11. The Call

197 29 0
                                    

.

Observatorium Bosscha, Bandung.

"Jadi, teropong ini dulu digunakan sebagai alat--"

Drrt..drrt..drrt..

Ayu merengut kesal saat ada panggilan masuk di handphonenya, "Harusnya tadi gue matiin aja nih hape, ganggu anjir." 

Tangan Ayu bergerak menekan ikon merah di layar handphonenya tanpa berniat melihat siapa yang menelfon, setelahnya ia memasukkan handphone ke kantong. Lalu fokus lagi pada penjelasan kakak pemandu di depan.

Drrt..drrt..drrt..

Handphone di saku Ayu bergetar lagi, membuat fokus Ayu lagi-lagi terpecah. Jeno di sebelahnya mengernyit, merasa terganggu tapi tak bersuara apa-apa, hanya memandang Ayu, "Angkat aja sana. Berisik!"  Matanya seakan berkata begitu.

Ayu meringis, lalu mengangkat telfon itu. Matanya terbelalak sekejap melihat nama penelfonnya, secepat kilat ia menjawab telfon itu.

Kak Dio Ganteng❤
Incoming Call


Ayu sedikit menjauh dari Jeno dan Taeyong untuk mengangkat telfon dari Dio.

"Halo."

"Halo, Kak. Ada apa?"  Tanya Ayu to the point.

"Rapat ya. Sekarang."

Jawaban dari Dio membuat Ayu menggigit bibir bawahnya, ia bingung harus bagaimana.
Oh ya, selain pandai membuat baper anak gadis orang, Dio juga orangnya tegas, susah dibantah.

"Aduh-- sori, Kak. Kayaknya gak bisa. Aku lagi di luar." Jawab Ayu pelan, hampir berbisik.

"Ha? Kamu di mana? Sama siapa?"

Respon Dio yang tidak seperti biasanya malah membuat Ayu makin bingung."Nih orang tumben nanya kayak gitu." Batin Ayu.

"Di Bandung--"

"Lah? Ngapain sih ke Bandung?!"

Dio langsung memotong ucapan Ayu tanpa aba-aba. Ayu melirik Jeno yang masih fokus mendengarkan penjelasan kakak pemandu di depan sana. Ayu saja sampai bisik-bisik menjawab telfon dari Dio.

"Ada urusan." Jawab Ayu sekenanya.

"Terus ini rapatnya gimana dong? Oh ya, Jeno sama kamu gak? Dari tadi hapenya susah dihubungin."

Ayu melirik Jeno lagi. Merasa diperhatikan, Jeno menolehkan kepala menatap Ayu.

"Kenapa?" Tanya Jeno tanpa suara.

Tanpa suara juga Ayu merespon sambil menunjuk handphone yang sekarang menempel di telinga kanannya, "Kak Dio nih." 

Air muka Ayu panik. Jeno mengernyit sebentar lalu dengan santai membuang muka, kembali menatap kakak pemandu di depan yang masih menjelaskan tentang teleskop besar di depan mereka dengan seksama. Ayu merengut di tempatnya melihat respon Jeno yang tak membantu sama sekali.

Mendekatkan handphone ke telinganya lagi, Ayu menjawab, "Ada, Kak. Tapi lagi gak bisa diganggu." Jawabnya jujur. Di seberang sana Dio menghela nafasnya kasar.

[1] HEY, AYU! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang