18. DISORIENTASI WAKTU

23.9K 831 101
                                    

Fanya benci ketika Arjuna memandang dia jahat ketika berada di dekat Inara, Fanya juga benci pada dirinya sendiri saat mencoba menjadi yang versi terbaik namun malah dipandang sebelah mata.

Berjalan dengan langkah yang tergesa-gesa membelah koridor kelas, Fanya ingin menuju belakang sekolah untuk menenangkan dirinya.

Sesampainya di belakang sekolah, Fanya mendudukan dirinya di bawah pohon yang rindang dan menyenderkan bahunya seraya menekuk kedua lututnya.

Menarik napas dalam-dalam, dan mengeluarkannya perlahan. Fanya mengulangi hal itu berulang kali, lalu tak lama juga kedua manik matanya berkaca-kaca.

"Kenapa jadi sesakit ini?"

"Gue enggak pernah selemah ini."

"Gue selalu bisa terlihat kuat, tapi kenapa hari ini sakit banget."

Tangisnya meluruh perlahan, dengan dada yang terisak-isak. Rasa kesal, sedih, dan marah menjadi satu membuat dinding pertahanan yang Fanya bangun mulai runtuh.

Belum lagi ancaman dari Karin yang sungguh membuatnya marah, Fanya ingin sekali mencakar mulutnya itu. Karin ternyata licik. Fanya jadi merasa sedikit takut kalau perempuan itu nekat membocorkan semua rahasia privasi tentang dirinya. Karena itu akan berdampak besar padanya dan keluarganya. Enggak ada yang mau mempunyai nasib seperti Fanya. Semua itu pun di luar kendalinya. Tetapi meskipun begitu ia sama sekali tidak menyesal. Masih diakui sebagai anak saja, dan dirawat dengan baik sudah lebih dari cukup.

Dibalik itu, Arjuna berdiri tepat tidak jauh dari sana. Lelaki itu jadi merasa bersalah karena menuduh dan memarahi Fanya tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dengan tangan yang dimasukkan ke kedua saku celana, Arjuna berjalan perlahan dan duduk di dekat Fanya.

"Gue minta maaf soal tadi ya," ucap Arjuna tanpa berbasa-basi.

Fanya menoleh, dan mengusap air matanya sambil berkata, "Sebegitu khawatirnya kamu sama Inara tanpa ngertiin perasaan aku, Arjuna. Kamu tahu aku mana mungkin segila itu nyakitin orang lain, aku sama sekali enggak pernah mikir buat nyakitin Inara. Meski aku tahu, bahwa dia cewek yang disayangin sama orang yang aku suka."

"Bukan berarti aku akan bersaing secara licik, aku akan tetap bersaing secara sehat. Meski aku enggak tahu, apa aku bakalan jadi pemenangnya atau enggak."

Arjuna menghela napasnya. "Sekali lagi gue minta maaf karena salah paham sama lo. Kalau lo mau marah ke gue silakan, atau lo mau pukul gue silakan. Kalau itu cara yang bisa bikin lo lega, gue bakalan terima."

Fanya sungguh tidak bisa melihat tatapan teduh dari kedua mata Arjuna yang menyiratkan penyesalannya.

"Abaikan aja," ucap Fanya pada akhirnya.

"Lo maafin gue?"

"Iya."

Jawaban yang singkat dan jelas malah makin membuat Arjuna merasa tidak enak.

"Gue ajak lo makan malam di luar, sebagai tanda permintaan maaf," kata Arjuna.

Fanya mengangkat alisnya. Ini tak pernah sekali ia dengar kalau Arjuna mengajaknya keluar. Tidak mau langsung mengiyakannya, Fanya malah menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Pulang sekolah nanti kita jalan berdua. Terserah lo mau ke mana." Arjuna kembali menawarkan.

Bikin aku semakin takut kehilangan kamu tahu enggak sih, Arjuna. Aku tuh enggak bisa diginiin, batin Fanya.

"Enggak, gue banyak urusan."

Arjuna malah tertawa kecil melihat respons cuek dari Fanya. "Urusan apa emangnya? Kenapa jadi sok sibuk?"

365 Days with ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang