PART 14

50 7 0
                                    


"Amin, doa in aja pa." Ucap apip setengah berbisik tetapi lumayan terdengar di telinga deva.

Bapa bapa penjual tikar pun pergi meninggalkan mereka.

Deva menatap apip dengan tatapan yang susah di perjelas. Ia kagum dengan sikap saling menolong dan menghargai seseorang.

"Lo kenapa? Tanya apip. "Gue tau gue ganteng." Lanjutnya ia pun menggelar tikar yang barusan di belinya.

"Gak usak kepedean."

Apip terkekeh."Ngapain masih berdiri di situ, sini duduk." Perintah apip menepuk nepuk di sebelahnya.

"Lo ngapain sih ngajak gue kesini." Tanya deva yang kini sudah duduk di sebelah apip.

"Mau makan." Sahutnya enteng.

Deva memutar bola matanya malas, jawaban macam apa ini.

Toettt toettt

Suara tukang siomay yang berada di dekat taman.

"Bang bang sinih." Seru apip sembari melambaikan tangannya memberi arahan agar si tukang siomay menghampirinya.

Si tukang siomay seolah olah mengerti dengan intruksi apip. Ia mengangguk dan berjalan mendekati mereka.

Deva yang menatapnya bingung, ternyata benar seseorang yang mengajaknya bener bener ingin makan.

"Bang dua ya, porsi yang satu agak banyakan. Temen saya soalnya suka makan."

Deva yang mendengarnya lantas memukul lengan apip.

"Kalian pacaran?."  Tanya tukang siomay yang ia lihat pembelinya ini sungguhlah membuatnya tersenyum.

"Belum bang, tunggu dia nya suka dulu sama saya." Ucap apip enteng sambil melihat wajah deva.

"Bang jangan di dengerin, nih orang emang gila." Sahut deva saat mendengar penuturan temannya itu.

"Tapi bang, kayanya dia udah suka sama saya, Bentar lagi juga kita pacaran."

Deva melotot apa apahan apip membicarakan hal seperti itu.

Sang penjual siomay menahan agar tidak tertawa, dua remaja ini mengingatkannya tentang jaman jamannya masih muda.

"Gak usah cemberut gitu. Jelek." Ucap apip lagi. Kini mereka sedang duduk di tikar.

"Berisikkk." Sahut deva mengerucutkan bibirnya.

Apip tertawa tingkah deva yang membuatnya seperti ini.

"Silahkan di makan." Penjual siomay menyodorkan hidangannya.

"Makasih bang." Jawab mereka bersamaan. Kini keduanya menatap satu sama lain, apip yang menatap deva tersenyum. Beda dengan deva yang menatap apip kesal.

Penjual siomay kembali ke tempat ia berjualan.

"Cie barengan." Seru apip.

"Ikut ikutan aja lo."

"Cie marah."

"Ga denger."

"Cie pipinya merah."

Lantas deva memegang kedua pipinya. Apakah benar yang di katakan apip.

Apip tertawa lepas sungguh deva benar benar menggemaskan.

Deva tak peduli dengan ucapan apip. Ia memakan siomay yang tadi di pesannya, mendadak perutnya laper. Jadi ia melahap siomay dengan begitu semangat.  "Gak usah liatin gue, tar suka." Ucap deva yang di barengi suapan siomay.

ARSHADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang