30(a). Ini Bukan Apa-apa

123 20 2
                                    

.

Helaan napas panjang terdengar untuk kesekian kalinya sejak 2 jam yang lalu gadis ini membuka mata.

Ia memandang kosong dinding bercat biru di depannya, beralih ke pintu putih yang tertutup rapat dan terkunci.

Hiks..

Satu isakan lolos dari bibir pucat dan keringnya. Bergema dalam ruangan yang penuh dengan barang-barang berwarna kesukaannya. Tapi ia tak peduli. Ingatan-ingatan itu seperti tampil di depan matanya, seolah ada proyektor yang menayangkan. Ia terisak lagi, lirih dan pedih. Tubuhnya meluruh, jatuh di atas karpet di bawah kakinya.

_____

"Gimana? Ada kabar dari Polisi?"

Laki-laki itu menggeleng. Kepalanya lantas tertunduk menatap layar handphonenya yang terus menyala, seolah menunggu. Helaan napas berat keluar dari lawan bicaranya tadi. 

"Udah 2 minggu, No. Lo yakin dia baik-baik aja?"

Jeno mendongak dan menatap tak suka.

"Maksud lo ngomong gitu apa?"

Haechan, lawan bicara Jeno tadi meringis menyadari nada ketus pada jawaban Jeno.

Haechan menjawab dengan hati-hati, takut memancing amarah Jeno yang belakangan sering kalut.

"Gue cuma memikirkan kemungkinan terburuk aja. Kan gak ada yang tau dia di mana."

Jeno berdecak kesal.

"Harusnya lo bantu mikir dia ada dimana, bukannya malah berpikiran buruk!"

"Maksud gue gak gitu-"

"Halah, terserah!"

Jeno bangun dari duduknya, menyambar kunci motor dan pergi dari sana.

Haechan menoleh, seperti berbicara dengan udara.

"Kenapa gue mulu yang disalahin, sih?!"

_____

"Semua ini ya salah lo!"

"Dari mana gue yang salah?!"

"Kalo bukan lo, emang siapa lagi yang benci sama dia?!"

"Loh? Lo juga gak suka sama Ayu, kan? Kenapa cuma gua yang disalahin?!"

"Ya gue gak salah! Gue gak ngapa-ngapain dia."

Niat awal Jeno ke sini hanya ingin bertanya tentang kabar Ayu, dan ia malah mendengar percakapan laknat ini.

"Gak ngapa-ngapain lo bilang? Terus yang ngasih--"

Cukup. Jeno meradang mendengar percakapan dua orang tersebut. Ia menggedor keras pintu di depannya hingga dua orang tadi keluar dari dalam kamar kosan salah satunya.

Keduanya menegang melihat Jeno berdiri di depan mereka dengan pandangan menusuk.

"Kalian, ikut gue. Sekarang!"

Jeno menunjuk keduanya dan menatap tajam tepat di manik mata.

Merasa lama direspon, Jeno menyeret keduanya ke depan kosan. Tak ada penolakkan. Tasya dan Mima pasrah ditarik Jeno.

Sebelum sebuah mobil datang, Jeno berbicara dingin tanpa menatap keduanya.

"Kalian harus jelasin ini di kantor Polisi."

Tasya dan Mima menegang, keduanya saling bertukar pandang.

_____

HAIIIII~
APA KABAR? BAIK? DAMANG?
AKHIRNYA YA, SAYA KEMBALI. YEAY~~~
RINDU~~

BTW, ADAKAH YANG BISA BANTU SAYA BUAT TRAILER DARI CERITA INI?
ATAU PENGEN NONTON TRAILER HEY, AYU! JUGA, DENGAN SUARA SAYA SEBAGAI SOUNDTRACK?
AYO KOMEN YUK-!


[1] HEY, AYU! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang