PART 20

23 2 0
                                    

Matahari pagi dan aku tengah melihat mu, melihat senyum yang tercetak dari kejauhan.

                                      -Apip-

"Lo gak kenapa napa kan dev, si adri ngomong apa sama lo. Gak ngomong macem macem kan, awas aja tuh orang kalo gangguin lo." Ucap milka saat deva baru saja datang ke kelasnya.

Deva tersenyum, "Gue gak papa, ka adri baik mil."

"Baik? Lo bilang baik? Setelah apa yang dia lakuin ke lo. Lo masih inget kan kejadian di kantin kemarin marin."

"Iya gue inget. Ka adri tuh baik mil, gak kaya yang lo pikirin." Milka menatap heran, kenapa deva bisa berubah seperti ini, hal apa yang di lakukan adri kepada sahabatnya.

"Dev dengerin gue, demgerin gue coba. Adri itu gak baik."

"Su'udzonin cewe gue bae lo mil." Ucap amar. Ya, cowo itu baru saja datang ke kelas.

Milka yang mendengarnya mendilik, sifat amar yang slalu membuatnya jengah.

"Tapi lo harus inget, jangan terlalu percaya sama dia." Pesan milka.

"Jangan di inget dev, pesan gak bermutu." Ucap amar, ternyata cowok itu masih berada di dekat mereka.

"Heh diem lo, sono sono." Sahut milka ia pun memukul tulang kering amar.

Amar meringis sakit."Untung sayang." Ucap amar mengacak acak puncak kepala milka.

"Cie milka." Ucap deva menggoda milka. "Kayanya amar suka deh sama lo." Bisik deva yang kini berjalan menuju mejanya.

Di sana sudah ada apip, di tempat duduk deva, dengan wajah tanpa dosanya. Apip menaikkan kakinya di meja deva, posisi santai pun ia lakukan di bangku deva, ponsel yang di miringkan? Ya, anak itu sedang bermain game.

Sadar akan kehadiran deva, ia pun menatap wajah deva yang sudah di pastikan kekesalannya.

"Bagus ya, siapa yang suruh duduk di sini." Ucap deva yang kini duduk di sebelah apip, tak lupa ia pun berkacak pinggang.

"Sekolah bayar. Suka suka guelah." Jawab apip enteng.

Deva yang mendengarnya tak habis pikir, jawaban macam apa itu? Bayar dia bilang sekolah bayar? Bukankan semua murid di sini juga sama.

"Turunin kaki." Apip malah tidak mendengarkan ucapan deva.

"Kotor, turunin gak." Ucap deva kesal.

"Gak mau." Sahut apip yang tak lepas dari bermain game.

"Mau lo apasih." Apip menurunkan kakinya, ia menatap deva dan mengangkat sebelah alisnya.

"Duduk di sini." Ucapnya.

"Eh gak, gak boleh." Tolak deva, masa iya dia harus duduk sama bocah tengil begini.

"Shutt shutt mil woy." Deva yang melihatnya merengut kesal, gimana tidak kesal coba ia memberi kode kepada sahabatnya milka agar duduk di bangku apip. Lebih tepatnya ia bertukar tempat duduk.

"Yaudah iya, tapi awas lo gangguin deva." Ancam milka, ia pun mengambil tasnya. Dan duduk di bangku apip.

Milka juga terkekeh geli, saat melihat deva dengan tatapan memohon, di sertai geleng gelengan kepalanya.

"Eh mil apasih lo, gak usah sini." Ucap deva menahan tas yang di ambil milka.

"Dengan gini lo tau perasaan lo itu singgah lagi. Jangan bertumpu sama masa lalu dev." Bisik milka, ia pun menepuk pundak deva, tak lupa juga milka melambai lambaikan tangannya.

ARSHADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang