Sembilan tahun telah berlalu sejak aku belajar dengan Danzo.
Setelah aku mengalahkan Gatot, hari-hariku hanya aku habiskan untuk berlatih sendirian. Gatot yang selalu pergi menjalankan tugas dari Laksa, dan Laksa yang sibuk memperluas teritorial kekuasaan membuatku sendirian.
Pada akhirnya aku menerima perintah Laksa yaitu melanjutkan pendidikan di Inggris, tempat kelahiran Alice, guru pertamaku.
Kini aku sudah mendapatkan dua gelar doktorku sekaligus. Untuk pertama kalinya aku menempuh pendidikan biasa seperti kebanyakan orang. Laksa menawariku mobil, tapi aku menolaknya. Selama di Inggris aku lebih memilih berjalan kaki atau mengendarai sepeda dari pada mobil.
Aku mendapatkan nilai cum laude. Itu membuat Laksa bangga padaku, apa lagi umurku masih terbilang sangat muda untuk mendapatkan gelar itu.
Laksa menawarkan ku untuk singgah ke kampungku sejenak setelah kepulanganku dari Inggris. Tapi entahlah, aku berusaha untuk lupa dengan rumahku di kampung. Aku membencinya sejak Umak mengusirku dari rumah.
Bukannya aku ingin seperti Malin Kundang, sebelum kejadian itu aku tak pernah lupa dengan Umak barang sejenak. Tapi setelah kejadian itu, aku benci semuanya. Tawaran Laksa ku tolak mentah mentah.
Markas keluarga Kriss semakin lebar, dan daerah kekuasaannya pun semakin luas.
Hari ini, jadwalku untuk bertemu seseorang, kulajukan mobilku menyusuri jalan protokol. Hingga tepat di depan sebuah gedung yang megah aku menginjak remku, perlahan menghentikan laju mobilku.
"Selamat datang Elang". Sambut seseorang berkemeja putih sambil membungkukkan badan memberi hormat padaku, aku tahu dia adalah seorang penasihat keuangan.
Ia mengantarku menuju tempat atasannya.
"Cepat katakan apa mau?". Ucap lelaki berdasi di balik meja itu terburu-buru. Dia lah orang yang ku tuju.
"Santai saja, belum juga tamumu ini kau beri kopi". Kata Elang sambil duduk di sofa walaupun belum dipersilahkan.
"Cepat katakan, aku sudah ada janji yang lain, gara-gara kau aku terlambat". Katanya dengan intonasi yang lebih tinggi.
"Aku hanya meminta waktumu tiga puluh menit, tidak lebih, itu juga jika kau mau". Kata Elang santai sambil mengetuk-ngetuk kan jarinya ke meja.
"Memangnya kamu siapa, jika aku memberikan waktuku tiga puluh menit hanya untuk menemuimu, apakah kamu akan memberikanku dana kampanya hah". Kata lelaki itu mulai tak sabar.
Hah, dana kampanye. Dia orang yang tak tau aku. Tak kan ku beri barang seperakpun jika ia tak menurutiku, rutukku dalam hati.
"Turuti saja pak". Seseorang yang tadi mengantarku berkata. Ya, dialah seorang penasihat keuangan seorang calon Presiden.
"Memang dia siapa?". Tanya calon presiden itu pada penasihat keuangannya.
"Saya Elang". Kataku sambil memberikan sebuah kartu nama. Dibacanya kartu nama itu oleh calon presiden.
"Turuti saja pa". Kata penasihat keuangan itu dengan wajah berkeringat. Jelas ia ketakutan, karena ia tahu siapa aku.
Karena penasihat keuangan mengatakan untuk menuruti kemauan ku, akhirnya calon presiden pun setuju, ia membatalkan janjinya dengan orang lain.
"Langsung saja. Terpilih atau tidak terpilahnya kamu menjadi presiden nanti, saya peringatkan untuk tidak pernah mengusik kami, jika kamu mengusik kami, kamu akan tau akibatnya". Kataku dengan sedikit memberi penekanan pada kata-kataku tadi.
"Sepertinya lawanmu sudah tau siapa aku, maka dari itu ia memilih untuk langsung menuruti ku". Kataku menjelaskan. Sang calon presiden sedikit gentar, keringat mulai bercucuran di dahinya, walaupun memang sebenarnya ia tidak tau siapa aku, dan ia tidak tau siapa kata kami yang aku maksud, tapi dengan menyebutkan kata lawannya saja, itu membuatnya gentar.
"Hanya itu yang ku mau, ingat-ingat lah kataku tadi bapak calon presiden, jika kau melanggarnya, kau akan tau akibatnya. Jika kau tak percaya denganku, mari kita ingat, seorang presiden yang kedua, yang sudah menjabat bertahun-tahun ia tidak mau mendengarkan kami, ia mengusik kami. Pada akhirnya ia jatuh, kekuasaannya runtuh, krisis moneter dimana-dimana. Siapa yang tau, tak ada yang tau yang sebenarnya terjadi, kami ada di balik itu semua. Padahal masyarakat hanya tau dengan kekacauan negeri yang sepele bukan, jika kau ingin seperti itu silahkan, tapi jangan salahkan aku jika kami akan menghancurkannya".
Calon presiden masih diam membisu, tak ada sedikit kalimatpun yang keluar dari mulutnya.
"Baiklah, waktuku sudah habis, selamat melanjutkan aktifitas anda bapak calon presiden, dan perkenalkan lagi namaku Elang, agar kau tak lupa. Dan perlu di ingatkan lagi, shadow economy lebih dari apa yang anda ketahui, lebih dari yang anda bayangkan". Kataku sambil menjabat tangannya, lalu melangkah pergi dan meninggalkan kantornya yang megah.
Calon presiden itu bertanya pada penasihat keuangannya, siapa Elang sebenarnya, penasihatnya memang tidak tau banyak. Tapi ia kenal dengan Elang ketika ia di Inggris, ia tau Elang mengambil gelar doktor dua sekaligus, dan tak ada satu orangpun yang tau latar belakangnya, yang ia tau, apa yang dikatakan Elang harus ia turuti. Elang adalah orang yang menakutkan. Shadow economy begitu menakutkan. Itulah yang ia ketahui.
Begitulah aku, namaku Elang, begitu ditakuti, bahkan seorang calon presiden saja gentar. Dan seorang presiden pun tak akan berani. Itulah tugasku dalam keluarga ini. Keluarga Kriss.
Kalian tau tentang Shadow economy, itulah bisnis yang kami kerjakan, jangan pernah kalian berfikir seberapa besarnya kami, karena kami tidak bisa di prediksi. Karena bukan hanya di negeri ini, jaringan kami sangat luas, bahkan sampai keluar negeri.
Kami bukan para preman pasar, gengster, atau apalah semacamnya, kami lebih kuat dari itu semua, permainan kami lebih bagus. Bukan seorang pengedar narkoba, atau penyelundup barang-barang ilegal lainnya. Memang dahulunya seperti itu, tapi seiring berjalannya waktu kami berkembang, kami tidak lagi seperti tikus got itu, kami lebih hebat dari yang kalian kira.
Tugasku dalam keluarga Kriss adalah seperti ini, membiarkan semuanya berjalan selancar mungkin, apabila ada sesuatu yang mengganjal dan yang lainnya tidak bisa menyelesaikannya, itulah tugasku untuk menyelesaikannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/191821812-288-k753638.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penguasa Negeri
General Fiction😊Follow and vote sebelum baca, terus komment setelah baca🙏 Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka. Jika Ada Kesamaan Nama Tokoh, Tempat Kejadian Ataupun Cerita, Itu Adalah Kebetulan Semata Dan Tidak Ada Unsur Kesengajaan Elang, seorang anak dari kampung...