Rapat osis sudah berakhir sejak beberapa menit lalu. Mengingat acara bazar yang di adakan anggota osis, deva tidak ikut karna deva kemarin sedang sakit."Dev gue anter ke kelas." Ucap afnan si ketua osis.
Deva yang sedang mengikat tali sepatunya yang copot itu, mendongak.
"Gak usah ka, gak perlu juga." Sahut deva tersenyum kecil.
"Gue sekalian mau ke perpus, kebetulan juga lewat kelas lo."
"Ayoo." Ajak afnan yang kini menarik lengan deva.
Semua anggota osis yang melihatnya membuat mereka bertanya tanya apa benar mereka menjalin hubungan.
Tapi dari sebagian anggota osis lain ada yang menyimpulkan bahwa afnan menyukai deva, tapi tidak dengan deva sendiri. Kabarnya kan deva bersama apip.
Berbeda dengan tatapan datar yang di layangkan apip, cowo beralis tebal itu menatap si ketua osis abal abal itu, terlebih saat melihat deva yang nampak risih di anter oleh afnan yang di beri julukan tersendiri oleh apip yang tak lain osis abal abal.
Terfokus pada lengan deva yang di pegang oleh afnan membuat apip jengah melihatnya.
Ia tetap stand by di depan pintu, sambil menenggelamkan tangannya di saku celana.
"Udah ka, makasih." Ucap deva. Yang di berikan anggukan oleh afnan, dan senyuman dari cowo itu.
Apip langsung melepaskan lengan deva, yang di pegang oleh afnan. Kini apip berada di tengah mereka.
"Pergi lo, udah gak ada kepentingan lagi kan." Usir apip.
"Santai bro, gue cuma anter deva." Sahut afnan menepuk pundak apip, segera apip menepis tangan si ketos abal abal ini.
"Sekarang." Ucap apip datar.
Afnan pergi dan sesekali tersenyum ke arah deva, apip yang melihat itu langsung menutup wajah deva dengan kedua tangannya. Hal ini ia lakukan agar deva tidak melihat senyum pait si ketos abal abal.
"Udah pergi orangnya, enek gue liat muka tuh orang." Ucap apip menunjuk punggung afnan dari kejauhan dengan dagunya.
Deva terkikik geli.
"Kenapa lo? Baru di anter gitu aja udah seneng." Kesal apip saat deva justru kini tertawa.
"Lo abisnya marah marah gak jelas sih." Ledek deva.
"Gak usah baper sama tuh orang, jelek." Beritahu apip.
Jelek dia bilang afnan jelek? Cukup. Memang apip saja yang mengada ngada.
"Masuk." Ucap apip menarik tangan deva.
"Rin woy, minyak wangi lo mana?." Tanya apip saat arin menyalin tugas bu nani guru bahasa indonesia.
Arin menatap bengong.
"Buruan woy." Ucap apip tak sabar.
"Ya elo tumben tumbenan minta minyak wangi, noh minyak wangi gue ama si oto."
Apip menarik tangan deva agar menghampari si gendut oto.
Melihat kondisi dan situasi sahabatnya ini apip menggeleng gelengkan kepalanya. Oto tertidur dengan pulas.
Apip langsung menyambar minyak wangi yang berada di depan wajah oto.
"Buka tangan lo." Perintah apip.
Deva mengernyit bingung.
"Lama." Ucap apip yang kini membuka tangan deva, tak lupa melihat lengan yang tadi di pegang ketos abal abal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAD
Teen Fiction"Lo pernah mikir gak sih, kita bakal sampai kapan ya kaya gini." "Gue janji sama lo, kalo kita akan terus sama sama kaya sekarang." Dimana logika ini bilang melupakan, Justru hati berbanding terbalik. kenangan kian teringat. Seakan tak mau lepas dan...