Kini home band memainkan lagu que sera-sera. Lagu yang sangat emosional. Kenyataan hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita harapkan. Ada banyak hal yang begitu sulit untuk kami pahami. Rasanya bagaikan berjalan di lorong gelap. Semua penuh dengan ketidak kepastian. Tapi bagaimanapun juga hidup tetap harus berjalan. Tentang akhir perjalanan ini, kami hanya bisa bernyanyi," Que sera-sera, what ever will be will be". Apa yang terjadi terjadilah. Kun faya kun.
Tak pernah ada burung pipit kelaparan. Karena Allah memberi makan setiap mahkluk. Allah mengulurkan tangan, maka keyanglah mereka. Semua akan baik-baik saja karena Allah sendiri yang menyelenggarakan kehidupan ini. Pertanyaannya sekarang adalah apakah kami siap menggantungkan hidup pada Allah?
Saat Abraham meninggalkan kampung halamannya di Uur Khasdim dia tak tahu akan akan dibawa ke mana. Dalam konteks budaya saat itu meninggalkan kampung halaman bisa menjadi masalah besar. Sebagai suku semi nomaden, perlindungan dari suku, atau keluarga itu sangat penting. Tanpa itu seseorang bisa dengan mudah diserang suku-suku lain. Meninggalkan kampung halaman waktu itu berati melepas perlindungan itu. Abraham melepas itu, dan menyerahkan hidupnya pada Allah. Terdengar gila, tapi itulah iman. Sejarah umat manusia telah membuktikan Allah tak pernah ingkar janji. Sekarang sanggupkah kami percaya pada janji Allah? Menyerahkan hidup kami sepenuhnya dalam penyelengaraan-Nya? Semua masih terasa begitu gelap bagi kami.
Vera melepaskan sandaran dan duduk tegak menatapku. "Anes, apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya padaku. "Aku bahagia,"jawabku. "Bahagia untuk apa?" tanyanya lagi.
"Untuk malam yang indah, bahagia karena ada kamu di sampingku."
"Kita ga bisa bersama Anes."
"I just love you no matter what."
"Beda konteks Anes."
"Sama aja, pada intinya semua orang merindukan cinta. Perasaan diterima secara utuh akan membuat kita bahagia. Itu yang selalu kita rindukan. Banyak hal terjadi diluar kendali kita, tetapi selama kita memiliki cinta semua akan baik-baik saja. Itu yang aku pelajari dari Calum Scott."
"Do you miss 'the special piece'?"
"I have told you, yes I do. How about you?"
Kami kembali terdiam. Obrolan kami menjadi terasa membosankan. Namun sepertinya hati kami tak bisa berbohong.
'One special piece' itu memang benar-benar special. Aku dan Vera sama-sama tumbuh dalam tradisi kekristenan yang cukup kuat. Nenekku seorang Katolik yang taat, aku tak tahu bagaimana hidup keagamaan keluarga Vera, tetapi menurutku menerka cukup rajin berdoa. Dalam ajaran agama kami, Allah digambarkan sebagai "Bapa". Hal ini menjadi sulit kami pahami, karena kami tidak memiliki gambaran bapa dalam kehidupan kami. Kami tidak pernah mengenal ayah kami. Ketika seseorang mengatakan kepada kami, bahwa Allah adalah Bapa yang berbelas kasih, hal itu menjadi begitu absurd bagi kami. Aku memang mengenal ayahku, tetapi gambaran ayah yang ku miliki jauh dari gambaran seorang bapa yang baik. Inilah yang membuat 'one special piece' itu begitu special. Kerinduan kami sesungguhnya adalah kerinduan akan Allah. Kerinduan yang tak terjawab itu berubah menjadi sebuah kebingunan. Dan akhirnya aku secara terbuka mendeklarasikan diri sebagai agnostik.
"AKu lahir tanpa seorang ayah, aku sering di bully teman-temanku. Katanya aku anak haram. Sering aku bertanya apa keberadaanku adalah sebuah kesalahan? " katanya padaku. Aku tertawa mendengarnya. "Kamu tahu, waktu aku di rumah, Nenek cerita kalau dulu Ibuku juga hamil sebelum nikah. Apa aku adalah sebuah kesalahan? Ver, kita punya banyak kesamaan. Itu bukan kebetulan. Mungkin emang kita jodoh."
"Ga usah maksa," katanya dingin. "Aku ga maksa kok. Aku cuma menawarkan alternative," kataku.
"Ga semudah itu Anes, kamu ngertikan maksudku?" Tentu aku paham apa yang dimaksud Vera. Pernikahan berti menyatukan dua pribadi yang berbeda. Hal ini membawa konsekuensi yang besar. Kedua belah pihak harus siap menerima pasangan masing-masing secara utuh, termasuk masalah yang dia bawa. Dalam kasusku mungkin ini menjadi semakin rumit. Dan mencintai anak yang bukan darah dagingku sendiri, jelas tak akan mudah. Ditambah lagi seseorang yang pernah mengalami kekerasan, akan cenderung menjadi pelaku kekerasan. Ada semacam dendam disini. Tetapi bukan berarti semua itu tidak bisa diatasi. Aku bukan ayah, apa yang pernah terjadi memang berpengaruh, tetapi aku bisa memilih mau menjadi seperti apa. Dan akhirnya aku berputar pada masalah yang sama.
"Waktu Ibu meninggal, aku masih kecil. Tapi aku masih ingat betul kejadian hari itu. Saat aku bangun, aku melihat nenek duduk di tempat tidur. Dia lalu memelukku sambil mengusap kepalaku. Dia tidak mengatakan apapun. Aku lalu dimandikan. Banyak orang datang ke rumah. Entah mengapa aku merasa takut. Aku lalu menangis. Setelah itu Ibu datang. Tetapi dia sama sekali tidak menolongku. Dia tidur mengunakan gaun putih. Aku bertanya pada Nenek, mengapa Ibu diam saja. Nenek bilang Ibu akan pergi dan tinggal diantara bintang-bintang, di sana Ibu akan bahagia. Tentu saja aku makin bingung. Kalau dia bahagia mengapa aku tidak diajak. Aku berpikir betapa jahatnya Ibu. Atau dia marah padaku. Apa aku mebuat sebuah kesalahan hingga dia pergi meninggalkan aku?"
"Hidupku setelah itu tak pernah mudah, setelah Ayah pulang aku malah disiksa. Setelah dia pergi, aku dikeluarkan dari sekolah. Aku dulu tak mengerti, sekarang aku paham, mengapa aku dikeluarkan. Karena orang tuaku meninggal karena HIV. Padahal mereka terinfeksi setelah aku lahir. Dengan demikian, bisa dipastikan aku negative."
"Aku sering merindukan Ibu dan merasa sepi. Aku menjadi takut mencintai, karena aku takut kehilangan. Beruntung aku punya Nenek. Dia yang membuatku mampu bertahan. Karena Nenek selalu memberiku cinta. Dari situ aku belajar, selama aku memiliki cinta, aku selalu memiiki harapan."
"As long as you love, you still have hope. Do yu belive it Vera?"
![](https://img.wattpad.com/cover/192362261-288-k8081.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pita Merah untuk Vera
RomanceAnes seorang aktivis HIV/AIDS tak pernah menyangka akan jatuh cinta pada seseorang LC yang ia dampingi. Kisah cintanya menjadi semakin rumit ketika Vera-perempuan yang ia cintai- terinfeksi HIV. Secara manusiawi ia berusaha menyangkal cinta yang ia...