Dua Puluh Lima

16 2 0
                                    

Hari ini, hari besar bagi para pemegang bisnis gelap. Aku memasang dasi perlahan, sambil berjalan ke arah tumpukan berkas yang ada di atas nakas.

Setelah dasi ku terpasang, ku buka beberapa berkas yang tertumpuk, dan ku baca. Setelah beberapa menit aku membacanya, aku pergi meninggalkan kamarku. Parwez yang sudah menungguku segera berdiri dan mengikuti langkahku.

Mobil yang sudah siap segera aku tumpangi. "Biar aku saja yang menyetir Lang". Ucap Parwez.

"Tidak usah". Jawabku singkat sambil membuka pintu dan segera masuk kedalam mobil.

Aku Memang tidak suka untuk disupiri kecuali jika aku lelah, dan saat ini aku sedang tidak lelah. Kulihat Parwez yang sudah masuk dan memasang seatbelt. Segera ku lajukan mobil yang ku kendarai melintasi taman keluarga Kriss.

Tiga puluh menit telah berlalu, suasana pun sudah berubah menampakkan kota metropolitan. Tepat di depan sebuah hotel yang amat megah, Elang memelankan laju mobilnya sebelum pada akhirnya menghentikannya.

Elang dan Parwez memasuki aula besar hotel itu, terlihat ruangan sudah di penuhi dengan beberapa orang berpakaian rapih, dan hampir dari semua orang itu menggunakan pakaian hitam. Bukan, tempat ini bukan kuburan yang dipenuhi dengan orang yang akan berziarah.

"Hai Lang". Ucap seseorang yang menghampiri Elang. Dilihatnya orang itu oleh Elang, ternyata Lee Shau Ko dengan Lee Key Ra dibelakangnya.

Aku sedikit membungkuk menyambut kedatangan mereka. Terlihat Key Ra yang memakai cardigan dengan warna sama seperti orang yang berada di ruangan ini, mukanya di poles dengan make-up tipis. Aku sedikit tersenyum padanya. Dan Key Ra membalas senyumanku.

Setelah bertegur sapa dengan Lee, Lee segera pergi menaiki panggung dan duduk diatas kursi yang sudah di sediakan. Sedangkan aku duduk di kursi terdepan, memandang Lee yang berada di atas sana.

"Selamat siang semuanya". Ucap Lee menyapa kami, menghentikan semua suara yang ada dalam ruangan.

"Terimakasih untuk kedatangan kalian semua, apa lagi yang sudah datang jauh dari luar negeri, memang kebetulan rapat kali ini tuan rumahnya Indonesia". Ucap Lee menghentikan ucapannya.

"Saya Lee Shao Ko ketua dari semua bisnis gelap dunia akan memberikan jabatan saya pada anak saya Lee Key Ra". Lanjutnya. Lee Key Ra berdiri disamping nya dan menunduk memberi penghormatan. Seketika suasana menjadi ramai oleh tepuk tangan semua orang yang hadir dalam acara ini.

Lee Shau ko memberikan tempatnya kepeda anaknya yang segera langsung disambut baik oleh sang anak. "Baiklah, terimakasih pada ayahku tercinta yang telah memercayakan semua tanggung jawabnya padaku, saya janji akan bersungguh-sungguh untuk menjalankannya walaupun harus memberikan nyawa saya". Suara tepuk tangan kembali bergema lagi.

"Maaf tuan, apakah keputusan ini sudah final untuk memberikan jabatan pada anak anda?". Tanya seseorang di deretan terdepan, hanya selang lima orang dari ku.

"Saya sangat yakin sekali". Ucap Lee Shau Ko tanpa ada keraguan sedikitpun.

"Kita adalah para penguasa, rasanya tidak etis sekali jika kita di pimpin oleh seorang wanita, apa lagi sepertinya anak anda masih belum mengerti dengan semua keadaan kita." Ucapnya lagi. Kali ini Lee Shau Ko terlihat sedikit geram melihat orang yang menyangkal keputusannya itu.

"SEKALI LAGI SAYA UCAPKAN, SAYA SANGAT SANGAT YAKIN DENGAN KEPUTUSAN SAYA, DAN TIDAK ADA HAK UNTUK KALIAN PROTES". Ucap Lee mengeraskan suaranya berusaha untuk memberi penegasan.

Semua orang terdiam, bahkan Lee Key Ra saja bungkam.

Dalam keheningan, tanpa disangka, seseorang telah memegang pistol, mengarahkannya pada Key Ra, aku yang melihatnya segera berlari menaiki panggung dan menarik Key Ra membuat kami terjatuh.

"Aaww". Ucap Key Ra menyadarkan ku yang masih menindihnya. Aku segera bangun dan menawarkan bantuan pada Key Ra yang segera diraihnya.

Kulihat peluru telah menembus tembok, sekarang suasana di ruangan ini riuh karena perbuatan seorang tadi.

"Semuanya berlindung". Ucap Lee Shau Ko memberi perintah membuat semua orang berhamburan.

Kulihat orang yang tadi menekan pelatuk pistolnya berlari berusaha meninggalkan kekacauan yang telah ia buat. Aku segera berlari berusaha mengejarnya dan tanpa ku sangka ia menodongkan pistolnya padaku. Segera ku hentikan laju kakiku.

Aku terdiam sebentar, sebelum akhirnya aku menendang tulang kering kakinya membuat ia terkaget dan membuat pistolnya terjatuh. Kulihat mukanya yang meringis merasakan sakit di kakinya. Aku segera menggeser pistol agar menjauh darinya menggunakan kakiku.

Ia melayangkan sebuah tinjuan menuju dada ku. Namun sayang, gerakannya kalah cepat dengan tangkisan ku.

Terlihat beberapa orang masih memperhatikan pertarungan kami yang semakin memanas.

"Hentikan". Teriak seseorang, membuatku segera menghentikan aksiku yang sedang memukuli kawanku. Kulirik sekilas kawanku yang kini berada di sampingku dengan darah segar di sudut bibirnya. Ku berikan sebuah seringaian mengerikan padanya. Dia yang melihatku hanya menunduk.

"Siapa yang menyuruhmu?". Tanya Lee Shau Ko sambil berjalan ke arah kami. Bukannya orang itu menjawab, ia malah segera pergi berlari sesegera mungkin, aku yang hendak mengejarnya di hentikan oleh Lee Shau Ko.

"Kenapa dilepaskan?". Tanyaku tidak setuju dengan pendapatnya.

"Biarkan dia mengadu pada tuannya". Ucap Lee. "Apa kamu baik-baik saja Lang?". Tanyanya. Aku hanya mengangguk menandakan aku baik-baik saja.

Lee tersenyum hangat padaku, " Lagi-lagi kamu yang menolong putri ku Lang". Ucap Lee. "Terimakasih Lang". Lanjutnya.

Aku yang menunduk sedikit mengangguk sambil berkata "Sama-sama". Padanya.

"Apa kamu tidak salah pilih untuk mengangkat anakmu sebagai penggantimu Lee?". Tanyaku yang teringat dengan inti dari acara ini.

"Kenapa, kamu tidak percaya padanya Lang?". Tanya Lee membuatku merasa bersalah karena telah bertanya seperti itu.

"Maaf, bukan seperti itu maksudku". Ucapku menghentikan sejenak, "Mak, maksudku, dia mungkin akan berada dalam bahaya besar jika menjadi seorang pemimpin".

"Tidak Lang, justru jika ia menjadi seorang pemimpin, ia akan mendapat keamanan, apa kamu hawatir padanya Lang?". Tanya nya lagi membuat mataku membulat sempurna.

"Ah, tidak Lee, hanya saja melihat kejadian tadi mungkin akan banyak orang yang menginginkan posisi Key Ra, tapi mungkin itu hanya pendapatku saja". Pertanyaan Lee membuatku sedikit kikuk.

"Aku yakin, akan ada orang yang akan selalu menjaganya kelak". Ucap Lee sambil menepuk punggungku pelan. Entah apa maksudnya, perbuatannya tidak bisa aku mengerti.

Beberapa menit setelah itu, aku pergi meninggalkan hotel yang telah sepi karena kejadian tadi, di dalam mobil aku masih memikirkan perbincangan ku dengan Lee Shau Ko tadi di temani dengan Parwez yang masih diam, mungkin ia masih kaget melihat kejadian tadi. Pasalnya dia adalah orang yang paling benci dengan kekerasan, apa lagi jika sampai melihat darah.

Para Penguasa NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang