Punya teman yang peka itu bonus nggak sih? Tapi kalau kelewat peka jadinya ngeri, semua rahasia bisa terbongkar! –Teman yang pintar menebak
Di kantin yang masih sepi ini terlihat wajah-wajah kusut dan tak bersemangat. Wiwit sedang pusing dengan hubungan asmaranya, ia sudah kembali ke pelukan sang mantan sejak kejadian kondangan ke pernikahan Frans. Julia dirundung kegalauan karena anak cowok tim sebelah (yang lebih muda satu tahun darinya) telah menyatakan perasaannya secara blak-blakan ketika kemarin mereka dinas bareng. Sementara itu Divya banyak melamun, terdeteksi sejak ia kembali dari Bogor. Divya tidak ikut ajang pergosipan apapun, duduk diam di balik kubikelnya dengan tugasnya sendiri. Benar-benar tidak mau melihat dunia luar, berangkat pagi, pulang pukul tujuh malam, semuanya konsisten dilakukannya selama sepekan belakangan.
"Kalau sampai besok muka kalian masih jelek begini, gue pindah tempat duduk saja deh!" celetuk Frans tiba-tiba. Ia menyesap es jeruknya, dingin dan segar.
Tiga gadis tidak menggubrisnya sama sekali. Pikiran mereka melayang entah kemana.
"Lagi pada ada masalah? Soal cowok ya?" tebak Frans, orang terganteng di meja ini.
"Kelihatan banget?" Wiwit buka suara, bola matanya mengerling malas.
"Iya lah, jeleknya kayak anak Kingkong pada! Hahaha..." Frans meledek, ia terbahak-bahak. Dan bicaranya sudah tidak pakai dipikir lagi, kasar.
"Lo bapaknya, kan?!" Julia tidak terima dan menunjuk Frans dengan telunjuknya. "Bapak Kingkong memang!" berangnya.
Frans menganggapi dengan tawa lagi, benar-benar terhibur dengan pancingannya sendiri.
Julia memajukan duduknya, wajahnya terlihat serius. "Guys, gue mau bicara serius nih..." Dia menatap temannya satu per satu, dibalas dengan tampang menunggu. "Gue baru tahu si Dodi naksir gue dari dulu. Terus dia ngajak seriusan, gue maunya santai aja dulu. Belum kepikiran kayak elo, Frans." Jelas Julia dengan suara dipelankan, takut ada yang mendengar. Ratu gosip juga takut rahasainya asmaranya meleber kemana-mana.
Divya kontan menoleh ke arah Julia, Wiwit menepuk bahu Julia sambil tersenyum. "Ada juga yang ngajak lo nikah ya, Jul."
"Gue laku tahu!" Julia memanyunkan bibirnya. Tersirat rasa bangga dari hatinya.
"Lo sekarang berapa sih? Dua-tujuh ya? Nggak masalah sama Dodi yang tampangnya kayak masih bocah, toh dia ngajak lo serius, kan? Artinya mampu dan bisa tanggungjawab dong!" Divya mengeluarkan petuahnya. Ini adalah kalimat terpanjang yang ia sampaikan setelah ajang puasa bicara selama satu pekan.
Wiwit mengangguk setuju, "setahu gue Dodi cuma beda setahun dari lo, Jul. Nope lah."
"Usia nggak jadi masalah kalau dia mampu," Divya bersepakat.
"Gue... bingung, nggak kepikir aja gitu. Kok tiba-tiba ada yang ngajak seriusan sih!" Julia menyeruput minumnya. Atmosfer di sekitarnya mendadak membuatnya gerah.
"Lo yang tegas dong, Jul. Cowok yang berani ngajakin nikah itu jarang-jarang." Omel Frans, ia sambil membenarkan krah bajunya, tiga temannya saling melempar pandangan judes.
"Sok, keren lo, Frans!" seloroh Wiwit.
Frans tersenyum singkat.
"Julia, sekarang lo mau nikah atau pacaran terus yang nggak ada faedahnya?" Frans berujar mantap. "Untuk kalian juga deh, Didi dan Wiwit juga. Umur kalian ini sudah waktunya nikah!" Frans terdengar bijak.
Tiga perempuan itu kembali menatap satu sama lain, kening mereka bekernyit, pembahasan makan siang kali ini nampaknya berbobot. Menguras energi. Melihat keruwetan dalam ekspresi teman-temannya, Frans mendapat pencerahan. "Apa gue bikin challenge lagi buat kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Divya (REPOST 2021)
ChickLit"Sudah lama bersama, kenapa enggak nikah aja?" Itulah yang mengganjal di hati Divya, ia sudah mencoba mengajak kekasihnya bicara se-serius itu, namun belum ada tanda-tanda kesiapan menikah. Kekasihnya belum mau berkomitmen, Divya putus asa. Bagaiman...