Wow, Undangan!

16.5K 1.2K 15
                                    

Untuk apa pacaran lama-lama kalau akhirnya putus juga? –Frans, masih sekompor dulu



Julia memutar kursinya untuk mengambil hasil cetakannya, seharunya hanya berwarna hitam dan putih, tapi ini berwarna biru dan gambarnya... bola mata Julia membulat. "Wow, ada yang mau sebar undangan ya?" serunya keras.

Wiwit berdiri penasaran, "siapa, Jul?"

Frans menyadari kesalahannya, seharusnya dia tidak seceroboh itu dengan mencetak contoh undangan di kantornya. Ia langsung menyerobot kertas dari tangan Julia. Waspada.

"Frans... akhirnya si Koko duluan nikahnya!" Julia nyaris teriak, lalu ia terbahak-bahak. "Ngapain elo nge-print undangan di sini? Biar semua orang tahu gitu?" tuduhnya dengan nada sinis.

"Buat contoh aja, bawelll!" sentak Frans. Ia buru-buru memasukkan kertas berwarna itu dalam tasnya agar tidak dilihat orang banyak.

"Bilang aja mau pamer!" Wiwit tidak terima, ia ikut mencibir Frans yang wajahnya sudah seperti daging buah semangka masak. "Didi... Koko sudah mau nikah ini, lo kapan?" ia melirik Divya di ujung, gadis itu masih sibuk dengan laporannya.

"Didi," gantian Julia yang merengek-rengek.

Divya masih tidak menyahut, ia menyumpal telinganya dengan earphone saking ingin fokus dan supaya tidak ada yang mengganggu. Saat ini ia benar-benar tidak menyadari kegaduhan tiga temannya.

"Eh, ada apa ini? Kok ramai-ramai?" tanya Gretta yang sengaja lewat untuk mampir ke kubikel Wiwit, menyerahkan pekerjaan baru. "Frans, muka kamu kenapa?" ia heran melihat wajah Frans merah padam dan kikuk.

Julia dan Wiwit saling melempar pandangan, lalu cekikikan sendiri. Julia memilih menjawab pertanyaan Gretta, "itu, Bu... Frans sudah mau sebar undangan!"

"Wah, bagus dong. Jadi semangat kan ngantornya." Sahut Gretta bijak.

"Tanpa sebar pun dia tetap semangat kok! Kan, proyeknya kenceng. Iya kan, Frans?" tanya Julia, masih dengan nada meledek.

"Harus dong, kalau nggak gitu sewa gedungnya uang dari mana coba?" Frans menjawab pura-pura santai, padahal hatinya sudah dongkol dengan ulah teman-temannya. "Nikah nggak pakai daun!" imbuhnya.

"Betul sekali! Oh, semoga lancar ya, Frans, acaranya. Saya juga diundang kan ya?" tanya Gretta dengan cengiran super lebarnya.

"Iya, Bu. Semua saya undang kok." Frans menjawab senang, ia kembali mengalihkan dirinya pada setumpuk pekerjaan. Tidak mau lagi jadi korban bully-an duo teman isengnya. Dia benar-benar bersnyukur bahwa Divya tidak seperti Julia dan Wiwit, yang mulutnya suka mencibir dan pedas kalau bicara.



Setiap ada dewan direksi yang ulang tahun, biasanya kantor sengaja memberikan kejutan dengan menghadiahi sebuah kue tart besar. Karyawan kantor dari seluruh divisi sudah dikumpulkan di lantai itu, di ruang rapat yang paling besar. Semua harus ikut, termasuk operator kantor, juga OB.

Saat pengambilan foto, Divya terdampar entah di divisi mana, ia tidak melihat satupun anggota geng kantornya saat berjalan menuju ruangan ini. Divya memang datang agak telat sebab harus mengirim proposal lebih dulu kepada kliennya. Akhirnya ia mengembuskan napas lega setelah melihat kelebatan Frans, laki-laki itu nampak unjuk gigi, memilih berjongkok di depan kamera agar terlihat utuh, sementara Julia dan Wiwit sudah pasti menempel sana-sini sekaligus mencari kesempatan untuk bisa berkenalan dengan anak cowok dari divisi lain. Divya yang beda sendiri, terdampar di pulau manapun dia tak peduli.

Story Of Divya (REPOST 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang