-16-

3.6K 275 18
                                    


Bintang sudah mulai menghiasi langit, Athanasia duduk di atas kursi mewah di ruangan Athanasius. Sedangkan Pangeran Obelia itu sudah sadar dan berbaring di atas ranjang, bahkan sebelum Athi mengirimkan surat pada Claude muda dengan terburu-buru.

Sebenarnya Pangeran pertama Obelia itu sudah sadar walau masih mempunyai sedikit luka di tubuhnya, untungnya para penyihir sedikit membantu pengobatannya. Walau dia tahu itu juga termasuk rencana wanita penyihir itu, tapi Athanasius merasa ini sedikit berlebihan. Laki-laki yang menjadi Raja itu memukulnya dengan penuh kebencian yang nyata.

Ya..dia juga akan membunuhnya di masa depan.

Sedangkan Athanasia yang tidak mengetahui pikiran Athanasius. Merasa bersalah karena dia telah berbohong, di surat itu dia mengatakan Athanasius belum sadar tapi sebenarnya Athanasius telah sadar.

Pangeran pertama Obelia itu melihat dirinya ketika bangun dan menyarankan untuk memberitahu Claude muda ahat tidak khawatir dan bahwa dia ada di Istananya juga merahasiakan Athanasius yang terbangun atas permintaan Pangeran itu. Karena ada beberapa hal yang perlu mereka bicarakan tengah malam ini.

Para pelayan Athanasius tidak pernah bertanya padanya sama sekali, mereka hanya melayani ketika Athanasius yang tengah terbaring lemah memerintahkan agar tidak menyeret Athi keluar dan memberinya makan malam serta beberapa camilan lezat.

Athanasius, dengan jendela yang tertutup namun gorden besar berwarna emas itu terbuka. Kumpulan bintang di atas langit benar-benar indah, Athanasius tidak berkata apapun dan hanya menatap jendela. Yang membuat Athanasia sedikit tidak nyaman, gadis itu bangkit dari kursi dan mendekati Athanasius yang terbaring.

"Apa yang kamu mau bicarakan?" tanya Athi, iris biru keristalnya menatap tubuh Athanasius yang terbaring lemah namun arah pandangnya kini menatap milik gadis itu.

Athanasius tersenyum tipis, seperti seorang pahlawan. Yang nyatanya, seorang penjahat dengan ambisi dan kekuasaan besar untuk mengendalikan segalanya. Tapi Athanasia telah terperosok ke dalam kebaikan Athanasius, yang penuh kepalsuan dan kebencian.

"Sedikit..beberapa hal...setelah itu aku sarankan kamu kembali.." kata Athanasius dengan pelan, sedikit lemah. Matanya yang sayu memandang langit-langit kamar, dia mengigit bibir. Berusaha menahan perasaan bahagia yang menyelimuti setiap inci tubuh dan hatinya.

Athi mengangguk, dia berdiri di samping Athanasius yang terbaring. Athanasius mengangkat tangan kanannya, memegang sejumput rambut Athanasia yang berwarna pirang di tengah sinar bulan lewat jendela yang tidak ditutupi oleh gorden emas. Athi terdiam kaku, Athanasius melepaskan rambutnya. Membawa tangan itu kembali ke sisi tubuhnya dengan pelan.

"Aku tidak melakukan sihir apapun padanya."

Iris Athi berkilat, Putri Obelia itu mengerutkan keningnya. "Apa?" tanyanya dengan cepat.

Athanasius menatap langit-langit kamar, menghela nafas seakan-akan dia adalah korban dari seluruh kejadian ini.

"Claude. " balasnya.

Athanasia terkesiap, tubuhnya sedikit bergetar. Tangannya mengepal, menatap Athanasius tidak percaya.

Claude! Athanasia tidak mempercayai itu sama sekali, gadis itu menatap Athanasius dengan tatapan ragu yang berusaha dia palsukan dengan keyakinan.

"Tidak mungkin! " bantahnya.

Pikiran Athanasia mencari ingatannya sore ini. Mengingat rantai yang mengikat dirinya dan Athanasius, sebelum tubuhnya kembali bergetar tidak percaya ketika ingatannya, menunjukkan suatu hal.

Rantai itu tidak memiliki cabang lain, Athanasia percaya itu. Dia melihatnya sendiri bahwa rantai itu hanya menghubungkan dirinya dan Athanasius, tapi tidak dengan Claude. Artinya, Claude bisa bergerak apapun yang ia mau.

Athanasia : Story Of Princess [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang