-11-

3.5K 295 23
                                    

"Bunga mentari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bunga mentari.."

Seorang wanita Berambut hitam panjang berdiri di atas dahan sebuah pohon di taman kerajaan Obelia yang di timpa oleh malam penuh bintang. Jubah hitamnya dengan corak mawar merah di bagian punggungnya berkibar-kibar tertiup angin dari utara, membawa dingin ke matanya. Rambut panjang hitamnya ikut terhembus dan hampir menutupi sebagian wajahnya.

"Sesuatu yang bersinar dalam gelap." lanjutnya dengan lirih, iris merah darahnya penuh kesedihan namun dengan tekat kuat yang tidak bisa di bantah.

Iris wanita itu mengingat kenangan dimana Athanasia membuat rambutnya menyala saat salah satu keturunannya memegangnya di malam hari bertabur bintang dengan mantra sihir.

"Bisa membawa kehancuran." lanjut Wanita iris merah ruby itu yakin.

Cahaya tidak boleh ada di kegelapan, itu akan menganggu keseimbangan dunia bahkan jika menurut Athanasia ini adalah negeri dari sebuah novel, dunia ini tidak sesederhana apa yang di pikirkan gadis itu. Jalan cerita memang boleh di ubah, tapi tetap saja mengubah seluruhnya adalah hal yang salah.

"Aku harus membunuhnya, maafkan aku anakku--"

Wanita itu mengigit bibirnya sendiri. Menatap Istana dengan matanya yang berkaca-kaca. Wanita itu memandang sendu istana sebelum menyebut nama anak tercintanya.

"Lucas."

"Maaf karena membunuh cintamu."

• • •

Athanasia tersenyum canggung saat kedua Pangeran Obelia itu duduk bersebrangan di meja makan sedangkan dia ada di tengah-tengah salah satu sisi meja persegi panjang yang penuh makanan.

"Ayo makan." ajak Athanasia memecah keheningan dan canggung juga suasana yang agak dingin dari aura Claude muda. Claude menatap tajam Athnastasius sebelum mengikuti perintah Athanasia. Dia sangat kesal saat bangun, bukan Athi yang menyambutnya dan malah kakaknya dan gadis itu yang bertemu tanpa dirinya.

"Apa ini?"

Athanasius bertanya dengan wajah tertarik dan mata yang berbinar setelah dia mencoba hidangan sup di atas meja.

Athi tersenyum lebar.

"Itu buatanku, sebenarnya pelayan yang membuatnya namun resepnya dariku. Enak bukan?"

Ath itersenyum lebar ceria, menunggu kalimat positif yang selalu diberikan oleh semua orang ketika mencoba sup buatannya, bahkan beberapa menganggapnya calon koki berbakat padahal di Korea Selatan itu hanyalah masakan keluarganya secara turun temurun.

"Ini enak kok."

Athanasius kembali mengambil semangkuk sup sembari memandang balik lembut Athanasia dengan sungguh-sungguh.

"Jangan bohong."

Suara dingin Claude menginstrupsi pembicaraan mereka. Claude meletakkan peralatan makan dan matanya menatap tajam Athanasius tanpa hormat.

Athanasia : Story Of Princess [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang