-4-

5.7K 439 21
                                    

"Athanasia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Athanasia." panggil sang Raja Obelia dengan ragu.

Athanasia menoleh ke depan, mengalihkan pandangan dari meja penuh dessert coklat dengan pipinya yang mengembung dan tengah mengunyah membuat wajah gadis berusia empat belas tahun itu terlihat lebih muda.

Claude terdiam, dia masih belum bisa menyampaikan rasa terimakasihnya kecuali dalam beberapa peristiwa. Di sisi lain setidaknya Athanasia aman, dia cukup dikatakan 'aman' karena 'asuransi'nya Claude tidak berniat membunuhnya lagi.

Sejujurnya Athanasia ingin muntah dan mengeluarkan decakan tak suka saat Claude memanggilnya dengan akrab, bisanya dia memanggilnya kau, atau  yang lainnya.

Ini sedikit aneh. Tapi Athnastasia merasa lebih di hargai, lagipula dia adalah Putri Obelia satu-satunya sekarang.

Claude tersenyum tipis dengan canggung, dia mengalihkan pandangan,"Tidak--" lirihnya.

Mata Athanasia menyipit, iris biru keristal miliknya yang bersinar menatap Claude ingin tahu.

"Papa!"

Athanasia memanggil Claude dengan ceria. Berusaha memecahkan suasana canggung. Gadis itu meletakkan peralatan makan di atas meja.

"Baju Papa terlihat lebih baik daripada yang kemarin!" ucap Athanasia.

Mungkin terasa seperti perkataan tersembunyi karena melihat Claude memakai baju itu seperti mengingatkannya atas siksaan berbulan-bulan yang lalu yang menyakitkan.

Claude sepertinya menyadarinya, irisnya menjadi sendu. Claude mungkin berpikir bahwa ini hanyalah ucapan polos dari putri yang sangat menyayangi Ayahnya dan berkata apa adanya.
"Ah--ya.."

Claude berkata dengan senyuman tipis di wajahnya, yang anehnya tidak pernah hilang dari saat Athanasia bertemu dengannya setelah sekian lama.

"Papa aku ingin minum teh di taman sama Papa--" ucap Athanasia menatap Claude berbinar.

"Papa mau minum teh sama Athi?"

Athanasia bertanya dengan nada berharap yang sangat tinggi. Terima tolong Claude terima! Ini semua demi kelancaran rencananya. Kumohon Claude! Batin Athanasia bergejolak.

Claude mengangguk cepat, terlalu cepat sepertinya hingga wajahnya berpaling karena malu. Terlihat seperti menunggu dengan tak sabar agar putrinya yang manis melontarkan pertanyaan itu.

"Tapi Papa--"

Athanasia berbicara dengan nada kecewa. Claude menatapnya khawatir.

"Aku meninggalkan jepit rambutku di istana, bisakah kita mampir untuk mengambilnya?"

Claude yang tengah meminum teh di ruangan tersedak,"Kenapa?" tanyanya dengan terburu-buru menaruh cangkirnya, menimbulkan suara di atas meja akibat gerakannya.

Athanasia : Story Of Princess [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang