Suasana ruangan serba putih ini memberi petunjuk bagi deva saat matanya perlahan terbuka. Matanya pun beradaptasi dengan cahaya lampu di sekitar ruangan. Saat ia tau bahwa dirinya kini berada di rumah sakit, Berbaring lemah seperti saat ini."Alhamdulillah, lo udah sadar." Ucap apip yang kini duduk di tepi ranjang. Ia juga sudah izin untuk menemani deva di rumah sakit kepada pihak sekolah.
"Ko gue bisa di sinih." Sahut deva ketika tersadar.
"Lo pingsan tadi, jangan banyak bergerak." Suara apip memberitahu deva.
"Lo gak balik ke sekolah?." Tanya deva bingung saat mengetahui apip menjaganya.
"Gue udah izin." Sahut apip enteng."Tenang aja, gue yang jagain lo."
Deva tersenyum mendengar ucapan apip.
"Gimana? Udah enakan." Sambung apip menanyakan kondisi deva.
"Udah, makasih udah jagain gue."
"Tugas gue jagain lo."
Lagi dan lagi ucapan apip persis kepada seseorang yang mengisi masa lalu deva.
"Non deva gapapa." Tanya bi atun panik ketika melihat tubuh majikannya terbaring lemah di ranjang.
"Aku gapapa bi, bibi gak usah khawatir." Sahut deva memberi tatapan meyakinkan kepada bi atun.
"Non harus istirahat, gak boleh kecapean. Bibi gak mau liat non kaya gini." Suara bi atun lirih seraya menatap tak tega majikannya itu, sungguh ia sangat cemas ketika mendengar kabar bahwa deva di larikan ke rumah sakit.
"Aku beneran gapapa bi, ini juga udah sembuh." Sahut deva yang kini mencoba bersandar di ranjang rumah sakit.
Apip yang melihat deva berusaha untuk bersandar langsung mengambil alih tangan deva."Gak usah di paksa, lo masih sakit." Ucap apip memberitahu, ia tau pasti deva masih merasakan pusing di kepalanya, terlebih saat ia mengamati tangan deva yang memegang kepalanya.
"Non istirahat aja, gak boleh banyak bergerak." Suara bi atun yang tak mau melihat deva meringis kesakitan. Merasakan pusing di kepalanya."Bentar non bibi beli makanan dulu di luar, non gapapa kan bibi tinggal?."
"Deva biar saya yang jaga bi." Sahut apip memberitahu, tak lupa ia juga akan menjaga gadis yang slalu membuat dirinya tak karuan.
Deva tersenyum kemudian mengangguk. Seolah tau saat bi atun menatapnya bahwa ia akan pergi sebentar.
"Mama lo?." Tanya apip
Deva tersenyum. Dan apip seolah tau bahwa di balik senyum gadis itu, pasti ada kesedihan yang ia tutup tutupi.
Suasana hening tidak ada yang memulai pembicaraan. Tiba tiba saja keduanya merasa canggung, terlebih di satu ruangan yang sama.
"Lo gak papa kan?." Tanya deva memulai pembicaraan.
Apip mengangkat sebelah alisnya.
"Disini, jagain gue." Ucap deva saat wajahnya sudah tidak sepucat tadi." Gak kebetatan kan?, gak terpaksa juga kan?." Tanya deva lagi.
"Nyusahin. Malah pake acara pingsan pingsan segala."
Deva yang mendangar ucapannya apip langsung membulatkan matanya, memberi pelototan tajam ke arah apip. "Gue juga gak mau pingsan, emang badan gue aja yang tiba tiba lemes, terus ambruk gitu aja." Sahut deva panjang lebar.
"Akting kan lo? Biar bisa di bopong gue." Ucap apip santai. "Lagu lama dasar."
"Eh bocah nyebelin! Ogah banget gue kaya gitu, kurang kerjaan aja. Lagi pula kalo gue ta__."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAD
Teen Fiction"Lo pernah mikir gak sih, kita bakal sampai kapan ya kaya gini." "Gue janji sama lo, kalo kita akan terus sama sama kaya sekarang." Dimana logika ini bilang melupakan, Justru hati berbanding terbalik. kenangan kian teringat. Seakan tak mau lepas dan...