Cie.. Nikah!

20.8K 1.3K 10
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMEN DAN VOTE YA TEMAN

TERIMAKASIH!!


Salah satu hal yang paling membuat kita bahagia di dunia ini adalah menemukan teman hidup, pasangan sejati. –Sepasang pengantin



Mungkin ini pertama kalinya bagi Divya menghadiri undangan pernikahan di Jakarta seorang diri, karena biasanya selalu ada Gilang yang menemani. Ia sama sekali tidak ingin menambah masalah dengan meminta bantuan Gilang. Jangankan mengontak laki-laki itu, teleponnya saja tidak pernah Divya angkat sampai detik ini. Walau hatinya menjerit, sakit dan rindu sekaligus, tapi ia tetap berlaku tegas dan tega!

Rasanya agak aneh berjalan sendirian dikeramaian pesta begini, ia baru masuk ballroom, aura kebahagiaan terpancar ke seluruh penjuru ruangan itu. Alunan musik lembut nan romantis yang menyambut kedatangannya membuat hatinya bergetar.

Kalau saja tahun ini aku...

"Sendiri?" suara dari balik punggungnya muncul tiba-tiba, memotong lamunan Divya.

Gadis itu segera membalik badan, ia tersenyum untuk menahan rasa terkejutnya. "Iya, Pak."

Arya berdiri tegap, terlihat lebih humble dengan batik lengan panjang, rambutnya disisir rapi, wangi bajunya perlahan-lahan merasuk ke hidung Divya. Aroma yang sama yang pernah terendus oleh indra penciumannya.

Divya mengedarkan pandangan ke sekeliling ballroom, sejauh mata memandang. Divya tadi sempat melihat Wiwit membawa pasangannya, entah gadis itu sewa dari mana. Karena setahu Divya dan teman-teman kantornya, Wiwit juga sama jomblonya dengan dia. Mereka senasib.

"Kamu nggak sama Gilang?" tanya Arya santai.

Divya terenyak, haruskah atasannya tahu masalah pribadinya? Ia memilih untuk menggeleng pelan dan berusaha menyunggingkan senyum ringan, supaya tidak ada pertanyaan macam-macam.

"Yang lain kemana?" Arya ikut mengedarkan pandangan. Belum menemukan orang-orang dari kantornya. Dan baru Divya, orang pertama yang ia temui begitu masuk ke aula pesta ini. Gadis itu terlihat amat elegan dengan kebaya sopan nan indah.

"Ehm... sudah duluan ke depan, Pak. Tadi ada Wiwit kok," jawab Divya dengan tatapan ke arah pelaminan.

Arya mengangguk namun matanya tidak mau menatap gadis di depannya lebih dari tiga detik, ia takut akan sulit menarik diri setelah tatapan lama itu terjadi. Malam ini, walaupun make up Divya sederhana, ia tetap cantik dan anggun dengan busana warna peach yang dikenakannya.

Itu, Julia? Bola mata Divya lagi-lagi menangkap teman kantornya, namun kali ini ia terlihat bingung. Seharusnya Julia sama sepertinya, datang sendiri. Mereka sempat balas-balasan chat di whatsapp. Julia curhat bahwa dia baru sampai dan sendirian di tengah-tengah pesta besar ini, lalu ia pun mengaku kalah karena sepertinya masalah traktir-mentraktir akan jatuh ke tangannya, namun apa yang Divya lihat sekarang? Divya tidak habis pikir dengan dua temannya. Terutama Julia yang sepertinya lincah sekali sampai-sampai dalam waktu kurang dari setengah jam sudah mendapat gandengan keren di lokasi pelaminan. Divya kalah telak!

"Ya sudah, kita ke depan yuk!" ajak Arya tiba-tiba dengan ekspresi datarnya.

"Yuk?" Sebenarnya Divya tahu maksud ajakan itu, Arya juga jalan sendiri jadi mereka lebih baik bareng, kan? Tapi mendadak otak Divya menjadi lemot luar biasa seperti komputer minta dibersihkan dari segala macam virus.

"Iya, kita samperin yang lain." Arya juga sudah melihat orang kantornya yang lain, di ujung dekat pelaminan mereka sedang berdiri. Melihat Divya diam saja, ia bicara lagi. "Lho, memangnya kamu nggak mau kasih ucapan sama pengantinnya? Eh, kamu juga dekat kayaknya sama Frans ya, Di?" dalam waktu sekian detik tatapan mereka beradu.

Story Of Divya (REPOST 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang