Tujuh Belas

27 3 0
                                        

Setelah beberapa hari aku menemui calon presiden, aku mendapatkan tugas baru lagi, bahkan bukan di ibu kota, ku lajukan mobilku menuju bandara, karena di situ sudah ada helikopter milikku.

Laksa membelikan helikopter pribadi untukku ketika pertama kali aku pergi  ke London. Tapi aku tidak pernah memakainya, dan inilah pertama kalinya aku akan memakainya.

"Selamat siang Elang". Sapa seseorang yang Sudah menungguku di dalam helikopter.

"Siang Pedro". Jawab Elang.

Pedro adalah seorang pilot asli Itali. Ia dikeluarkan dari pekerjaannya karena ada salah satu atasannya yang tidak menyukainya. Sebuah pesawat yang ia bawa meledak, namun hanya ia yang selamat. Semua orang mengira ia adalah teroris. Tak ada yang memercayainya lagi, bahkan ia menjadi buronan sampai akhirnya ia menabrakku yang sedang menghabiskan waktu di jalanan Itali. Waktu itu aku sedang menyelesaikan misi kecil dari Laksa. Umurnya tak jauh denganku, hanya 4 tahun lebih tua dariku.

"Mi dispiace signore". Ucapnya padaku dengan pakaian yang berantakan. Yang artinya maafkan saya tuan.

Aku yang melihatnya seperti terburu-buru dan dikejar-kejar sesuatu berusaha membantunya. Aku lihat ia sepertinya orang yang baik. Kusembunyikan ia. Setelah itu aku mengajaknya makan disebuah restoran.

Dan saat itulah ia menceritakan semua kejadian yang ia alami. Setelah ku telusuri semua yang ia katakan benar. Aku menawarkannya untuk bekerja dengan keluargaku, hanya mengurus pesawat pesawat kami dan menjadi pilot pribadiku.

"Kemana tujuan kita tuan?". Tanya Pedro setelah melihat ku duduk. Kini bahasa Indonesia nya sudah lancar. Karena sudah hampir setahun ia berada di sini.

"Tak usah panggil aku tuan Pedro, panggil saja aku Elang". Kataku.

"Kamu bosnya Elang". Katanya menuruti perintahku, aku tersenyum.

"Kita ke Bali Pedro". Kataku mengatakan tujuan.

Setelah lama pesawat mengangkasa.
"Oke. Sebentar lagi kita akan turun Elang". Katanya memperingatkan ku agar aku bersiap-siap.

Pedro mendaratkan pesawat di bandara Ngurah Rai.

Sesampainya di sana, beberapa orang sudah menungguku, aku segera menuju hotel yang telah mereka siapkan.

Tak ingin berlama-lama di hotel, aku segera berganti pakaian dan meminta mobil kepada petugas hotel.
Ku lajukan mobil yang kukendarai menuju Pura Luhur Ulu Watu. Di situ lah aku akan menemui seseorang.

"Keisi lei to hai Indonesia?". Tanyaku mencoba menggunakan bahasa Mandarinku  pada lelaki paruh baya yang sudah menunggu ku sedari tadi, yang artinya kapan kamu sampai di Indonesia? Semoga aku tak salah ucap harapku dalam hati.

"Semalam aku baru sampai Lang". Katanya menjawab pertanyaanku.

"Kamu masih sama seperti tahun lalu yah Lang". Katanya sambil menepuk-nepuk Pundak ku. Aku hanya tersenyum.

"Bagaimana kabarmu Lee Shau ko?". Yah, lelaki itu Lee Shau Ko yang berasal dari Hongkong, dia memegang alih semua kendali Bisnis gelap di semua negara Asia. Usianya masih sangat muda jika dibandingkan dengan Laksa.

"Beginilah, seperti apa yang kamu lihat, aku sehat, bagaimana kabar Bapakmu itu, kenapa ia mengirimmu bukan ia saja yang menemuiku". Bapak dalam pertanyaan Lee ini berarti menanyakan Laksa, karena tahun lalu aku pergi ke Hongkong bersama Laksa, ia mengenalkan ku dengan Lee dan mengatakan aku anaknya.

Kata Lee, Laksa tidak pernah membawa orang lain jika ia pergi menemuinya, hanya aku yang pernah Laksa ajak. Hmmm,,terkadang aku bahagia jika mengingat aku sudah di istimewakan oleh Laksa.

"Kabar Laksa baik Lee, hanya saja ia sedang tidak bisa pergi jauh".

"Pasti engkau orang yang amat sangat Laksa percaya bukan, sampai-sampai ia berani menyuruhmu untuk menemuiku menggantikannya".

Aku terdiam "Bagaimana liburanmu sekeluarga Lee?". Tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Yah mereka sangat senang, anakku bilang disini indah, bahkan dia bilang dia tak mau pulang".

"Biarkan mereka tinggal di sini lebih lama lagi Lee, aku akan menjaga mereka". Kataku menawarkan.

"Ah, tidak usah. Anak dan istriku nanti akan merepotkan mu, aku tau, kamu bukan orang sembarangan di keluarga Kriss kan".

Aku hanya tersenyum mendengar apa yang di ucapkan. Yah, aku datang kesini hanya untuk menyambut kedatangan Lee, Lee adalah orang yang sangat berpengaruh di dunia hitam. Maka dari itu Laksa menyuruhku untuk menemuinya walaupun hanya sekedar untuk berbasa-basi, itu amat penting sekali.

Setelah pertemuanku dengan Lee, aku segera pergi ke BK, BK adalah Bank Kami, Bank yang meminjamkan uang kepada masyarakat dengan bunga kecil. Begitulah Bank ini dikenal oleh orang. Sayangnya, mereka tidak tau dibalik itu semua.

Meminjamkan uang dengan bunga yang sangat kecil hanyalah sebuah kamuflase. Bank ini sebenarnya milik keluarga Kriss, hanya saja kami mendaftarkan ya bukan dengan namaku ataupun nama Laksa. Kami memberikan bunga kecil hanya untuk membuat masyarakat tertarik.

Dari luar, memang Bank ini seperti bank lainnya, berjalan seperti bank lainnya, tapi siapa sangka dibalik kemurahan itu semua.

Keluarga kriss bukan sembarangan. Kami mendirikan toko-toko, perusahaan, rumah makan, bahkan rumah sakit. Dari luar memang bisnis kami nampak biasa seperti bisnis pada umumnya, bisnis kami merajalela. Kami mengatasnamakan bisnis kami dengan nama orang-orang terkemuka di negeri ini. Orang itulah yang nantinya akan terkenal, menjadi orang terkaya urutan kesekian di negri. Padahal itu adalah milik kami. Kekayaan kami sangat berlimpah, bahkan orang terkaya nomor satu di negri ini saja itu hanya 10 persen dari harta kami.

Saat ini aku akan pergi ke bank cabang yang berada di Bali. Dari semua bisnis kami, uang itu akan kami cuci, siapa yang tau dengan uang yang sebenarnya dari bisnis gelap. Orang hanya membutuhkan uang, tidak ingin tau dari mana asal uang yang ia dapatkan.

Di bank cabang inilah aku mendapatkan informasi bahwa ada kasus fraud  di sini. Aku hanya akan memastikannya saja, kasus kecil seperti ini masih bisa di urusi dengan orang lain.  Setelah ku pastikan kasus ini memang benar ada, aku akan menyuruh Parwez untuk membereskannya.

Para Penguasa NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang