasalahan antara Venus dengan Alex adalah pekerjaan gadis itu. Alex tidak suka melihat Venus kelelahan."Lebih baik kamu berhenti bekerja, aku tidak ingin kamu sakit karena terlalu kelelahan. Fokus saja ke kuliahmu."
Venus menolak, namun Alex pun juga tak memaksa, akhirnya ia membiarkan Venus bekerja dan membiarkan Venus melakukan apa pun yang ia suka. Pemikirannya sudah dewasa kali ini, tidak seperti Alex yang dulu, yang selalu seenaknya sendiri, yang selalu tidak peduli dengan pendapat orang lain.
"Pakai cincin ini."
Venus yang terkejut itu hanya menganga dan tak menuruti ucapan Alex. Alex yang geram dengan kelemotan Venus itu dengan tidak sabarnya menarik tangan Venus dan memasukkan cincin itu ke jari manis Venus. "Ini cincin apa Lex?"
"Cincin emas."
Venus cemberut karena bukan itu jawaban yang ia minta."Iiih, maksudku bukan itu Lex!"
"Kita akan menikah."
Venus melongo lagi.
"Kamu melamarku?"
"Anggap saja seperti itu."
Dengan wajah yang ditekuk, Venus melepas cincin tersebut, membuat Alex menoleh dan menatap Venus tajam.
"Kamu menolakku?"
"Nggak romantis!!" kesalnya. Alex menyipitkan matanya membuat Venus bergidik. Ia dengan sigap memasukkan kembali cincin itu ke jari manisnya. Seketika Alex terkekeh melihat kelakuan aneh Venus. Laki-laki itu mengacak rambut Venus dan merangkul erat-erat gadis itu. Kini mereka sedang berada di sebuah bukit yang begitu indah pemandangannya.
"Tempatnya romantis, tapi orangnya nggak romantis!" gerutu Venus karena masih tidak terima dengan lamaran Alex yang tidak ada romantis-romantisnya. Venus semakin menghentakkan kakinya sebal karena Alex sepertinya tidak menggubris Venus. Dengan bibir yang masih mengerucut, Venus berpura-pura meninggalkan Alex, namun dengan segera tangannya itu Alex cekal.
"Mau dilamar yang model bagaimana? Dengan bawa setumpuk bunga? Atau membawa banyak coklat agar kamu diabetes?"
"Atau, dilamar seperti di novel-novel yang pernah kamu baca itu?"
Venus hanya nyengir menanggapi pertanyaan dari Alex. Ia sendiri juga tidak tahu ingin dilamar seperti apa. Mungkin tadi ia menunjukkan wajah cemberut, padahal dalam hatinya ia berbunga-bunga. Siapa sih perempuan yang tidak senang dilamar oleh orang yang disukainya?
"Atau perlu aku bawa ke Eropa sekarang juga? Ke menara Eiffel? Biar romantis?"
"Hehehe, nggak kok Lex, nggak perlu. Sudah. Bagiku ini sudah lebih dari cukup. Bentuk lamaran yang berbeda dari yang lain. Lamaran khas yang berasal dari seorang Alex."
Setelah itu mereka tertawa. Menertawakan sesuatu yang aslinya tidak lucu sama sekali. Aura kebahagiaan menguar dari kedua pasangan kekasih itu. Tawa renyah mereka menghiasi suasana sepi yang ada di bukit itu. Kini mereka saling menatap satu sama lain. Merasa beruntung bisa memiliki orang yang mereka cinta.
Mau sejauh apa pun mereka dipisahkan, mereka akan selalu kembali dipertemukan oleh semesta.
Karena mereka adalah satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlVen [Possessive Boy]✔ [TERBIT]
Teen FictionToxic relationship By : Nur Nailis S Instagram : @nailissaa___