24

710 87 5
                                    

Hanbin POV

"Apa hubungannya dengan Jennie? Kenapa seperti mereka sudah mengenal satu sama lain sejak lama?", kataku (dalam hati) sambil melihat kepergian dokter itu.

"Jaga Jennie dengan baik? Apa maksudnya selama ini aku tak menjaganya dengan baik? Ais, ini jawabannya Hanbin-ah. Jennie kecelakaan dan kau tak tau itu. Kau bahkan tak tau dimana kecelakan itu dan kenapa jennie bisa kecelakaan serta kemana dia akan pergi hari ini sehingga dia bisa mengalami kecelakaan.", kataku pada diriku sendiri.

Lalu aku melihat pintu ruangan Jennie.

"Kau lupa ingatan, apa itu artinya kau melupakanku? Kenangan kita? Dan anak-anak kita? Semua tentang kita, apa kau melupakannya?", tanyaku pada diriku sendiri yang kutujukan pada Jennie.

Akupun memilih masuk untuk melihat keadaan Jennie, tapi sebelum itu ... aku menghubungi kedua orang tua kami terlebih dahulu.

Setelah menghubungi orang tua kami, aku pun masuk keruangan Jennie.

Dapat kulihat Jennie yang sudah sadarkan diri. Dia sedang melihat kedua anak kami ... dengan ekspresi bingung.

"Jangan bilang, kau melupakan mereka Jen. Mereka adalah anak-anakmu.", kataku (dalam hati), sambil menghampiri mereka.

"Kau sudah sadar?", tanyaku basa-basi.

"Kau juga siapa? Sebenarnya kalian siapa?", tanya Jennie.

Aniya, bukan itu yang ingin kudengar. Aku tak ingin kau melupakanku.

"Sebenarnya kalian siapa? Kalian ingin apa kesini?", tanya Jennie dengan ketakutan.

Yak! Kenapa kau takut pada kami? Kami keluargamu, kami bukan orang jahat Jen.

"Appa, eomma tak ingat padaku.", adu Ella padaku sambil memelukku.

Akupun mengusap kepala Ella dengan sayang untuk menenangkannya.

"Kau tak ingat padaku? Pada mereka juga?", tanyaku lembut.

Aku berusaha untuk tak memaksanya mengingat kami, hanya saja aku ingin memastikan ... apa Jennie benar-benar melupakan kami?

"Aniyo, aku tak mengenal kalian. Sebenarnya kalian siapa? Kenapa ada diruanganku?", tanya Jennie.

"Eomma, aku sedih mendengarnya. Aku dan Ella adalah anak eomma. Eomma tak ingat?", tanya Haru yang entah dari kapan sudah menangis lagi.

Terlihat wajah Jennie yang menahan sakit dikepalanya, sepertinya dia berusaha untuk mengingat sesuatu.

Aniya, tak perlu Jen. Ingatlah perlahan, tak apa. Jangan kau paksakan.

"Aku sudah punya anak? Aku sudah menikah? Hahaha ... kau bercanda? Aku belum menikah. Aku tak punya suami, bagaimana aku bisa mempunyai anak?", tanya Jennie yang terlihat seperti orang asing bagi kami.

"Haru-ya, ingat ... dokter bilang jangan terlalu memaksa eommamu untuk mengingat.", ingatku.

"Appa, yang perlu appa lakukan adalah ... urus perceraian appa dengan eomma. Tak perlu menasihatiku ini dan itu lagi. Aku muak.", kata Haru lalu pergi entah kemana.

"Appa? Apa maksud Haru oppa? Appa dan eomma akan bercerai?", tanya Ella.

Aku tak bisa menjawabnya, dan aku memilih menatap Jennie. Entah kenapa, tapi seperti aku meminta Jennie untuk membantuku bicara. Seperti yang dia bilang, dia akan melindungiku dari anak-anakku sendiri.

"Kenapa kau menatapku?", tanya Jennie padaku dengan sinis.

"Eomma akan bercerai dengan appa?", tanya Ella pada Jennie.

Broken PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang