Lima Belas

35 7 4
                                    

Laksa mengetahui tentang aku yang mengikuti Gatot dan belajar beladiri padanya. Namun ia tak marah padaku. Ia mengijinkanku belajar dengan Gatot.

Pada akhirnya Laksa mengalah, dan menurutiku. Kepergian ku ke Inggris di undur. Waktu itulah yang harus aku gunakan untuk melatih beladiriku.

Guru beladiri pertamaku adalah Gatot. Di hari pertama aku memulai latihanku dengan Gatot, Gatot menyuruhku membuat sebuah lingkaran yang tak terlalu besar, entah untuk apa.

"Untuk apa ini Gatot?". Tanyaku.

"Berlari lah, kelilingi lingkaran itu!". Gatot memerintahku.

Tanpa banyak bertanya, aku menurutinya, berlari mengelilingi lingkaran itu.

"Lebih cepat!". Teriak Gatot membuatku berlari lebih cepat lagi.

Matahari mulai tenggelam, saat itu pula Gatot baru menyuruhku menghentikan lariku.

Aku yang sangat lelah langsung duduk disampingnya, namun ia malah pergi meninggalkan ku yang masih terengah-engah. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.

Hari kedua aku berlatih dengan Gatot, ia menyuruhku membuat sebuah lingkaran yang lebih besar dari kemarin. Ia menyuruhku lari mengelilingi lingkaran, sampai matahari sudah malas menunjukan sinarnya. Gatot baru menghentikan ku. Ia langsung pergi meninggalkanku, aku heran. Tapi aku diam saja.

Keesokan harinya, hari ketiga latihan bersama Gatot,ia menyuruhku membuat lingkaran yang lebih besar dari hari kemarin. Ia menyuruhku untuk mengelilingi lingkaran itu. Aku sudah tak tahan, kesal dengannya. Aku menghentikan langkahku mengelilingi lingkaran itu.

"Lebih cepat, siapa yang menyuruhmu berhenti Lang?". Teriaknya, tapi aku tetap tak mau berlari lagi.

"Sebenarnya kamu mau mengajariku atau tidak Gatot". Teriakku tak kalah lantang dengan suaranya.

"Kenapa, kamu udah ga mau?". Bentaknya lagi.

"Kamu hanya menyuruhku untuk mengelilingi lingkaran setiap hari, aku kesal dengan semua perintahmu yang tidak jelas itu". Jawabku.

Gatot tidak berkata apa-apa. Ia melangkah pergi meninggalkanku.

"Gatot". Panggilku namun Gatot menghiraukannya.

Keesokan harinya, aku datang ke tempat latihan seperti biasa, namun Gatot belum ada disana. Akhirnya aku memilih untuk duduk-dudukan.

Satu jam telah berlalu dari waktu yang telah ditentukan untuk mulai latihan, namun Gatot belum juga ada. Aku mulai bosan, aku perlahan berjalan, tak tentu arah tujuan menyusuri pinggiran pantai.

Sebelumnya aku tak pernah menceritakan tempat ini ya. Tempat latihanku ini berada di pinggiran pantai, ini sudah menjadi tempat untuk keluarga Kriss berlatih.

Belum jauh aku berjalan seseorang memanggilku. Aku memicingkan mata, memperhatikan siapa yang memanggilku, ternyata Gatot dengan seorang kakek tua renta yang entah siapa dan untuk apa Gatot membawanya.

"Lang, kemarilah".

Aku segera menghampiri Gatot dan kakek tua renta itu.

"Perkenalkan, ini adalah guru barumu Lang, dia yang akan mengajarimu, namanya Danzo". Gatot memperkenalkan orang itu kepadaku. Aku membungkukkan badanku memberi hormat padanya.

"Apakah kau sudah siap?". Tanya si kakek tua bernama Danzo itu.

Aku lebih dari siap untuk berlatih, sudah kutunggu-tunggu saat-saat untuk aku berlatih, berlatih yang sesungguhnya bukan seperti yang Gatot ajarkan padaku.

Danzo menyuruhku untuk berlari dari satu pohon ke pohon sebelahnya, terus menerus sampai ia menghentikannya. Awalnya aku hampir menolak perintah Danzo, namun aku turuti saja karena ini perintahnya yang pertama.

Setelah ia menghentikan ku, ia menyuruhku untuk berlari lagi, dan lebih cepat lagi. Untuk yang kedua kalinya, aku menuruti perintahnya juga.

Namun, untuk yang ketiga kalinya, dia memberikanku perintah yang sama, aku kesal, pada akhirnya aku memberontak.

"Untuk apa aku hanya kalian suruh untuk berlari?". Protesku kesal pada Danzo.

"Kau mau menjadi muridku tidak?". Tanya Danzo dengan intonasi yang tenang.

"Turuti saja perintahnya Lang". Kata Gatot.

"Memangnya kamu bisa apa kek?". Tanyaku kesal, dan berusaha mencibirnya.

"Elang". Bentak Gatot.

Kakek tua itu masih terdiam dengan raut muka yang masih tenang, namun aku tercengang karena tiba-tiba kakek itu berada di sampingku. Ia memutariku, muncul, menghilang, muncul, menghilang begitu seterusnya. Aku masih terpana dibuatnya, ajaib sekali, dia bisa menghilang, kakek itu tiba-tiba sudah berhenti di depan Gatot.

Aku malu karena telah meremehkan kemampuannya, yang baru aku tau setelahnya dia adalah seorang samurai yang tersisa pada masa kini.

Inilah teknik pertama yang diajarkan oleh Danzo padaku, yaitu teknik menghilang. Ia menyuruhku untuk berlari secepat mungkin. Karena memang teknik menghilang sebenarnya adalah teknik kecepatan. Dan saat itu pula aku baru tahu, Gatot hanya menyuruhku untuk berlari karena menunggu kedatangan Danzo.

Banyak hal yang aku dapatkan dari Danzo. Danzo termasuk seorang guru yang sangat pendiam bagiku, dibandingkan dengan Gatot dan Alice si bule. Gatot yang penuh dengan amarah, dan Alice yang selalu banyak kata.

Hampir satu bulan aku berlatih dengan Danzo. Namun dengan tiba-tiba Danzo pergi meninggalkanku. Ia kembali ke negaranya, yaitu Jepang. Aku, Gatot maupun Laksa tak bisa menghentikannya, ini sudah menjadi keputusannya. Sebenarnya aku sedih karena memang aku belum banyak mempelajari banyak hal darinya, tapi kubiarkan saja dia pulang, dan pada akhirnya aku kembali berlatih bersama Gatot.

Gatot mengajarkanku bertarung, dia merupakan petarung andal jarak dekat. Pukulan tangannyalah yang hebat. Dengan sekali tinju bisa membuat KO lawan.

Namun setelah beberapa hari aku berlatih bersamanya, setelah beberapa hari aku pun selalu kalah darinya. Tepat ketika seminggu dari kepergian Danzo aku bisa memukulnya. Aku memukulnya, mengenai rahangnya dan menendang kakinya dan membuat dia limbung, dia ambruk.

"Ini adalah latihan kita yang terakhir Lang". Kata Gatot dengan muka sendunya, walaupun memang untuk orang yang baru mengenalnya, tidak akan tau raut mukanya yang sendu. Aku sudah berhari-hari menghabiskan waktu bersamanya, jadi aku tau kalau ini raut muka yang sendu.

"Memang kamu mau pergi kemana?". Tanyaku.

"Aku tidak akan pergi kemana-mana, tapi tugasku sudah berakhir Lang, seorang guru dinyatakan berhasil ketika muridnya bisa mengalahkannya, dan itu merupakan hari terakhir antara guru dan muridnya berlatih, dan hari ini kamu mengalahkanku, kamu hebat Lang, kamu bisa mengalahkanku hanya dalam beberapa hari, lain dengan muridku yang lain, satu tahun saja belum tentu cukup untuk mereka, kamu memang istimewa Lang". Pujinya sambil berjalan menyusuri bibir pantai.

"Warseto pasti bangga padamu Lang". Kata Gatot.

"Dahulu aku termasuk orang yang bebal Lang, susah diatur, orang tuaku bercerai, hingga kini aku tak tau dimana ibuku, aku hidup bersama ayahku. Tapi ayahku selalu menyuruhku untuk mengemis, mengamen bahkan mencopet, apapun itu yang penting aku menghasilkan uang. Jika aku tak menghasilkan uang, aku selalu dipukuli oleh bapak. Hingga suatu saat, aku mencopet dompet seseorang lelaki, tapi aku ketahuan, dikejar dan dia mengambil dompetnya, tapi dia tidak memukuliku ataupun melaporkanku pada polisi. Gelap sudah mulai muncul waktu itu, aku segera pulang ke rumah, sampai rumah, bapakku mengamuk karena aku tidak mendapat uang yang banyak. Aku tidak tau ternyata lelaki itu mengikutiku ke rumah, ia menariknya dari pukulan bapakku, bapakku yang marah langsung berusaha memukuli lelaki itu. Tapi lelaki itu tak terkalahkan, lalu lelaki itu memberikan bapakku uang yang banyak dan membawaku pergi, dia mengurusku, ia mengajariku cara bertahan hidup hingga aku bisa bertahan sampai saat ini. Lang kau tau siapa lelaki itu? Itulah bapakmu Lang, dia yang mengajariku semuanya Lang. Makanya ketika aku tau kau adalah anak Warseto, saat itu pula aku ingin segera membalas jasanya walaupun memang tidak akan sebanding dengan apa yang ia lakukan padaku".

Inilah hal pertama yang aku dengar tentang bapakku dikeluarkan Kriss selain dari Laksa.

Para Penguasa NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang