Enam

37 11 3
                                        

"Bukankah aku kesini untuk berlibur Laksa?".

"Tidak Elang, kamu disini untuk melanjutkan sekolahmu dan untuk menjadi ahli warisku".

Aku tercengang mendengarnya. Pantas saja Uma menangis seperti akan di tinggalkan selama-lamanya olehku, ternyata ini yang sudah mereka rencanakan untukku.

"Lantas bagaimana Uma dan Nay Laksa, mereka butuh aku".

" Umakmu bisa mengurus Nay sendiri Lang, Umakmu adalah orang yang kuat, aku yakin dia bisa".

"Aku mau pulang Laksa".

"Kamu tidak bisa pulang seenaknya Elang".

Aku pergi dengan tergesa meninggalkan Laksa, Laksa mengikutiku. Sesampainya dikamar aku segera mengemas barangku.

"Kamu tidak bisa pergi Lang, kamu harus melanjutkan pendidikanmu, kamu harus melanjutkan memimpin keluarga ini".

"Aku tidak mau Laksa". Bentakku. Andai saja ku tahu lebih awal, pasti aku tidak mau ikut bersama Laksa. Ya Tuhan, aku sungguh menyesal.

Segera aku berlari meninggalkan Laksa.

"Semuanya, cegah Elang, jangan sampai ia Lolos". Teriak Laksa.

Rumah sebesar ini mana mungkin bisa mendengar teriakan Laksa, gumamku dalam hati. Aku melanjutkan pelarianku sambil tersenyum.

Benda kotak seperti pintu itu tertutup, yanga baru ku tahu ternyata namanya lif, benda itu membawaku turun kelantai satu.

Benda itu mulai terbuka lagi. Tak ku sangka, tiga penjaga sudah menghadangku aku segera berfikir bagaimana cara menghindari mereka yang jumlahnya tidak sepadan dengan ku. Ditambah lagi badan mereka besar besar sedangkan aku kurus kering begini.

Salah satu orang yang berada di tengah segera berlari ke arahku. Aku menghindarinya dan lari ke orang yang berada disebelah kanan lalu memukul kepalanya, hampir saja orang itu kalah, tiba-tiba seseorang dari belakang memegangi tanganku.

Aku tak bisa menghadapi mereka, akhirnya akupun tertangkap.

"Kamu tidak bisa pergi dari sini Elang". Ucap Laksa yang keluar dari lif setelah aku tertangkap.

"Biarkan aku pergi Laksa". Teriakku.

"Kami bukan orang jahat Elang, kami hanya ingin mendidikmu".

"Aku mau pergi, kamu orang jahat Laksa, aku tidak mau hidup disini".

Ditengah-tengah perdebatanku dengan Laksa berlangsung, seseorang datang menghampiri kami.

"Ada surat untuk elang". Kata orang itu.

Aku segera mengambilnya, ku baca amplopnya
Untuk anakku Elang di keluarga Kriss.

Ku buka perlahan amplopnya, ku buka perlahan kertasnya, aku ingat dengan jelas tulisan Umaku, ternyata benar ini adalah tulisan Uma.

Elang, bagaimana kabarmu disana Lang, di keluarga Kriss?.

Maafkan Umakmu ini yang tidak memberi tahu sejujurnya kepadamu Lang, kamu kesana bukan untuk berlibur Lang, tapi untuk melanjutkan sekolahmu Lang, dan menjadi pewaris keluarga mereka karena Pakde Laksamu tidak mempunyai anak.

Tetaplah disana Lang, turuti apa saja yang mereka suruh, dahulu Abahmu menjadi salah satu anggota Kriss Lang, kami sangat berhutang budi pada keluarga itu, tapi Abahmu pernah meminta kepada mereka, jika nanti Uma dan Abahmu tidak bisa menyanggupi kebutuhan kamu dan Nay, Abahmu menyuruh mereka menjemputmu dan membiayai pendidikanmu disana Lang, sebelum Pakde Laksamu datang, tiga hari sebelumnya Uma mengirim surat kepada mereka bahwa Uma tak sanggup membiayai kamu, jika hanya Nay saja Uma masih sanggup Lang .

Jaga dirimu disana Lang, anggap pakde Laksa sebagai bapakmu. Uma disini dengan Nay baik baik saja. Turuti apa yang diperintahkan Pakdemu.

Begitulah isi surat dari Umakku.

"Baiklah Laksa, aku akan disini".

Para Penguasa NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang