Kenangan ya kenangan saja, tak usahlah dibahas-bahas. –Sang mantan
"Di, gue besok pergi ke Bandung. Kerjaan mana belum kelar semua. Lo bisa bantuin gue bentar nggak?" rengek Julia di meja Frans, sejak pagi ia pindah meja karena supaya dekat dengan Divya. Tapi mengapa Divya merasa terganggu ya?
Divya menoleh, agak segan. "Apa?"
"Review laporan gue sekilas aja, QC-nya sibuk banget, Di. Biar kalau ada salah nggak banyak-banyak amat. Gue mau kasih ke bos langsung takut masih typo atau apa." Julia menarik napas lagi. "Dag-dig-dug perasaan gue dari tadi." Curhatnya, Julia memang belum satu tahun di sini, masih ada beberapa hal yang ia sering lupa koreksi.
"Kenapa sih? Salah makan lo ya?" Divya malah menanggapi kalimat terakhir Julia. Sebenarnya pekerjaannya pun banyak. Banyak sekali malah!
"Salah makan sakitnya di perut. Ini di jantung, Didi." Julia terlihat menahan kesal.
Divya kembali mengetikkan sesuatu, belum berniat menyentuh hal lain selain yang ada di depannya. Dan kalau boleh jujur, dia sebenarnya tidak ingin diganggu.
"Lo kenapa sih, Di. Biasanya mau bantuin gue deh." Julia tidak menyerah.
Terlihat Divya memijat-mijat keningnya. "Gue juga banyak kerjaan cuyyy!! Tugasnya si Frans ternyata belum rampung sama sekali. Gue pikir udah mau finishing." Divya balas mengeluh. Ternyata Divya memang lebih banyak beban kerjaan dari Julia, "so sorry gue nggak bisa bantuin lo walau satu menit, satu detik pun! Eh, kayaknya Wiwit nggak sibuk-sibuk amat tuh." Ia memberi solusi yang disambut senyuman cerah oleh Julia.
Menjelang jam makan siang Divya baru beranjak dari kursinya, ia berjalan ke ruangan Arya untuk menyerahkan dua laporan sekaligus. Satu miliknya, satu lagi milik Frans yang sudah ia selesaikan sampai tuntas.
Awalnya Arya hanya mengangguk dan bergumam saja ketika Divya meletakkan laporan itu di atas meja, namun setelah Divya balik badan hendak berjalan menuju pintu, Arya menahannya. Arya sampai berdiri demi memanggil namanya. "Divya!" panggilnya agak keras.
"Iya, Pak?" Divya agak tersentak.
Dalam tiga detik yang hening, ada suara degup jantung yang kencang.
"Saya boleh tanya sesuatu?" suara Arya terdengar aneh, canggung mungkin.
Divya hanya mengangguk, posisinya masih di dekat pintu keluar.
"Kamu sama Gilang... sudah selesai?" tanya Arya hati-hati.
Apakah semua orang tahu hubunganku dengan Gilang? Divya membatin.
Rasanya Divya seperti seorang selebriti papan atas, sampai-sampai bosnya saja tahu tentang hal ini. Lucu ya, lucu sekali hidup ini. Untuk menjaga kesopanan, Divya hanya mengatakan satu kata saja. "Iya." Lalu ia buru-buru pamit keluar dengan rasa kesal yang entah datang dari mana.
Pukul empat lewat tiga puluh sore, Julia sedang berusaha melakukan panggilan video pada Frans.
"Lo iseng amat sih, Jul. Pengantin baru lo gangguin!" Wiwit mencolek lengan Julia.
"Gue mau tanya-tanya sesuatu." Julia terkikik sendiri.
"Apa? Kerjaan?" Wiwit masih sinis, tidak habis pikir dengan keisengan temannya.
"Bukan, ada deeehhhh!" Julia melengos, membuat Wiwit kesal dan tidak mau ikut campur.
Divya geleng-geleng dari mejanya. Ia tidak punya waktu untuk sekadar bermain-main.
Panggilan video itu akhirnya tersambung setelah dicoba beberapa kali, lalu Julia segera memburu temannya yang sedang honeymoon. "Woi, Frans. Lo dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Divya (REPOST 2021)
ChickLit"Sudah lama bersama, kenapa enggak nikah aja?" Itulah yang mengganjal di hati Divya, ia sudah mencoba mengajak kekasihnya bicara se-serius itu, namun belum ada tanda-tanda kesiapan menikah. Kekasihnya belum mau berkomitmen, Divya putus asa. Bagaiman...