Untuk pertama kalinya Inara merasakan ada aroma alkohol dan obat-obatan yang menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya. Lalu dengan perlahan, Inara membuka matanya dan pupil matanya mencoba untuk menetralisir cahaya yang mulai masuk ke dalam.
Ketika penglihatannya mulai jelas, Inara sedikit menggerakkan tubuhnya dan berusaha untuk bangkit. Kemudian saat itu juga kedatangan Nolan yang masuk ke dalam ruangannya membuat Inara terkejut, begitu juga dengan Nolan.
"Gue lega banget lihat lo udah siuman," kata Nolan berdiri di samping brankar.
"Bunda mana?" tanya Inara dengan nada suara yang pelan dan serak.
"Bunda masih pulang buat ambil baju ganti, jadi gue yang nemenin lo."
"Gimana? Ada yang sakit?" Nolan bertanya khawatir.
Inara menggeleng. "Haus..."
Mendengar itu dengan cepat Nolan mengambil botol minuman air mineral, dan menyodorkannya kepada Inara. Inara langsung menyeruputnya dengan perlahan dibantu oleh Nolan yang memegangi ujung botolnya. Merasa sudah cukup lega tenggorokannya, Inara menjauhkan bibirnya dari botol tersebut.
"Makasih Kak."
"Iya Inara, udah sekarang tidur lagi ya. Badan lo masih lemas."
"I-Iya, Kak. Makasih ya."
Nolan mengangguk, lalu mengelus lembut puncak kepala Inara. "Gue beneran takut lo kenapa-napa, Ra."
"Gue bakalan cari siapa pelaku yang ngurung lo di gudang dan mereka bakalan berurusan sama gue."
"J-Jangan, Kak..."
"Maksudnya?"
"Ira udah maafin mereka."
"Mereka?" ulang Nolan dengan alis yang mengerut. "Siapa dalangnya Ra? Kasih tahu ke gue. Ada berapa banyak yang terlibat?"
"Ini udah keterlaluan, enggak bisa dibiarin. Karena hampir nyelakain diri lo!"
Inara menggeleng pelan. "Ira enggak mau bikin keributan, yang penting Ira udah keluar dari tempat gelap itu. Ira beneran takut di sana. Kebayang kejadian yang bikin Ira sesek napas."
"Ira phobia gelap, Kak. Ira bener-bener takut." Perlahan Inara meneteskan air matanya, membuat Nolan mengusapnya perlahan.
"Jujur ke gue, siapa yang dengan jahatnya berbuat kayak gini sama lo?"
"E-Enggak Kak..."
"Ra..., Mereka itu harus dikasih peringatan. Ini bener-bener keterlaluan."
"Kak Nolan khawatir ya? Maaf."
"Jelas gue khawatir! Orang yang gue sayang disakitin sampai kayak gini, bener-bener gila mereka!"
"Sayang sebagai adik ya? Jadi kakak udah nerima aku sebagai calon adik kakak?" Inara mendongak sekilas ke arah Nolan.
Nolan menelan salivanya berat, lalu mengangguk. "Iya, sebagai calon kakak lo gue khawatir sama keadaan adek gue." Nolan mengusap lagi puncak kepala Inara.
"Apa The Kristal yang ngelakuin ini?"
Inara diam dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia sungguh tidak mau berurusan lagi dengan mereka. Ketakutannya makin menjadi gara-gara kejadian terkunci di gudang. Padahal Inara ingat betul tadinya ia ingin membantu, tetapi mereka malah berbuat sejahat itu. Dan dari mana juga mereka tahu Inara tak suka tempat gelap?
Respons Inara yang terdiam membuat Nolan yakin tebakannya tidak salah, namun setelah dipikir-pikir mungkin nanti saja dia membahasnya kembali sebab Inara juga baru sadar dari siumannya. Itu membuat Nolan cukup lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days with Arjuna
Teen FictionSEGERA DIFILMKAN🎬🤍 ❝Jika tujuanku adalah kamu, maka aku akan mencapainya.❞