Gerbang ber cat marun mengisyaratkan kepada seluruh murid agar segera memasuki area sekolah. Karna bel masuk sebentar lagi berbunyi. Dengan seragam yang rapih lengkap dengan atribut sekolah. Cewek bertubuh mungil, berkulit putih, bermata sipit, rambut kecoklatan. Nafranda Shadeva biasa di panggil deva. Dengan tergesa gesa deva melangkahkan kakinya cepat. Karna hari ini ia ingin memasuki kelasnya langsung. Untuk menanyakan kejadian yang membuat dirinya penasaran.
"DEVA WEY ! " panggil seseorang dari arah belakang. Suara yang tidak asing lagi di telinga deva. Siapa lagi pemilik suara cempreng itu kalau bukan sahabatnya.
"Apasi apa? Volume suara lo bisa gak sih di kecilin sakit tau gak kuping gue." Ujur deva saat tau siapa yang memanggilnya.
"Kaya baru kenal gue aja lo dev. Gue kan emang gini. Mempunyai suara indah nan merdu seakan akan dunia mendengarkan begitu indah alunan yang terpancar dari mulut gue." Ujar milka membanggakan dirinya.
"Ga denger."
"Ish lo mah gitu." Ucap milka sambil mengerucutkan bibirnya karna kesal.
"Eh dev dev lo liat itu" lanjut milka. Sambil menyenggol lengan deva
Kedua mata deva memicing untuk melihat kemana arah yang ingin sahabatnya ini tunjukkan kepadanya.
"Oh dia." Ucap deva datar
"Reaksi lo gitu doang pas liat cogan. Astagfirullah manusia jenis apa yang berada di dekat hamba ini." Milka mengelus dadanya tak percaya dengan reaksi yang di tunjukkan deva.
"So puitis lo mil. " ujar deva saat melihat tingkah sahabatnya ini
"Lo masih suka cowok kan dev. Lo lagi ga bener bener terperangkap dalam masa lalu loh itu kan dev." Telapak tangan milka berada di dahi deva, sambil mengeceknya apakah temannya sedang sakit.
"Apa apaan si lo. Yakali gue kaya gitu, gue masih normal."
"Syukurlah ternyata dugaan gua salah tentang lo. Benar benar salah dan salah besar sekali. Sahabatku yang paling paling pengertian ini sangatlah menyukai sesama lawan jenisnya." Ucap milka sambil merentangkan kedua tangannya belaga kagum akan ucapan deva.
Ketika milka menengok ke samping ternyata deva sudah tidak ada. Entahlah sejak kapan anak itu menghilang darinya.
"IH DEVAAA KO LO NINGGALIN GUE SIH." Suara cempreng milka membuatnya jadi pusat perhatian di lapangan. Refleks iya menutup mulutnya yang mempunyai kelebihan ini, dan jarang sekali di miliki orang lain. Hanya orang tertentu yang mempunyai suara indah milka. Atau hanya dia saja.
Deva dia sudah cape menghadapi sahabatnya yang kerjaannya selalu menjodoh jodohkan dia. Bukan karna deva jelek. Dia sangatlah cantik. Hanya saja deva slalu menutup hatinya untuk cowok yang mengejarnya. karna alasan yang membuat dirinya tidak mau mengenal cowok begitu dalam.
"Assalamualaikum." Ucap deva saat memasuki kelasnya. Di sana sudah ada teman temannya yang sibuk menyalin tugas. Untung saja dirinya sudah mengerjakan lagi malam. Jadi ia tidak perlu repot repot mengerjakannya di sekolah.
"Eh deva bebepnya aku. Masih pagi loh dev jangan di tekuk gitu dong mukanya. Senyumnya mana senyumnya coba perlihatkan kepada abang tampan mu ini."
"Apahan si lo pip." Yaa pemilik nama lengkap afridian firmansyah fradealo. Biasa di panggil apip oleh teman sekelasnya. Most wanted, Cowok tinggi, kulit putih, rambut ikal, mempunyai mata yang indah dan tentunya ketua tim basket. Anak dari pengusaha ternama david firmansyah fradealo seorang pengusaha yang mempunyai cabang di kota kota besar.
"Oh iya dev ini buat lo. Terima ya, jaga baik baik oke." Ucap apip sambil membawa paper bag kecil yang isinya entah apa.
"Lo lagi gada maunya kan pip."
"Jangan su'udzon gitu ah. Ga enak di dengernya. Gue gak kaya gitu kali dev"
"Heleh paling juga minta lo balik bareng lagi dev. Jangan percaya dev." Suara milka tiba tiba. Entah sejak kapan milka berada di kelas.
"Gue bilangin jangan percaya."bisik milka
"Heh lo kecil diem." Ucap apip curiga apa yang di katakan milka
"Emang iyasi. Kalo suuuu empttt." Tiba tiba tangan apip menutup mulut ember milka dan membawanya keluar. Apip tidak habis pikir dengan kelakuan temannya yang slalu mengganggunya. Dan milka sudah mulai sesak karna tangan kekar milik apip yang berada di wajah cantiknya itu. Apip pun melepaskan tangannya.
"Ih sakit tau. Gimana deva mau suka sama lo sedangkan kelakuan lo kaya gini." Ucap milka geram
"Mulut lo bisa gak sih sekali aja gak ember. Emang dasar ember bocor." Ujar apip sambil menoyor kepala milka pelan. Dan meninggalkan milka sendirian.
"Sikap lo beda jauh" batin milka
"Eh kok gue malah di tinggal sih. Apip woy ! Emang kampret."
Apip mulai duduk di bangkunya karna pagi pagi bgini sudah mengurusi anak cempreng itu. Siapa lagi kalo bukan milka.
"Arinnnnnnn lo bawa kaca gak. Gue mau liat muka gue nih gara gara si kampret apip." Suara milka saat sudah memasuki kelasnya dan sekarang mengarah ke meja arin.
"Ambil di kolong meja gue mil." Ucap arin memberitahu dia sempat geleng geleng melihat tingkah aneh milka yang memang begitu. Gak ada bedanya tetaplah histeris.
"Yey ketemu. Tuhkan merah, tapi tetap cantik kok mil. Ucap milka ngomong sendiri.
Milka pun menuju bangkunya yang di sanah sudah ada deva teman sebangkunya yang sibuk sekali membaca novel. Ya deva memanglah suka sekali membaca novel. Bahkan di kamarnya saja sudah tersedia buku buku novel yang tertata rapih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAD
Teen Fiction"Lo pernah mikir gak sih, kita bakal sampai kapan ya kaya gini." "Gue janji sama lo, kalo kita akan terus sama sama kaya sekarang." Dimana logika ini bilang melupakan, Justru hati berbanding terbalik. kenangan kian teringat. Seakan tak mau lepas dan...