"Jadi lo mutusin untuk mengakhiri status tunangan lo sama Arjuna?"
Pada saat jam istirahat Fanya dan Nolan menghabiskan waktu berdua di kantin sekolah. Kini mereka tengah membahas persoalan Fanya tentang hubungannya dengan Arjuna dan menceritakannya kepada Nolan kalau dirinya memilih untuk mengakhiri hubungan tersebut.
"Iya, daripada gue makin tersiksa. Lebih baik gue akhiri. Karena mencintai sendiri juga sakit, Lan." Fanya meminum minuman dingin di tangannya. "Lo juga pasti paham gimana mengorbankan sebuah perasaan. Gimana rasanya lo yang memilih menyerah."
"Hahahah, lo mau ngeledekin gue gitu?" Nolan tertawa sumbang. "Ya kalau dipikir-pikir kita sama. Gue rela mundur dan membuang perasaan gue ke Inara karena orangtua, dan lo memilih mundur dan membuang perasaan ke dia agar bahagia bersama dengan orang yang udah lama dia cintai."
Fanya terbahak mendengarnya. "Sial, percintaan gue enggak mulus ya. Ya semoga aja dengan gini gue bisa memilih orang yang tepat untuk dicintai."
"Oh ya ngomong-ngomong gimana keadaan Inara di rumah sakit?" tanya Fanya penasaran.
"Cukup lebih baik, gue bakalan cari dalang dari kejadian itu. Secara Inara sendiri ada trauma dengan gelap, apalagi traumanya itu ada kaitannya dengan meninggalnya Ayah dia. Pasti Inara syok."
"Ck, siapa ya kira-kira. Gue rasa sih dalangnya Tiga Kristal." Fanya langsung mengarahkan tatapannya ke arah segerombolan tiga perempuan berdandan nyentrik yang baru saja masuk ke area kantin. "Secara cuma mereka doang yang suka jahil ke Inara, apalagi lo tahu kan Inara bakalan ikutan lomba fashion show yang nantinya diadakan pas acara ulang tahun sekolah?"
"Jadi lo ngira Karin dan temannya yang ngunciin Inara di gudang?"
Fanya mengedikan bahu. "Gue emang enggak tahu kejadiannya tapi perasaan gue mengarah ke mereka."
"Gue bakalan cari tahu sendiri dan gue pastiin mereka dapat balasannya."
****
Koridor sekolah terlihat mulai sepi ketika bel masuk pelajaran setelah jam istirahat membuat semuanya langsung berada di kelas. Sekarang Karin tengah berjalan seorang diri usai dari toilet perempuan. Kedua temannya Salsa dan Lafani sudah lebih dulu menuju kelas.
Berjalan dengan santai menuju arah kelas, tiba-tiba saja kedatangan Rafika yang menghalangi jalannya membuat langkah Karin terhenti. Kedua matanya menatap bingung ke arah Rafika.
"Gue ada perlu sama lo, Kak," ucap Rafika tanpa basa-basi.
"Heol, emangnya gue ada urusan apa sama lo?"
"Gue cuma mau lo minta maaf ke temen gue. Gara-gara lo dia masuk rumah sakit."
"Hah? Apa sih? Gue enggak paham ya sama apa yang lo bilang. Dasar enggak jelas!" Karin menghentakkan kakinya dan berjalan mendahului Rafika namun dengan gerakan cepat Rafika menarik lengan Karin membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.
"Lo jangan pura-pura bego deh, Kak. Lo kan yang ngunciin temen gue di gudang dengan alibi lo minta tolong ke dia?"
"Wah ngaco lo kalau ngomong! Sejak kapan gue minta tolong sama si Kudik! Gila lo main nuduh sembarangan!"
Rafika tertawa miring, lalu mengeluarkan ponselnya dan jarinya menekan sebuah hasil dari rekaman suara.
"Gue enggak ikutan ya kalau sampai tuh anak kenapa-napa."
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days with Arjuna
أدب المراهقينSEGERA DIFILMKAN🎬🤍 ❝Jika tujuanku adalah kamu, maka aku akan mencapainya.❞