Karena Aku Cinta

24.1K 1.6K 10
                                    

Pilih suami atau istri itu yang mau susah dan senang bareng, jangan enaknya saja. Buruan nikah! –Frans, teman yang kompor



"Eh, buset dah! Lesu amat hari ini, Di?" Frans yang baru datang melewati kubikel Divya langsung mampir sebentar. Ia melemparkan tas ke kurisnya, bersandar pada kubikel Divya.

Beberapa hari ini mereka berdua memang sering berangkat lebih pagi dari kawan-kawannya yang lain. Sebabnya tak lain adalah karena deadline yang seperti tali gantung diri, supervisor mereka sudah bolak-balik menanyakan laporan untuk di-review dan segera di-submit ke klien.

"Gue bangun kesiangan, shalat juga telat tadi." Divya menjawab malas-malasan.

Semalam, setelah pulang diantar oleh Gilang ia tidak langsung tidur. Ia menangis, entah kenapa ia bisa secengeng itu hanya karena Gilang tidak memberikan respons apapun atas apa yang ia ucapkan. Gilang pasti mendengar yang ia katakan. Tentu, karena dia sama sekali tidak tuli.

"Banyak maksiat sih lo." Frans menyinyir. "Gimana? Gilang sudah ngasih aba-aba buat lamaran belum? Kemarin pas balik ketemu sama dia, kan?"

Kini Divya menghadapkan wajahnya kepada Frans. Sampai Frans agak terkejut melihat matanya yang agak sembab. "Justru gue kesel semalaman karena itu. Sampe gue nggak bisa tidur, giliran tidur malah kelewat subuh." Divya mendumal.

"Terus?" Frans masih bertanya, ia memberi tatapan butuh penjelasan.

"Kayaknya dia masih lama deh. Nggak ada signal mau datang ke rumah buru-buru. Dia juga bukan orang yang suka buat kejutan, berarti dia memang nggak niat, kan, Frans?" tanya Divya dengan tatapan meminta penjelasan balik. Padahal, yang bisa menjelaskan semua ini hanya Gilang, bukan Frans.

"Belum kali. Mungkin, dia masih butuh waktu."

"Positive thinking amat lo." Divya melirik Frans sinis, "eh, gue itu cewek, butuh yang namanya kepastian dong!" ia makin kesal. Jawaban 'butuh waktu' dari Frans selalu terdengar lucu baginya. Lucu yang tidak bisa ditertawakan.

"Kalau gitu, lo gasss terus dong!" Frans nyaris saja merangkul pundak Divya, namun tidak jadi ketika melihat pelototan temannya. Frans tertawa lepas, Divya masih memasang muka marahnya.



"Gimana Kalimantan?" Pertanyaan Bu Gretta membuat Divya sadar bahwa dirinya sedang berapa di ruang rapat. Sejak tadi pikirannya melayang-layang entah ke alam mana. Jiwa dan pikirannya memang sedang tak sinkron.

Divya tidak langsung menjawab, ia bertukar pandang dengan dua temannya yang lain. Julia dan Frans. Dari bawah kolong Julia menyenggol kaki Divya, menyuruhnya segera menjawab pertanyaan supervisor mereka.

"Ehm, itu biasa aja, Bu." Ucap Divya yang masih bingung.

Mendengar jawaban itu kontan Frans menahan tawa, Julia masih menyenggol kaki Divya pelan. Divya benar-benar tidak konsen sama sekali.

"Maksud saya proyek yang kamu kerjakan di sana, Di." Bu Gretta mulai tak sabar, ia menatap bawahannya tajam sekaligus sinis. "Kamu banyak masalah? Kamu sering melamun begini ya? Jangan bilang kamu kerjain proyeknya sambil ngelindur, Di. Kacau urusannya kalau sudah begitu." Supervisor mereka yang terkenal cerewet dan galak mulai mengomeli Divya.

"Enggak kok, Bu. Saya kerjain semuanya dengan baik." Divya menundukkan wajahnya, tidak berani menatap mata Gretta. Tangannya meremas celana panjang yang ia kenakan.

"Saya butuh data itu secepatnya, bisa selesai hari ini?" Bu Gretta terlihat mendesak Divya. "Saya sudah nunggu laporan dari kemarin sore, katanya belum selesai. Masa siang ini masih on the way..." singgungnya.

Story Of Divya (REPOST 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang