08

794 87 3
                                    

Hanbin POV

'Tok ... tok ... tok ...'

Terdengar bunyi ketukan pintu saat aku dan Dahyun sedang membahas tentang kebenaran kehamilan Dahyun.

"Nugu?", tanyaku pada Dahyun.

"Entah, aku juga tak tau. Tunggu sebentar, eoh?", kata Dahyun.

Lalu, Dahyun pergi kearah pintu. Tapi sebelum dia membuka pintu itu, dia melihat tamu tersebut dari kaca.
Dan tak lama, dia membuka pintu dengan terburu-buru dan keluar dari rumah lalu dia menutup pintu dengan keras.

"Ada apa? Mengapa dia sangat terburu-buru? Cih, mencurigakan. Haruskah aku menyusulnya?", tanyaku sambil bergegas keluar rumah untuk menyusul Dahyun, tapi aku tak menemukannya.

"Yak! Kemana dia? Sebenarnya siapa tamu yang datang tadi?", tanyaku penasaran.

Tapi karena aku tak menemukannya, akhirnya aku memilih masuk kembali kedalam rumah.

Hanbin POV End

Dahyun POV

"Yak! Mengapa kau datang kerumahku?", tanyaku kesal pada pria didepanku saat ini.

Dia adalah seseorang yang mengetuk pintu rumahku tadi.

"Kau bilang, kau hamil? Apa kau serius?", tanyanya.

"Eoh. Lalu, kau mau apa?", tanyaku sinis.

"Dia benar-benar anakku?", tanyanya.

"Hem, hanya kau pria yang meniduriku tanpa pengaman.", kataku.

"Jadi, anak yang kukandung adalah anakmu.", lanjutku.

"Kalau begitu, aku akan bertanggung jawab.", katanya mantap.

"Cih, memangnya kau memiliki apa sampai-sampai kau semantap itu mengatakannya?", tanyaku.

"Aku ... aku memang bukan pria kaya, Dahyun-ah. Aku tak memiliki apa-apa. Tapi, aku mencintaimu.", katanya.

"Yak! Kau pikir aku bisa hidup hanya dengan cintamu? Apa aku bisa melahirkan dengan cintamu? Apa aku dan anak kita kelak tak akan kelaparan jika kami hidup hanya dengan cintamu? Pikirlah, kami butuh uang. Aku butuh pria kaya yang bisa menghidupiku dan anak ini.", kataku sambil mengusap-usap perutku yang masih rata.

"Yang terpenting sekarang kau mau menikah denganku. Jika kau mau, maka aku akan bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan uang yang lebih banyak untuk kelahiran anak kita.", katanya.

"Kau mencintaiku kan?", tanyanya.

"Aniya.", kataku singkat.

"Mwo?", dia terkejut mendengarnya.

"Lalu ... lalu ... lalu mengapa kau mau menjadi kekasihku saat itu? Ini bahkan sudah berjalan hampir 3 tahun.", tanyanya tak percaya.

"Hahaha ... kau baru bertanya kenapa, setelah 3 tahun kita menjalin hubungan?", tanyaku sambil tertawa.

"Kau mempermainkanku?", tanyanya.

"Dengar baik-baik! Aku menerimamu saat itu karena ... kupikir, suatu saat akan ada beberapa istri yang mendatangiku karena suaminya ketahuan sering bercinta denganku. Jadi, aku menerimamu untuk kujadikan pelindungku. Dan benar saja, sudah berapa wanita yang mendatangiku untuk memarahiku? Tapi, kau selalu datang tepat waktu untuk melindungiku. Kau bilang, mereka salah paham. Kau bilang, aku bukan seorang pelacur ... melainkan gadis baik-baik. Padahal, kau jelas tau apa pekerjaanku.", kataku.

"Itu karena aku mencintaimu.", katanya.

"Sayangnya, tidak denganku. Aku tak mencintaimu. Aku hanya mencintai harta.", kataku.

"Kau memang bukan pria kaya raya, melainkan pria miskin. Dan jangan pernah berpikir bahwa aku menerimamu karena aku mencintaimu, aku menerimamu karena aku butuh bantuanmu ... untuk melindungiku.", lanjutku.

"Baiklah, kalau begitu ... kita akhiri saja sampai disini.", katanya.

"Hng? Oke, dengan senang hati.", kataku.

Tentu saja, aku tak butuh dia lagi. Sekarang aku sudah memiliki Hanbin yang akan melindungiku dan calon anakku. Hanbin jugalah yang akan menghidupiku dan anakku kelak.

"Tapi kau harus ingat, bahwa anak yang kau kandung itu adalah anakku. Jika dia sudah lahir kedunia ini, aku berhak untuk menemuinya.", katanya.

"Yak! Jangan pernah sekali-kali kau muncul lagi dihadapanku setelah ini. Dan anak ini? Dia akan kurawat sendiri, jadi buang jauh-jauh niatanmu itu untuk menemui anakku.", kataku.

Eoh, jika dia sampai menemuiku dan anak kami kelak. Apa yang akan Hanbin katakan? Aku tak mau siapapun tau bahwa anak yang sedang kukandung ini ternyata bukan anak kandung dari Kim Hanbin.

"Aku tak peduli, aku akan tetap menemuinya. Dia adalah anakku juga. Jadi, jangan berani-berani kau pergi kemanapun untuk menjauhkanku dari anakku. Karena jika kau pergi, aku akan mencarimu kemanapun itu.", katanya serius.

"Cih, kau tak akan mungkin bisa menemukanku. Bagaimana jika aku tak berada di Korea? Bagaimana jika aku berada diluar negri? Apa kau mempunyai uang untuk mencariku keluar negri? Bahkan untuk mengelilingi Korea pun kau tak akan bisa.", kataku meremehkannya.

Aniya, aku tak meremehkannya. Aku hanya berbicara fakta saja.

"Lebih baik, sekarang kau pergi. Calon suamiku sedang ada dirumah, aku tak mau sampai dia melihatmu. Ingat! Jika kau ingin anakmu ini lahir kedunia ini, maka kau harus jaga rahasia bahwa kau adalah appa kandung dari anak yang sedang kukandung ini. Jadi, jangan pernah muncul dikehidupanku ... atau kau benar-benar tak akan pernah bertemu dengan anakmu jika dia sudah lahir.", kataku serius.

"Mengapa kau melakukan ini?", tanyanya.

"Karena aku yakin, sekeras apapun kau bekerja ... kau tak akan pernah bisa membiayai hidup kami kelak. Jadi, aku ingin yang terbaik untuk anak kita. Kuharap kau mengerti.", kataku.

"Sekarang pergilah, sebelum calon suamiku melihatmu.", lanjutku.

"Aku akan pergi, tapi sebelum itu ... beritau aku, siapa pria itu?", tanyanya.

"Ais, untuk apa kau ingin tau?",tanyaku sedikit kesal.

Aku takut, Hanbin memergoki kami yang sedang bersembunyi dibelakang rumah.

"Beritau saja! Karena jika ada apa-apa dengan kalian maka dialah orang yang akan kucari.", katanya.

"Baiklah, calon suamiku bernama ... Kim Hanbin. Dia pria tampan serta kaya raya.", kataku sambil menekankan kata kaya raya.

Eoh, aku sangat cinta harta.

Dahyun POV End
.
.
TBC.

Gimana part 8nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏🏻

Broken PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang