Deva melawatl koridor kelas, langkah kakinya menyusuri koridor, tatapannya sendu hari ini sungguh membuatnya terus terpikirkan akan hal yang membuatnya mengingat kejadian itu.
"Rik?"
"Hmm."
"Lo pernah mikir gak si kita bakal sampai kapan ya kaya gini."
"Gue janji sama lo kalo kita akan terus sama sama kaya sekarang."
"Gue gatau dimana lo sekarang." Ucap deva lirih seraya menunduk.
Tiba tiba saja ada yang mencekal lengan mungilnya."Deva tunggu." Ucap seseorang itu, ia adalah adri kaka kelas yang pernah menuduh ia pacaran dengan ka afnan si ketua osis.
Deva menoleh menatap adri dengan tatapan bingung.
"Gue mau ngomong sama lo." Lanjut adri saat melihat wajah deva yang nampak kebingungan. "Lo gak usah takut."
Deva tersenyum kemudian ia mengangguk.
Di tempat itu ada seseorang yang menatap mereka, memperhatikan interaksi keduanya.
Tringgg
Suara bel masuk terdengar jelas, menginformasikan agar seluruh murid memasuki kelasnya masing masing.
"Gue harap lo bisa bantu gue dev." Ucap adri saat mereka sudah berada di belakang sekolah.
"Aku gak bisa janji ka, tapi aku bakal coba." Sahut deva menatap wajah adri.
"Makasih dev."
Deva mengangguk kemudian tersenyum.
****
"DEVA LO ABIS DARIMANA? GUE KHAWATIR TAU GAK, NGERI LO DI GONDOL OM OM." Ucap milka saat sahabatnya itu muncul juga di kelas. Milka juga tak lupa meneriaki deva histeris dan menggunakan jurus andalannya. Ya, suara cemprengnya ia perlihatkan.
Deva yang mendengar ucapan sahabatnya ini hanya mengulum senyum, bisa bisanya sahabatnya menyangka bahwa dirinya di gondol om om, sangat tidak mungkin bukan.
Seisi kelas lantas menutup telinganya rapat rapat, walaupun mereka sudah tau bahwa temannya yang satu ini memang mempunyai sifat yang jarang di miliki sesama jenis manusia.
"Brisikkk." Sahut apip yang mendengar ucapan milka, ia pikir hari ini ia akan memeriksa telinganya.
Milka menatap apip dengan pelototan.
"Bentar lagi copot tuh mata." Ucap apip enteng sambil menunjuk muka milka dengan dagunya.
"Awas lo ya, dasar cowo krempeng." Sahut milka dengan lidah yang menjulur, meledek manusia di depannya.
"Belom tau dia mar." Sahut oto tiba tiba, ia pun menepuk pundak amar. Meminta pernyataan kepada temannya itu.
"Krempeng gitu juga, pinter bela diri." Ucap amar memberitahu milka.
"Lo kan temennya, pantes lo belain dia."
Assalamualaikum.
Suara guru mata pelajaran sudah memasuki kelas mereka, suara riuh berhenti senyap. Saat kedatangan pak rahmat guru matematika yang mempunyai wajah sangar dan berkumis tebal.
"Kamu deva ada yang kamu pikirkan?." Tanya pak rahmat saat mengetahui deva melamun, ia pun mendekati meja deva.
Deva yang melamun sontak terlonjak, ia heran kenapa hari ini pikirannya tidak karuan.
"Cerita saja sama saya kalo kamu ada masalah." Lanjut pak rahmat yang kini melihat wajah deva.
"Modus terus pak." Sahut apip enteng, ia tau bahwa pak rahmat ini memang guru yang apip yakini cere dengan para cewe di sekolah. Ia juga melihat bahwa pak rahmat memberi perhatian lebih kepada deva.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAD
Fiksi Remaja"Lo pernah mikir gak sih, kita bakal sampai kapan ya kaya gini." "Gue janji sama lo, kalo kita akan terus sama sama kaya sekarang." Dimana logika ini bilang melupakan, Justru hati berbanding terbalik. kenangan kian teringat. Seakan tak mau lepas dan...