Pita Merah untuk Vera

Epilog

Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu. (Yoh 16:21-22)

Tepat pada tanggal 8 Desember 2018 Vera melahirkan putri pertama kami. Tingginya 47,3cm dengan berat 2,6 kg. Bayi mungil yang cantik, dan tentu saja sangat sehat. Kami memberinya nama Maria Immaculata Arkadewi Santosa. Kami memilih Maria Immaculata karena pada hari itu Bunda Gereja memperingati Pesta Maria dikandung tanpa noda. Kami percaya bahwa Arka, bidadari kecil kami, sama sucinya seperti bayi-bayi lain yang terlahir dimuka bumi ini. Arkadewi dalam tradisi Jawa berarti bidadari penerang keluarga, kehadirannya telah membawa terang harapan baru bagi kami. Sedangkan Santosa berarti sehat, nama itu diambil dari nama keluarga Vera.

Aku dan Vera sepakat untuk menilah tahun depan, dan memutuskan untuk tingga di Semarang. Kami ingin memulai sesuatu yang baru di sana. Aku juga telah mengundurkan diri dari NGO, dan berencana membuka usaha di Semarang. Vera semakin mahir merias, jadi kami sepakat untuk bekerja sama dengan Mbak Erica untuk membuka WO di Semarang.

Hidup telah berlaku keras pada kami, tetapi begitulah cara Sang Waktu mengajar pada kami akan makna hidup. Manusia hidup hanya untuk satu tujuan yaitu untuk mencintai. Cinta bukan untuk menguasai tetapi untuk melayani. Apa yang akan kami lalui kedepan takkan pernah mudah. Tetapi kami percaya bahwa cinta akan menjaga kepala kami tetap tegak kala badai menerjang. Dan pada saat telah tiba kami akan menatap cakrawala emas yang penuh dengan kemuliaan.