PART 11

49 7 0
                                    

                    

Ucapan apip terpotong, saat tiba tiba guru seni budaya sudah memasuki kelasnya.

"Gue pegang novel lo." Deva yang menatapnya sangat kesal, bagaimana tidak ia sedang asik menikmati alur cerita yang ia baca di novel itu, tiba tiba saja ada yang mengusiknya.

"Muka lo gak usah di tekuk gitu." Milka memberitahu dengan dagunya.

"Diem lo, bukannya bantuin malah cengengesan." Memang sedari tadi milka duduk di bangku arin. Duduk di bangku yang bersebrangan dengan mejanya, tapi saat mata deva meminta pertolongan kepada milka. Milka se olah olah tak melihatnya.

Milka terkekeh melihat deva kesal. "Jangan kaya gitu ah, Gak enak di liat."

Deva mendengus pasrah sambil mengerucutkan bibirnya.

Bu uti menjelaskan begitu gamblang tentang nilai estetis. "Nilai estetis secara teoritis di bedakan menjadi 2." Beritahunya sambil mengangkat kedua jarinya "Yang pertama objektif/intrinsik. Dan yang kedua subjektif/ekstrinsik." Siswa pun hanya mengangguk dan memperhatikan bagaimana sang guru menjelaskan." Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni saja." Yaa, gimana bu? Ucap bu uti sendiri memperagakan ada siswa yang bertanya." Aktivitas ini berdasarkan kriteria ekselensi pada tatanan formal." Siswa mengangguk lagi mengerti dengan ucapan bu uti. "Sedangkan nilai subjektif apa bu? Tanyanya sendiri memotivasi siswa agar bertanya.

"Ini guru, dia yang nanya dia yang jawab." Ucap oto enteng.

"Wahh songong lu to." Amar yang mendengarnya tak terima, bagaimana bisa ia mengatakan hal yang tak patut di contohkan oleh seorang siswa. "Bu ibu si oto mau nanya katanya." Suara amar lantang, dan bu uti menoleh ke arah mereka.

"Eh apahan lo, engga bu." Oto menggelengkan kepalanya.

"Dia malu bu, tadi suruh saya yang perantarain." Tiba tiba apip mendukung amar.

Oto hanya bingung ia harus nanya apa, pasalnya sedari tadi ia hanya fokus kepada jam dinding yang menempel. Kapan pelajaran ini berakhir.

"Ada yang mau di tanyakan to? " Tanya bu uti.

"Itu buu anuu." Sahut oto tak jelas, tatapannya pun tak teralihkan dari kedua sahabatnya yang telah menjerumuskannya.

"Dia malu bu." Arin memberitahu bu uti.

"Udalah to tanya aja." Sambung milka ikutan memprovokasi.

"Gak usah malu to, keluarin aja unek unek lo." Jawab apip enteng.

"Gini bu, contoh nilai apadah tadi." Tangannya mengebet halaman yang ia cari, agar ia tau penjelasan apa yang tadi di jelaskan bu uti. "Eh ini contoh nilai formal itu apa bu?." Tanyanya merasa bangga. Oto pun bersandar seolah olah pertanyaannya memanglah tepat.

"Keciri kamu gak memperhatikan ibu." Tunjuk bu uti sembari menggeleng gelengkan kepalanya, bagaimana bisa pertanyaan itu di lontarkan salah satu muridnya, sedangkan penjelasan bu uti tidak ada sangkut pautnya.

"Sa__ saya merhatikan ko bu." Sahut oto enteng ia pun memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Bu uti kembali menggeleng gelengkan kepalanya. " Pertanyaan mu, gak sesuai dengan yang tadi ibu jelaskan Febrianto akmal." Sambung bu uti sembari menyebut nama  kepanjangan salah satu muridnya.

"Ga dengerin dia tuh bu."

"Sok sok nanya, padahal gatau materinya apa."

"Badan doang di gedein." Suara amar yang kini tersenyum ceria, akhirnya sahabatnya yang satu ini juga mengalami penderitaan yang tadi pagi ia rasakan. Sungguhlah menyayat hati.

ARSHADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang