27. Hujan dan Nasi Goreng

146 26 4
                                    


Hai! Long time no see, ya! Hehe.
Akhirnya..

Maaf ngaret, bener-bener ngaret malahan, hhh.

Setelah hibernasi hampir sebulan, berpikir dan menimang keputusan yang tepat, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan cerita ini sampai selesai--insya Allah.

Karena kehilangan seseorang yang sangat saya sayangi membuat saya terus-terusan berpikir untuk melanjutkan cerita Ini, karena mendiang pernah berpesan:

"Apapun yang kamu lakukan selagi itu baik, lakukan. Bapak akan mendukung, jangan takut."

Iya, bapak saya :)

Dan itu buat saya sadar, apa yang saya lakukan ini bermanfaat--walau sedikit, bermanfaat untuk apanya ya tergantung, ehe.

Terima kasih sudah mau menunggu dan memberi semangat, sehingga saya kembali bangkit dan melanjutkan cerita absurd ini.

Akhir kata, semoga kalian suka cerita ini, khususnya chapter ini karena awalnya saya ragu mau update lagi.

Oh ya, chapter ini

Full of Ayu - Jeno scene.

Selamat ber-baper ria oleh sepasang sahabat ini.

*****

Udara malam ini terasa dingin. Karena selepas maghrib tadi, hujan yang cukup deras turun di luaran sana. Membasahi apapun benda di bawahnya.

Di dalam kamar kosan, Ayu meringkuk di bawah selimut tebalnya, dengan Pulli di dekapan.
Sesekali ia bersin lalu membersit hidung, sepertinya ia terserang flu karena hujan-hujanan siang tadi.

We go up uh uh we go up~~ We go up uh uh we go up~ We go up uh we go up--

Dering handphone yang nyaring membuat Ayu mendongak menatap nakas, tempat handphonenya berada. Sembari menekan perutnya yang nyeri sedari tadi, ia menyibak selimut dan mengambil handphone yang tak berhenti berdering. Sedikit menyesali kebodohannya yang lupa memberi mode silent.

Krssk..krssk..

"Halo,"

"Halo,"

"Halo, Neng? Halo!"

Sang penelfon yang ternyata adalah Jeno terus-terusan memanggil saat tak mendengar suara Ayu yang ternyata balik meringkuk seperti bayi di atas kasur dengan tangan yang setia menekan perut, masih berusaha menahan nyeri. Handphone ia letakkan begitu saja di samping bantalnya, loud speaker.

Ayu menarik napas panjang sebelum menjawab.

"Shh-- iya," Jawab Ayu lirih.

"Akhirnya.. Neng, di kosan?"

"Ehm-- iya,"

"Ada orang?"

"Hah? Apanya?"

"Di kosan, ada orang gak?"

"Hmm, ada."

"Aa' otw ya,"

"Uhuk..uhuk-- mau ngapain?"

Jeno yang menyadari keanehan dari suara Ayu mengernyit di seberang sana.

"Eh? Kenapa, Neng?"

Tak sadar Ayu menggelengkan kepala.

"Neng?"

[1] HEY, AYU! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang