Mereka baru saja keluar dari ruang BK, dengan ulah yang mereka perbuat. Tak lupa bu gina juga memberikan surat pemanggilan orang tua.
"Cape gue dengerin, bu gina ngoceh." Ucap amar yang kini memegang pelipisnya.
"Gak gue dengerin." Sahut apip santai. Setelah keluar dari ruang BK.
"Urusan kita belum selesai." Ucap ivan memperingati. Tatapan matanya tertuju pada amar yang kini mendelik tajam.
"Hmm, gue gak takut. Karna bukan gue yang lakuin." Ucap amar tajam.
Ivan tertawa hambar. "Gue liat itu motor lo, ngaku aja."
"Motor kaya gue banyak." Balas amar tak peduli.
"Gue selidikin." Sahut ivan yang kini meninggalkan amar dan apip.
"Kenapa lagi sih lo?." Bukan apip yang nanya, tetapi oto yang sejak kapan ada di dekat mereka.
"Masalah." Sahut apip datar.
"Cerita lah mar, jangan bikin aku pusing." Ucap oto di sertai kekehannya.
"Geli gue." Sahut apip beranjak pergi. Tak lupa dengan tatapan kegeliannya.
"Udah ayo, ntar gue cerita." Ucap amar sembari merangkul oto.
Bel pulang sudah berbunyi para siswa berhamburan pulang.
"Waduh, gak bener nih jadi si ivan main nuduh nuduh lo gitu mar?." Tanya oto dramatis di sertai ketidak percayaannya atas apa yang tadi dia dengar dari cerita amar.
"Kurang kerjaan." Sahut apip enteng. Bagaimana melihat tingkah ivan yang selalu saja mencari tau, tapi tidak dengan kebenarannya. Membuat apip sendiri jengah.
"Tapi gue harus lurusin masalahnya." Ucap amar.
"Iya setuju." Sahut oto mengangguk.
"Lo harus yakinin dia." Ucap apip.
"Iya setuju." Sahut oto lagi lagi mengangguk.
"Cuma salah paham, dia udah emosi duluan." Ucap amar yang kini tau ini adalah salah paham, bukan dia yang melakukan itu. Lagi pula dia tidak pernah nabrak adik ivan. Tapi kenapa dia yang di tuduh melakukan itu? Sedangkan dia gak tau masalahnya apa.
Menurut saksi yang melihat kejadian itu, memang benar motor yang amar punya sangatlah mirip dengan ciri ciri yang saksi itu tujukan kepadanya. Hal itulah yang menguak ivan menuduh amar adalah pelakunya. Sekarang adik ivan di rawat di rumah sakit, dan sekarang belum sadarkan diri.
"Ada masalah apa sih pip, sampe sampe masuk ruang BK segala." Tanya deva saat apip berjalan ke arahnya.
Apip terkekeh, melihat muka deva yang terlalu serius menanggapinya.
"Kenapa pip? Lo tau kan gue gak suka liat cowok berantem. Dan lo udah gue ingetin juga berkali kali pasti lo pah__."
Apip mengacak ngacak rambut dev kemudian tersenyum. "Cuma salah paham, tenang aja."
Deva merengut kesal.
"Mar mar gue suka pusing deh, ada ya cewe yang gak pekaan." Ucap oto tiba tiba masuk ke kelas.
"Setau gue si to, cewe tuh punya rasa kepekaan lebih daripada cowok. Eh sama aja." Sahut amar sesekali melirik ke arah deva.
"Lo pada kenapa?." Tanya deva polos.
Amar dan oto terkekeh.
"Lain kali sadarin mana yang nganggap temen atau lebih dari itu." Ucap oto so bijak. Sambil melenggang pergi dan duduk di bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAD
Teen Fiction"Lo pernah mikir gak sih, kita bakal sampai kapan ya kaya gini." "Gue janji sama lo, kalo kita akan terus sama sama kaya sekarang." Dimana logika ini bilang melupakan, Justru hati berbanding terbalik. kenangan kian teringat. Seakan tak mau lepas dan...