33. FLASHBACK SINGKAT

20.5K 595 38
                                    

"Tangan kamu enggak sakit disuntik terus? Aku aja ngeri yang lihat."

"Aku kan cowok kuat! Kayak superhero!" Anak kecil laki-laki itu tersenyum sumringah dan memperlihatkan otot tangannya yang memang aslinya tidak ada apa-apanya.

Di sebuah taman rumah sakit, yang terdapat sebuah kolam ikan. Ada dua anak kecil tengah duduk bersama seraya melihat ke arah kolam. Salah satu anak kecil laki-laki berumur sekitar delapan tahun adalah pasien di rumah sakit tersebut, sementara anak kecil perempuan yang duduk di sebelahnya adalah anak dari pasien yang dirawat di sana.

Ini adalah hari ke-delapan setelah awal pertemuan mereka yang tak terduga sebelumnya. Sekarang mereka semakin akrab dan saling berjanji untuk berteman. Mereka berdua seringkali bertemu di taman rumah sakit dan tentunya banyak ragam cerita yang mereka bahas.

"Kamu kenapa sih, kalau aku kasih permen susah banget buat dimakan?" tanya anak kecil perempuan itu dengan mimik wajah cemberut.

"Kata dokter aku enggak boleh makan manis-manis dulu."

"Ih, dokternya pelit! Makan permen kan enak!"

Anak laki-laki itu tertawa renyah. "Nanti gigi kamu jadi bolong-bolong loh, nanti ada peri jahat datang terus ambil gigi kamu karena banyak makan permen. Terus ompong deh!"

Refleks saja anak perempuan itu menutup mulutnya kaget dan menggeleng kuat. "IH! ENGGAK MAU!"

"Hahahaha..., Makanya jangan banyak-banyak makan permen yaa!"

Dia pun mengangguk menurut.

"Oh iya, nama kamu susah banget. Aku susah tahu nyebut nama kamu," ucap anak perempuan itu.

Anak laki-laki itu menaikan alis, dan mengetuk jari telunjuknya di dagu. "Aha!"

"Kenapa?"

"Kamu bebas deh panggil aku apa aja."

"Serius?"

"Iyaps! Biar kamu inget aku terus."

"Nama kamu kan Arjuna, gimana kalau dipanggil Jujun?"

"Jujun?" ulang anak laki-laki yang bernama Arjuna.

"Iya, Jujun! Lucu bukan?"

"Hai Jujun! Aku Ira. Jangan pernah lupain aku ya!"

***

"Argh!"

Arjuna mendadak bangun dari tidurnya dengan berteriak serak, lalu napasnya menderu tidak karuan seraya menatap bingung ke segala penjuru ruangan yang hanya ada dirinya sendiri.

"Asshh..." Dengan meringis pelan Arjuna memegangi sisi kepalanya, lalu mencoba mengingat mimpi apa yang baru saja ia impikan.

Rasa-rasanya mimpi itu bukan sekadar bunga tidur biasa. Itu ibarat ingatan yang benar-benar membuatnya kepikiran.

"Siapa anak kecil itu?" tanya Arjuna bingung. "Kenapa rasanya enggak asing?"

Arjuna menghela napas berat dan menggelengkan kepalanya dengan pelan. Lalu dengan perlahan kakinya ia turunkan dari atas brankar, dan tangannya meraih segelas air putih yang berada di meja nakas sebelahnya. Diteguknya air itu sampai tersisa setengah gelas, barulah Arjuna merasa lega.

Netra matanya menjelajahi sudut ruangan hingga terfokus pada jam di dinding yang menunjukan pukul sepuluh siang. Ah, lumayan tidak terasa juga bagi Arjuna.

"Fanya pasti sekolah," pikir Arjuna. "Gue sampai kapan ya begini terus? Padahal udah kelas duabelas, tubuh gue malah enggak bisa diajak kompromi."

Padahal beberapa bulan lagi dirinya akan menghadapi ujian sekolah, namun tubuhnya terasa tak kuat dan lemah. Arjuna dalam hati berharap ia bisa bertahan, minimal sampai lulus sekolah.

365 Days with ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang