Talk

64 12 0
                                    

Yooa kembali menyeruput minumannya untuk kesekian kalinya. Dia juga sesekali mengecek jam tangannya dan melihat ke arah luar cafe yang masih sangat cerah dengan matahari di siang hari. Lengannya sejak tadi di genggam Namjoo yang duduk di sebelahnya jadi dia tidak bisa beranjak kemanapun. Sudah hampir beberapa menit ini tidak ada yang memulai percakapan antara Namjoo dan pria yang membuatnya terkejut dengan kehadirannya setelah 8 tahun ini. Yooa mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya dan mulai membuat alasan. 

"Halo? Nde. Saya dokter Yooa. Eoh? Kau pasien yang membuat janji denganku hari ini? Arasseo. Aku akan segera ke klinik sekarang" Yooa menurunkan ponselnya dan melihat ke arah Namjoo dan Minseok secara bergantian. 

"Maafkan aku, sunbaenim. Aku harus pergi lebih dulu sekarang"

"Nde, silahkan..."

Namjoo tidak menanggapi. Dia berusaha menahan lengan Yooa karena dia tahu panggilan telepon itu palsu. Namun usahanya sia-sia saja karena sahabatnya itu sudah berjalan keluar cafe. Dia menegakkan duduknya dan tidak berani menatap ke arah depannya. 

"Apa aku menahanmu terlalu lama di sini?" Minseok akhirnya memulai pembicaraan lebih dulu. 

"Nde? Ti-tidak" Namjoo melihat ke arah Minseok sekilas lalu mengalihkan pandangannya kembali. 

"Jadi, kau lolos audisi hari ini?"

"N-nde...."

"Apa kau merasa terganggu kalau akan selalu bertemu denganku nantinya?"

"Ti-tidak...."

"Suaramu bertambah bagus. Aku sempat melihat proses audisimu tadi walaupun tidak dari awal"

"N-nde. Aku tahu. Aku juga sempat melihatmu tadi. Tapi, bagaimana kau mengenaliku? Padahal kita pernah bertemu beberapa hari yang lalu di gedung yang sama"

Minseok mulai menunjukkan senyumnya karena jawaban panjang dari Namjoo. "Aku tidak terlalu yakin awalnya kalau waktu itu adalah dirimu. Tapi saat mendengar suara bernyanyimu tadi, aku langsung memastikannya sendiri karena merasa penasaran sejak melihat namamu ada dalam daftar peserta audisi"

"Pasti karena perubahan padaku jadi kau tidak mengenaliku waktu itu" Namjoo berbicara pelan dan mulai menyeruput minumannya. 

"Tidak. Kalaupun kau melakukan operasi pada hidungmu, aku akan selalu mengenalimu. 

Namjoo merasa terkejut dengan ucapan jujur dari Minseok sampai terbatuk-batuk karena minuman kopinya. Bagaimana bisa dia tahu kalau aku hanya melakukan operasi pada hidungku? Gumamnya dalam hati. 

"Apa kau mengambil jurusan di bidang teater juga?" Minseok memberikan beberapa lembar tissue pada Namjoo. 

"N-nde...." Namjoo menjawab dengan masih terbatuk-batuk pelan. 

"Minumlah ini. Sepertinya kau salah memesan minuman tadi" Minseok menaruh minumannya di depannya. 

"Ti-tidak, aku......"

"Aku akan memesan yang baru. Apa kau sudah makan siang? Biar aku yang mentraktir hari ini"

Belum sempat Namjoo menjawab, pria itu sudah beranjak dari tempat duduknya lebih dulu. 

"Aishhh, tenanglah Namjoo'ah. Ini hanya pertemuan tidak sengaja saja" Namjoo berbicara sendiri sambil membersihkan minumannya yang tumpah sedikit di atas meja dengan tissue nya tadi. 

Dia kemudian mengarahkan pandangannya pada punggung Minseok yang sedang memesan makanan di kasir. 

"Bagaimana bisa dia menurunkan berat badan dalam beberapa tahun ini? Apa dia melakukan sedot lemak atau prosedur operasi juga? Dia terlihat sangat berbeda tanpa kacamata dan dengan make-up nya, makanya aku tidak mengenalinya waktu itu" Namjoo berbicara di dalam hati. 

Show Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang