Lantanum.

233 7 24
                                    

...

.

.

"H-huks... K-kakaaaak~ H-huks..." Rengek Joann menangis memeluk Bobby di atas kasurnya sambil menangis meraung-raung dengan mulut bayinya terus memanggil sang kakak yang sekarang keberadaannya entah ada di mana. Matanya membengkak dan suaranya menjadi sangat-sangat serak membuatnya merasa sangat-sangat lelah.

Did y'all want to know wus' happenin'? Tunggu sebentar, okay?

[5 hari yang lalu]

Atlanta, Georgia, USA. 08:22 AM.

"Tak apa-apa, kak... Kau bisa berangkat tanpaku. Lagipula akupun harus mengontrol kantor yang ada di sini, kan?" Ujar Joann sambil menyiapkan sarapan pagi untuknya dan suaminya.

Ethan tersenyum tampan melihat bayinya yang sok-sok-an jadi dewasa. Jadi, karena keperluan mendadak, Ethan harus pergi ke New York seminggu penuh untuk urusan kantornya. Seperti biasa.

"Sayang, kemarilah." Ujar sang pria mengisyaratkan wanitanya untuk duduk pada pangkuannya.

"Apa kau ingat tentang apa yang aku katakan jika aku pergi, hm?" Ujarnya ketika Joann sudah duduk nyaman di atas pangkuannya dengan mata besarnya yang mengerjap-ngerjap lucu menatap mata elang yang lebih tua. Sebenarnya Joannpun tak ingin kakaknya ini pergi meninggalkannya. Namun iapun ingin menantang dirinya sendiri apakah dirinya bisa bertahan tanpa sang kakak untuk beberapa hari ataukah sebaliknya.

"Um... Joann ndak ingec."

Ethan terkekeh tampan dan mengecupi bibir serta pipi gembil Joann dengan penuh cinta.

"Apa kau baru saja berniat untuk menentangku, hm? Aku tahu kau tak lupa. Dan tak akan pernah lupa. Aku tahu itu, sayang."

Joann mencebik lucu sambil melarikan pandangannya ke arah lain merajuk. Pasalnya ia tak suka dengan beberapa hal yang kakaknya minta padanya.

"Ada apa dengan wajahmu itu, hm? Apa kau sudah tak menyayangiku?" Tanya Ethan menggoda Joann. Joann yang mendengarnya tentunya langsung menatap sang kakak dan mengeratkan pelukannya seraya berkata, "ndak! Ndak! Joann cayang cama kakak. H-huks. Joann cayang cama kakak. Janan malah... J-Joann i-ingec cemua."

Ethan tersenyum dan mengecup pelipis Joann sayang.

"Apa saja yang kau ingat, hm?"

Joann dengan cemberutnya berkata,

"Joann ndak boye nakal... J-Joann ndak boye bolosh kelja. Joann haluc ke kantow. Joann uga haluc makan tepat wakcu. Joann... H-huks. J-Joann ndak cuka cama yang lain!" Ujarnya menggemaskan membuat Ethan mengecupi wajah sang terkasih bertubi-tubi. "Baiklah... Kalau begitu aku tak akan memberimu pelukan saat aku pulang nanti." Ujarnya yang langsung membuat Joann merengek-rengek sebal.

"H-huks... K-Kakak... Kakak j-jahac cama Joann... H-Huks... J-Joann ndak boye jajan banyak-banyak. H-huks... J-Joann ndak boye makan ec klim banyak-banyak. U-udaaaaaah~"

Ethan tersenyum dan mengusap punggung bayi mungilnya ini sambil terkekeh tampan.

"See? Tak banyak, bukan?"

Joann yang mendengarnya semakin mencebik sebal dan terisak-isak kecil membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

"Baiklah. Bagaimana jika kita sekarang sarapan dan pergi ke kantor, hm? Kita bisa berpelukan lagi di sana."

Puzzle Pieces - Péché NoirciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang