Berharap pada hubungan yang belum resmi adalah kesalahan. –Sepasang kekasih
Berkali-kali ponsel Divya berdering, membuat Arya yang sedang menyetir kehilangan konsentrasi dan kesabarannya mulai rontok sedikit demi sedikit. Ia menoleh ke sebelah, gadis itu masih pulas tertidur menghadapkan wajah ke sisi jendela mobil.
Telepon berhenti. Tapi pasti bunyi lagi, membuat Arya terganggu. Benar, tak lama kemudian Arya mendengar suara pangilan masuk dari dalam tas Divya. Kali ini dia tidak akan segan-segan membangunkan gadis itu. Sungguh, dia baru tahu ada orang yang tidurnya sepulas itu. Apa jadinya kalau di malam hari saat ia terlelap tidur tiba-tiba ada orang teriak maling?
Arya menoleh, tangan kirinya menepuk pundak Divya pelan.
"Hah?" Divya baru sadar, kepalanya agak pening. Mendengar ponselnya berdering, ia kelabakan dan tangannya segera merogoh ke dalam tas lalu menemukan nama Gilang pada layar ponselnya. Ia menggeser panel hijau dan mengerjapkan mata.
"Didi, kamu baik-baik aja, kan?" suara Gilang terdengar sangat khawatir. Jelas saja, sudah ada tujuh panggilan tidak terjawab darinya. "Sayang?"
Divya mengucek matanya, masih mengantuk, ia menguap dan menutup mulutnya dengan tangan kiri. "Iya. Maaf, tadi aku ketiduran."
"Kamu lagi dimana, Sayang?"
Divya menoleh ke Arya, laki-laki itu terlihat tidak mempedulikan kegiatannya. "Di jalan. Balik ke Jakarta hari ini."
"Kamu pulang? Kok nggak kasih kabar ke aku?" Gilang terdengar sangsi.
Divya mengembuskan napas perlahan, membuang muka ke sisi kiri. Mendadak hatinya sedih karena satu harapan belum juga terwujud. Dia ingin pulang bersama Gilang ke rumah orang tuanya, entah kapan itu akan terjadi.
"Iya lupa. Lagian kamu lagi sibuk." Bohong, Divya tidak mungkin berdebat di telepon sementara ada orang lain di sampingnya.
Hening.
Divya menggigiti kuku jarinya, matanya berkaca-kaca. Tanpa izin dari Arya, ia meraih sehelai tissue di depannya demi menghapus butiran bening yang jatuh ke pipinya. Arya sempat menoleh sebentar, lalu kembali fokus mengemudikan mobilnya. Dalam hati ia menduga bahwa gadis itu sedang ada masalah, tapi ia tidak ingin tahu, bukan urusannya.
"Iya. Hati-hati juga, Lang. Bye." Divya kembali memasukkan ponsel ke tasnya, ia memiringkan duduk menghadap keluar jendela. Dia mulai menangis lagi, entahlah kenapa akhir-akhir ini dia begitu cengeng.
Arya menjadi agak terganggu melihat pemandangan di sebelahnya, gadis itu bahunya turun naik. Membuat dia teringat pada kejadian Tiara yang histeris setelah di putus oleh kekasihnya saat hari wisuda. Kejadian itu memang sudah lama, tapi nyatanya saat dia dihadapakan pada situasi yang sama, ia seperti dejavu.
Arya menghentikan mobilnya di sebuah rest area. Ia turun dari mobil dan meninggalkan Divya sendiri di dalam sana. Sepuluh menit kemudian Arya kembali, mengetuk kaca di dekat Divya. Gadis itu menurunkan kaca mobil, wajahnya terlihat agak pucat dan tidak sedang baik-baik saja.
"Minum." Arya menyodorkan satu botol air dingin.
"Terima kasih." Divya menerimanya tanpa senyum secuil pun.
"Mau makan?" tawar Arya sambil mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Banyak restoran di rest area tersebut, juga mini market.
Divya ikut melongokkan kepala ke luar, ia melihat salah satu tempat makan yang sedang ramai pengunjung. Sudah pukul 11.45 memang. Kepalanya terlalu penuh dengan berbagai hal, sehingga ia tak selera makan, perutnya pun masih belum protes untuk minta di ganjal makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Divya (REPOST 2021)
ChickLit"Sudah lama bersama, kenapa enggak nikah aja?" Itulah yang mengganjal di hati Divya, ia sudah mencoba mengajak kekasihnya bicara se-serius itu, namun belum ada tanda-tanda kesiapan menikah. Kekasihnya belum mau berkomitmen, Divya putus asa. Bagaiman...