Livermorium. (Ununheksium)

210 14 0
                                    

...

.

.

Atlanta, Georgia, USA. 10:09 AM.

As expected. Apa sih yang tak bisa dilakukan oleh seorang Ethan Randall Monnett? Semua permasalahan yang ada dengan mudahnya diselesaikan dengan sekejap mata. Seolah apa yang dilakukan jemarinya adalah jentikan sihir yang bisa membuat semuanya kembali normal. Tentunya dengan kemarahan yang sedikit mengguncang pegawai-pegawainya.

"Eric..." panggil Ethan dari dalam ruangannya pada Eric yang sedang berkutat dengan berkas-berkas sisa yang sedikit kurang penting.

"I'm here." Jawab Eric setelah masuk ke ruangan Ethan dengan agak terburu.

"Apa ada yang kau butuhkan?" Tanya Eric lagi dengan buku catatan dan pulpen yang sudah siap di tangannya.

"Aku rasa kita membutuhkan beberapa orang baru untuk timku. Lagi pula, kurasa pekerjaan yang diberikan untuk Joann terlalu banyak. Cari enam sampai tujuh orang baru. Agar tak mempersulit, ambil beberapa orang yang berasal dari divisi di bawah kita dengan potensi yang lumayan. Laki-laki dan perempuan. What about Megan? Dia tak berminat untuk bekerja dengan kita?"

"Megan sedang dalam masa merdekanya. Tapi aku yakin ia akan menyetujuinya jika mendengar bahwa kau sendiri yang memintanya untuk bekerja sama."

Ethan mengangguk paham dan kembali duduk pada kursinya. Joann yang baru kembali dari toilet tak memedulikan apapun dan langsung kembali berkutat dengan pekerjaannya yang tertunda. Namun fokus Joann sedikit teralihkan ketika Ethan berkata,

"Dan aku yakin kau memiliki sesuatu untuk dikatakan padaku" ujar Ethan datar. Namun suara itu terdengar begitu mengintimidasi membuat Eric sedikit menela ludah.

"Lucas tak datang di acara pernikahan kita. I'm just sayin'." Ujar Joann seolah sudah berada di dalam konversasi. Ethan hanya melirik Joann sebentar dan kembali menatap Eric.

"Um~" gumam Eric gugup. Atau lebih tepatnya- ...bingung? Mungkin.

"A-aku harus memastikannya dahulu sendiri, kak... Um~ T-tenanglah. Kurasa hal itu tak perlu diburu-buru." Lanjut Eric lagi agak bergetar. Keringat dingin mulai keluar dan membasahi dahinya membuat Ethan bisa melihat topeng imajiner yang menutupi wajah Eric.

Detik demi detik terus berlalu namun Ethan masih menatap Eric yang kini mulai gugup dan melari-larikan pandangannya. Dan dengan mengangkat sebelah alisnya, Ethan menatap Eric dan berkata,

"Go back to work. Jangan lupa apa yang aku tugaskan tadi."

Eric mengangguk dan langsung meninggalkan ruangan itu dengan dahi yang masih dipenuhi keringat.

"Joann..." panggil Ethan sepeninggal Eric dari ruangannya.

"Ya?"

"Kemarilah, sayang..."

Joann berdiri dari mejanya dan langsung menghampiri Ethan. "Kau tak lupa mengapa aku kembali menjalankan perusahaan ini, kan?" Tanya Ethan pada Joann.

Joann menunduk dan kembali mengingat kejadian beberapa bulan lalu. Pencurian, pembunuhan... -teror.

"Aku tak akan pernah melupakannya, kak... Hhhh~" Jawab Joann diikuti helaan napas setelahnya.

"Y'know? Terkadang aku sering melupakan alasan itu ketika kita bersama... Kemarilah" ujar Ethan sambil menepuk pahanya.

Joann berjalan menuju prianya dan duduk tepat di atas pangkuannya dengan senyuman manis yang begitu menenangkan dan menghangatkan hati. Tangan dengan jemari lentiknya tergerak untuk membelai wajah tampan itu dengan begitu lembut. Ethan memejamkan matanya mendalami sentuhan jemari lentik Joann yang terasa begitu menenangkan.

Puzzle Pieces - Péché NoirciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang