Gimana bisa kamu slalu tau, layaknya seseorang yang slalu memantau pergerakanku.
-Nafranda shadeva 💜
"Astagfirullah, lo ngapain di sini?." Tanya deva ia kaget saat tau siapa orang yang ada di hadapannya ini.
"Rumah sakit tempat umum." Ya itu jawaban klasik, deva tau itu.
"Maksud gue ko lo bisa di sini, lo ngikutin gue yaa." Tuduh deva matanya menyipit ke arah orang di hadapannya ini.
Oh iya orang ini apip, ya dia apip.
Apip terkekeh." Kaya gak ada kerjaan aja, gue ikutin lo."
Deva menghela nafas pasrah.
"Rencana lo berhasil, lancar jayaa. Si ketos abal abal gak ada curiganya sama sekali." Ucap apip dan kini matanya melihat ke arah jendela di mana tempat adri di rawat. Dan di situ ada ketos abal abal.
Julukan yang memang untuk afnan, bagus bukan?
"Ayo ikut gue." Ajak deva yang kini menarik lengan apip untuk beranjak pergi meninggalkan luar ruangan adri.
"Ngapain lo senyum senyum." Ucap deva saat mereka kini berada di kantin rumah sakit.
"Gak gue biasa aja." Sahut apip santai.
"Gue liat ya, lo tadi senyum senyum gak jelas." Benar yang di katakan deva, apip senyum senyum sendiri.
"Salah liat lo."
"Gak panas tapi." Ucap deva yang kini telapak tangannya mengecek suhu di dahi apip.
Apip tertawa geli, sungguh melihat raut wajah deva seperti ini, dia geli sendiri. Wajah yang apip sendiri ingin membawa pulang ke rumahnya.
"Malah ketawa si, dasar gak jelas." Cibir deva merengut kesal.
"Bu buu, mau jus mangga nya dua sama bakso juga samain." Ucap apip saat ibu ibu penjual bakso lewat di hadapan mereka.
"Di tunggu ya dek." Sahut ibu penjual bakso sambil tersenyum.
"Lo tau gue punya rencana buat ngedeketin ka afnan sama ka adri?." Tanya deva, ia pun penasaran perihal ini. Bagaimana apip dengan percaya dirinya mengetahui rencana yang sudah ia buat.
"Muka kaya lo, muka muka gampang gue tebak. Ini lagi rencana beginian." Ledek apip sembari terkekeh.
"Gue serius. Ko lo bisa tau sih? Sumpah pip, apa jangan jangan lo cenayang."
Pikirannya udah gajelas nih anak. Batin apip
"Makan tuh." Ucap apip mengalihkan topik saat ibu penjual bakso mengantarkan ke mejanya.
"Makasih buu." Ucap mereka barengan.
Kini mereka berdua saling menatap satu sama lain.
"Kalian ini bener bener pasangan yang cocok." Ucap si ibu penjual bakso.
"Kebiasaan pacar saya emang gini bu, suka di bareng barengin kalo ngomong." Ucap apip tanpa dosa.
Deva melotot tak terima.
Ibu itu mengulum senyum "Yaudah ibu permisi dulu."
Asww
Apip meringis saat deva mencubit perutnya, memang dasar kurang kerjaan.
"Untung sayang." Ucap apip pelan.
"Rasain lo, bisa gak gausah kaya tadi."
"Gimana?."
"Itu segala pacar pacar." Ucap deva memprotes.
Dan masih dengan muka tidak punya dosanya alias polos apip menyeruput jus mangga.
"Lo udah punya pacar?." Tanya apip.
"Belum." Sahut deva polos.
"Yaudah."
"Apa ansih, gak jelas banget."
"Udah suka sama gue." Kini apip mengangkat sebelah alisnya.
"Gue anggep lo temen." Ucap deva
"Gak ada yang perlu di permasalahin. Lo gapunya pacar alias jomblo, sedangkan gue orang yang cuma lo anggap temen."
"Terus."
"Gue bakal usaha biar lo suka juga sama gue, ya walaupun mulut gue suka kelepasan, bilang lo pacar gue." Ucap apip tersenyum tipis.
"Udah ih, makan makan." Sahut deva dan kini malah ia yang mengganti topik se enaknya.
Arti teman bagi lo gak berlaku buat gue dev. Maaf gue anggep lo lebih. Batin apip
Ia pun terkekeh dan mengacak acak rambut deva.
***
Hembusan angin malam menerpa kedua remaja yang sedang berada di atas motor, lampu malam seakan memberi ketenangan tersendiri. Sepanjang jalan ia tak henti hentinya tersenyum. Bagaimana tidak rencananya berhasil dan semoga saja ia bisa mewujudkan keinginan adri.
"Udah sampe, makasih pip." Ucap deva saat iya turun dari motor apip.
"Masuk sana." Sahut apip.
"Gak mau, gue mau nunggu lo pergi dulu." Ucap deva yang kini masih di tempatnya.
"Dev, udah malem."
"Lo juga udah malem, sana."
"Masuk sekarang, besok gue kasih botol minum ungu." Ucap apip, semoga deva tergiur dengan iming iming itu. Terlebih deva sangat suka dengan benda benda berbau janda. Ungu maksud apip.
"Seketika gue langsung tertarik ya, masa bodo lo anggep gue apa." Sahut deva di sertai cengirannya.
"Gue masuk dulu, jangan lupa ya. Awas lo." Teriak deva saat ia berlari menuju rumahnya. Maklum jarak antara gerbang dan rumah deva lumayan jauh.
Apip menggeleng gelengkan kepalanya. Ampuh juga iming iming benda benda ungu itu.
***
"Assalamualaikum mama apip pip pip pipppp." Teriak apip saat ia sudah sampai di rumahnya.
"Waalaikum salam, dari mana aja kamu, katanya pulang cepet." Ucap ridi sang mama saat apip menyalami punggung tangan mamanya.
"Biasalah ma, ada urusun, urgent alias penting ting ting." Sahut apip tak kalah ia harus menahan tawa saat sang mama keheranan dengan tingkah dirinya.
"Kamu seneng banget sih, oh iya mana calon mantu mama katanya mau kamu kenalin." Ledek sang mama, ridi senang saat melihat putra semata wayangnya ini gembira ria.
"Tunggu timeing yang tepat." Ucap apip santai.
"Awas ya, mama tunggu loh."
"Siap mama apip pip pip pippp."
Apip pun menaiki tangga hari ini iya ingin berbaring, melepas penat yang memang tak kunjung reda. Hujan kali pip.
Ridi yang melihat tingkah apip langsung menarik senyum.
Benar benar seperti orang kasmaran. Batin sang mama.
Apip berbaring di kasur king sizenya tak lupa ia menatap langit langit kamar. Mengingat wajah deva yang menampilkan wajah menggemaskan nya itu terlebih senyum yang deva perlihatkan. Bisa bisa apip diabetes.
Jujur saja tadi apip berniat mengajak deva untuk jalan, tapi saat tiba jalan ia melihat deva yang keluar rumahnya, apip juga tidak niat untuk mengabari deva terlebih dahulu. Makanya langsung ia samperin ke rumah deva.
Rasa penasarannya tiba tiba muncul saat deva mulai pergi dengan menggunakan taksi yang memang sudah stand by saat apip baru saja sampai.
Dan tentang masalah adri yang sekarang jadi urusan deva, ia sudah tau masalahnya. Bagaimana adri yang meminta deva untuk mendekati dirinya dengan ketos abal abal itu. Dan apip tau sudah lama, saat deva di ajak ngobrol dengan adri waktu itu.
Deva membantu adri? Terniat sekali deva memang.
-Partnya pendek :v
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAD
Teen Fiction"Lo pernah mikir gak sih, kita bakal sampai kapan ya kaya gini." "Gue janji sama lo, kalo kita akan terus sama sama kaya sekarang." Dimana logika ini bilang melupakan, Justru hati berbanding terbalik. kenangan kian teringat. Seakan tak mau lepas dan...