"Semua manusia pasti pernah merasa egois. Dan hari ini gue merasakannya. Gue menjadi manusia paling egois, karena gue enggak mau kehilangan diri lo untuk kedua kalinya."
**************
Inara menggosok dan membasuh bibirnya berulang kali dengan menggunakan air kran wastafel. Dia merasa sungguh malu dan menyedihkan karena tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Apalagi sejak dulu Inara berusaha untuk mempertahankan kesucian bibirnya agar kelak hanya bisa dimiliki oleh suaminya. Kenapa harus Arjuna yang harus mencuri ciuman pertamanya?
Air matanya masih mengalir dan menatap dirinya yang terlihat begitu kacau. Meski hanya sekedar menempel tanpa ada lumatan bagi Inara sama saja hal itu tidak boleh dilakukan. Sudah hampir sepuluh menit, Inara masih terus menggosok-gosok bibirnya. Bahkan sampai terlihat memerah. Ketika sudah merasa putus asa dan sia-sia saja, Inara menghela napas panjang frustasi dan mulai menghentikkan kegiatannya.
"I-Ira takut...," lirihnya gemetar. "Kenapa Kak Arjuna nyium Inara?"
Mungkin di zaman sekarang, hal yang dialami oleh Inara bisa saja diterima atau bahkan dilupakan begitu saja. Tapi berbeda dengan Inara. Hal itu sangat mengguncang dirinya. Belum lagi dia yang sudah menjaga diri agar tidak disentuh oleh lelaki manapun, sebelum menikah. Jadi, wajar saja kalau Inara takut dengan apa yang baru saja menimpah dirinya.
Inara membasuh wajahnya dan menatap dirinya di pantulan kaca yang terlihat begitu kacau. Ditariknya napas yang panjang kemudian memgembuskannya perlahan.
"Keep calm, Inara. Harus bisa ngelupain apa yang terjadi, anggap aja kamu sama Kak Arjuna enggak terjadi apa-apa," gumamnya. "Anggap aja ilusi doang."
Inara mengangguk cepat, lalu menepuk-nepuk pipinya dan merapikan rambutnya sebelum dia melangkah keluar dari dalam toilet.
Ketika Inara membuka kenop pintu, tiba-tiba aja segerombolan siswi perempuan yang terlihat barbar dan mengenakan seragam yang begitu ketat menghalangi jalannya membuat Inara sendiri mengernyit bingung.
"Permisi, Ira mau lewat," cicit Inara sedikit takut, pasalnya ketiga siswi itu menatapnya dengan senyuman seringai.
Bukannya memberikan jalan untuk Inara ketiga siswi tersebut malah menarik Inara masuk ke dalam bilik toilet dan mendorong tubuh Inara hingga terbentur sisi dinding toilet.
"K-Kalian mau n-ngapain?" Inara bergetar ketakutan.
"Wow fantastis! Si Cupu kita udah jadi cantik ternyata," ujar salah satu siswi berkuncir kuda bernama Karin. Dia mendekati Inara dan mengangkat dagunya mendongak ke arahnya. Kemudian Karin menarik rambut Inara, memelintirnya secara perlahan dan mengempaskannya secara kasar.
Inara menelan salivanya berat, dia harus segera keluar dari sini. Dia tidak mau berurusan dengan ketiga siswi tersebut yang terkenal akan perilaku suka merundung siapapun, mereka bertiga adalah Tiga Kristal. Terdiri dari Karin, Salsa, dan Lafani.
"Maaf Karin tapi Ira harus balik ke kelas." Inara berusaha melangkah pergi, dan ketika baru beberapa langkah kaki Inara dijegal oleh Lafani hingga tubuh Inara terjerembab mulus ke lantai sambil mengaduh kesakitan.
Karin membelalak, tapi sedetik kemudian dia tertawa terbahak diiringi oleh gelak tawa Lafani dan Salsa tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Inara tersenyum getir, dan berusaha untuk bangkit namun dia merasa dengkulnya sangat sakit tetapi sekuat tenaga dia harus bisa berdiri agar keluar dari sini.
"Ups, jatuh deh. Maaf ya," kata Lafani tersenyum miring.
Inara bergetar, dan kembali melangkahkan kakinya. Tetapi kerah seragamnya ditarik ke belakang membuat tubuhnya terbentur dinding toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days with Arjuna
Teen FictionSEGERA DIFILMKAN🎬🤍 ❝Jika tujuanku adalah kamu, maka aku akan mencapainya.❞