“Terkadang suatu hal ada yang tidak bisa diberitahukan secara langsung. Karena hal itu membutuhkan jeda waktu yang tepat, agar lebih pasti.”
***********
07. PENUH TANDA TANYA
Inara merasa bingung dengan apa yang baru saja Arjuna katakan padanya. Terlebih dia mengatakan anak kecil pemakan lolipop, dan Inara memang sewaktu masih kecil suka sekali memakan permen tersebut. Ini sebuah kebetulan atau bagaimana? Bisa saja anak kecil yang dimaksud oleh Arjuna adalah bukan dirinya. Mengingat semua anak kecil pasti menyukai permen lolipop.
Tapi tunggu, Arjuna juga mengatakan taman rumah sakit? Itu membuatnya terlempar pada ingatan semasa waktu kecil yang seringkali berada di taman rumah sakit karena almarhum ayahnya sewaktu itu sedang sakit keras. Inara yang masih kecil memang sering menangis di taman, karena sedih sang ayah tak kunjung sadar dari komanya. Jadi, ucapan Arjuna barusan apakah memang tepat untuknya? Atau tidak? Benar-benar membingungkan.
“Kalau lo mau tahu semuanya, nanti malam kita ketemuan di Kafe Monokrom,” ujar Arjuna menyadarkan Inara dari lamunan pikirannya.
Inara mengerjap dan menggeleng pelan. “Enggak mau, Ira nanti mau ngerjain banyak tugas.”
“Gue bantu nanti.”
“Enggak, Ira bisa sendiri.”
“Lo kenapa sih?” tanya Arjuna frustasi karena sikap Inara yang seolah-olah mencoba untuk menjaga jarak darinya. “Apa gara-gara gue yang khilaf nyium lo tadi makanya lo begitu?”
Inara melotot tajam. “Bisa dipelanin enggak suaranya? Kalau ada yang tahu gimana?”
Arjuna tersenyum. “Ya enggak papa, biar orang lain tahu kalau lo terikat sama gue.”
“Eh?” Inara menjadi cengo olehnya.
“Pokoknya kalau penasaran sama yang gue bilang tadi, lo harus ke Kafe Monokrom.”
"Tapi Kak, Inara enggak bakalan boleh pergi keluar rumah."
"Apa gue harus pamitin lo biar dibolehin?"
Inara menggeleng cepat. "Jangan! Mama Ira galak orangnya, nanti yang ada kakak dimarahin."
Mendengar itu, kekehan kecil lolos dari mulut Arjuna. "Ra, seorang cowok yang gentle harus berani. Apalagi ngajak anak perempuannya keluar. Masalah galak enggaknya itu urusan nanti yang terpenting gue harus ketemu dulu sama Nyokap lo. Dan pamitin lo juga."
"Kak Arjun, Ira enggak mau."
"Alasannya?"
"H-Hmm ... ya pokoknya enggak mau."
Alis Arjuna mengerut bingung, dan helaan napas pelan ia embuskan. "Kalau memang karena yang tadi gue minta maaf, gue khilaf. Gue salah, dan lo bisa tampar gue sekarang," ucapnya seraya menunjuk ke arah pipi kanan.
Inara menggeleng. "Enggak, nanti yang ada Ira main kekerasan sama kakak. Apalagi Kak Arjuna kakak kelas Inara. Mana boleh kayak gitu, enggak sopan namanya."
"Lo lugu atau polos sih?"
"Maksudnya?"
"Bikin gue gemes tahu enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days with Arjuna
Fiksi RemajaSEGERA DIFILMKAN🎬🤍 ❝Jika tujuanku adalah kamu, maka aku akan mencapainya.❞