Tembaga.

155 10 5
                                    

...

.

.

...

"H-huks... C-cakit... Hiks- c-cakit..."

Anyways-

[Flashback]

...

"Aku sepertinya akan pulang saja." Ujar Nicholas yang hanya diangguki oleh Ethan. Para wanita yang entah –mungkin akibat terlalu sering bergaul dengan Joann– menjadi sangat-sangat manja pada pria-pria mereka. Sandra yang dipangku oleh Nicholas bagai pengantin, Megan yang bergelayut manja pada tangan Eric, dan Joann yang sudah bergelantungan bagai bayi koala pada kakaknya.

"Akupun sepertinya akan pulang."

Setelah makan-makan, semua orang di sana penjadi merasa sangat lelah dan ingin tertidur. Terlebih besok pagi mereka harus pergi ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan mereka.

"Jaga kesadaranmu, Eric. Kau mengantuk. Jangan sampai kau berbuat hal yang bodoh." Ujar Ethan sedikit khawatir melihat Eric yang terlihat sangat mengantuk. Terlebih pria yang lebih muda darinya itu harus mengemudi dan datang lebih pagi dari biasanya.

Eric mengangguk dan berpamitan bersamaan dengan Nicholas dan Sandra yang ikut bersama mereka.

"Baby..." ujar Ethan begitu dalam.

Joann yang sedang mengusal-ngusal manja pada dada bidang prianya hanya merengut lucu sambil mengeratkan pelukannya.

"Apa kau tak melupakan sesuatu, hm?"

Joann mengangkat kepalanya dan menatap wajah tampan sang kakak dengan mata besarnya yang sangat menggemaskan.

"Ndak tawu... Emangnya Joann lupa apa?"

Ethan mengunci pintu dan membawa Joann menuju kamar mereka dan membaringkan bayi mungilnya dengan sangat lembut.

"Apakah kau lupa tentang ucapanku soal membicarakanku, hm?"

Dan selanjutnya Joann langsung ingat dan memasang wajah bersalah yang begitu menggemaskan. Namun peraturan tetaplah peraturan. Ethan paling tidak suka dibicarakan oleh orang lain *selain media* termasuk Joann.

"M-maapin J-Joann..."

"Hukuman tetap hukuman, baby. Kemari..."

Joann tengkurap di atas paha Ethan dengan patuh. Ethan mengusap kepala Joann sayang. "Apa kau menyayangiku, hm?"

"J-Joann cayang cama kakak... C-capi... C-capi... J-janan hutum Joann... H-huks."

"No, baby. No. Berapa spankies yang pantas untuk bayi mungil yang nakal sepertimu?"

Joann rasanya ingin menangis dibuatnya. Atau bisa dibilang, ia memang sudah menangis. "W-wima?"

"No. Sepuluh, baby. Jika kau bisa melakukannya, kau boleh memonopoliku sesukamu."

Meski tawarannya begitu membuat Joann bersemangat. Namun ia paling tidak suka spankies. Benar-benar tidak suka. *Kecuali saat... ekhem-ekhem*

"Hitung yang keras, sayang-"

PLAK!!

"C-catu"

PLAK!!

"Duwa"

PLAK!!!

"AHH!!! W-wima... H-huks... C-cakit..."

Puzzle Pieces - Péché NoirciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang