35. PERTEMUAN TAK DISANGKA

16.7K 644 46
                                    

Pemandangan langit yang terlihat cantik karena sapuan warna orange  membuat Inara tersenyum lebar saat melihat keindahan senja di sore hari. Kondisi tubuhnya mulai membaik, dan kini dia tengah berada di taman rumah sakit hanya seorang diri. Merasa bosan di dalam ruang rawat, dia memilih untuk berjalan keluar dari sana dan memilih duduk di taman seorang diri.

Lalu ada satu hal yang membuat perasaan Inara gundah tidak karuan sejak mendapati balasan chat dari Arjuna, kakak kelasnya. Sudah beberapa hari menghilang tanpa kabar, mendadak tadi siang cowok itu mengirim balasan kepadanya. Hati Inara jadi kesal bercampur lega.

Namun yang membuatnya bingung adalah kenapa baru sekarang ada kabar? Memang sebelumnya ke mana saja?

Entah kenapa Inara sejak kemarin menunggu dirinya, tanpa kabar dari cowok itu sedikit membuat Inara kesepian. Apa jangan-jangan ini juga penyebab dari tumbuhnya sebuah rasa?

Hish. Jangan terlalu menyimpulkan, Inara langsung menggeleng cepat. Tetapi memang rasa-rasanya sejak putus dari Nolan, dan Arjuna yang secara mendadak mendekatinya memang membuat hati Inara bergejolak tidak karuan. Padahal Inara tahu kalau Arjuna itu milik orang lain, harusnya perasaan yang mendadak ini tidak boleh muncul.

Ayolah Inara, jangan seperti ini. Harus bersikap biasa saja. Jangan sampai kecewa untuk kedua kalinya, apalagi sampai menyakiti orang lain.

Asik menikmati pemandangan itu, ponsel yang tengah digenggamnya berdering karena panggilan masuk dan menampilkan nama Rafika di panelnya. Dengan gerakan cepat, jarinya mengusap ke atas dan mengangkat panggilan tersebut.

"Halo...."

"Ah, kangen!"

"Hehehe, kabar Rafika?"

"Baik banget, tapi rasa baiknya enggak seratus persen."

"Kok bisa? Kamu kenapa?"

"Ya karena lo enggak masuk sekolah gue ngerasa kesepian. Hampa banget kalau enggak ada lo."

"Hehehe, kamu mah bisa aja. Paling besok atau lusa aku udah sekolah lagi deh. Udah enakan juga, lagian enggak separah itu."

"Gue minta maaf banget belum bisa jenguk, karena kerjaan. Belum lagi ngurus rumah, maaf banget ya. Gue jadi merasa bersalah."

"Eh jangan gitu dong, lagian aku juga enggak papa kok. Jangan khawatir ya."

"GUE KHAWATIR INARA!"

"GILA ANDAI AJA WAKTU ITU GUE ENGGAK BALIK DULUAN PASTI ENGGAK AKAN ADA KEJADIAN ITU!"

"Gue merasa gagal jadi temen lo, karena kejadian itu. Gue minta maaf ya."

Inara membenarkan posisi duduknya dan menghela napas panjang.

"Kamu jangan bilang gitu, lagian aku juga udah enggak mikirin soal kejadian itu cuman ya bikin aku keinget rasa trauma aja sih sama gelap."

"Lo enggak cerita ke Bunda siapa yang ngerjain lo pas waktu itu?"

"Hmmm, aku enggak mau ribut-ribut. Jadi biarin aja, aku cuma mau mereka yang ngaku sendiri tanpa aku harus nyebut siapa dalangnya."

"Tuhkan pasti geng curut itu! Iya kan?"

"Hmm gimana ya..."

"Lama-lama pengen gue laporin aja ke komite sekolah. Tingkah mereka makin lama makin enggak bener, cuma karena persaingan lomba sampai mau nyelakain orang lain. Apa enggak psikopat apa namanya?"

"Udah ah biarin aja, lagian aku bakalan mundur aja dari lomba itu. Aku bakalan cari pengganti di kelas."

"Kok gitu sih?!"

365 Days with ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang